Tragis dan Terharu, Beginilah Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Tanah Deli Pada Masa Penjajahan

KESAWAN

Kesawan dahulunya adalah pusat perekonomian dan saat ini menjadi kawasan gedung-gedung bersejarah seperti gedung London Sumatera atau yang dikenal Lonsum (sebelumnya kantor Harrison & Crossfield), Grand Inna Medan (dahulu Hotel de Boer), Kantor Pos Medan, Stasiun Kereta Api, Titi Gantung, Tjong A Fie Mansion, Tip Top Restaurant, Balai Kota Lama, Bank Indonesia, Dinas Pariwisata Kota Medan (tempat percetakan pada masa kolonial Belanda), dan Rumah Sakit Tembakau Deli.

“Kesawan ini memang istimewa dan menjadi anugerah bagi Kota Medan karena tempat inilah saksi sejarah perjuangan rakyat Indonesia dan bagaimana perkembangan Medan. Dari segi perekonomian, kita melihat bahwa pusat perekonomian sangat pesat di sini. Kesawan ini berada di pertengahan kota, karena itu dijadikan sebagai lokasi perdagangan. Pada abad ke-19, peningkatan perekonomian sangat terlihat di wilayah ini. Seperti contoh kantor perkebunan (Gedung London Sumatera). Awalnya memang Kesawan banyak dikuasai orang Melayu, namun setelah kedatangan Belanda kita tidak mengetahui kemana mereka pergi,” ucap Ratna, sejarawan Kota Medan yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara..

Saksi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dalam sejarahnya, saat detik-detik kemerdekan Republik Indonesia berkumandang di Jakarta (Batavia) pada 17 Agustus 1945, Kota Medan tidak langsung mengumandangkan bahwa Indonesia telah merdeka. Diketahui bahwa beberapa pahlawan asli dari Medan seperti Amir Sjarifoedin dan Teuku Muhammad Hassan telah mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, namun mereka enggan untuk mengungkapkannya.

Baca Juga:  Robert Prevost, Kardinal Asal Amerika Serikat yang Terpilih Jadi Paus Baru, Yuk Intip Profil Singkatnya!

“Kita tidak mengetahui pasti kenapa pada 17 Agustus 1945 para pahlawan dari Medan tidak langsung memproklamirkan kemerdekaan di Medan. Ada yang mengatakan tentang pemindahan kekuasaan. Karena kita tahu bahwa dahulunya, Medan adalah wilayah Kesultanan Deli. Namun, selang dua bulan, tepatnya 6 Oktober 1945, barulah pahlawan Medan serta pemuda-pemudi merayakan kemerdekaan,” ucapnya lagi.

Pada tanggal 27 Agustus 1945, Teuku Muhammad Hasan telah ditetapkan sebagai Gubernur Pertama Sumatra Utara. Saat mengumumkan kemerdekaan Indonesia di Lapangan Merdeka, Muhammad Hasan pun mengungkapkan kebenaran yang terjadi.

“Waktu itu, Kesawan menjadi saksi, orang berduyun-duyun menyaksikan pidato Muhammad Hasan yang menyatakan telah melakukan kesalahan dengan bunyi, ‘perlu saya tekankan di sini sebenarnya pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya. Tapi barulah sekarang dapat kami sampaikan kepada segenap lapisan masyarakat.’ Ungkapan tersebut menjadi titik panjang penantian warga Medan yang belum merasakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945,” tutur Ratna.