Tragis dan Terharu, Beginilah Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Tanah Deli Pada Masa Penjajahan

Awalnya Aeint Herman de Boer hanya mendirikan sebuah restoran, satu bar dan tujuh kamar. Namun seiring dengan perkembangan kota Medan sebagai pusat administrasi perkebunan di Sumatra Timur, banyak para pengusaha dan pedagang asing yang memilih Hotel de Boer sebagai tempat penginapan.

Tahun 1930-an, Hotel de Boer kembali menambah kamar menjadi 40 dengan 400 lampu yang menerangi seluruh ruangan. Hingga pada akhirnya jumlah kamar menjadi 120 dan dilengkapi aula besar.

Iklim Indonesia yang tropis selain menghasilkan cuaca yang panas juga menyebabkan serangga seperti nyamuk bertebaran. Hal ini menjadi perhatian Aeint Herman de Boer dalam membangun hotelnya. Oleh karena itu sekeliling Hotel de Boer dilengkapi kawat sehingga nyamuk tidak bisa menjangkiti kulit-kulit putih para tamu.

Baca Juga:  Daftar Selebritis Papan Atas Yang Hadir di Met Gala 2025, Ada Kim Kardashian Hingga Zendaya

Hunian Para Bangsawan

Tak hanya para tamu kehormatan, banyak pula tokoh terkenal yang pernah menginap di Hotel de Boer, sebut saja Raja Leopold II dari Belgia, pangeran Schaumburg-Lippe yang merupakan keponakan Ratu Wilhelmina dari Belanda, Mata Hari sang mata-mata keturunan Indo Jawa, serta Sutan Syahrir tokoh nasional Indonesia.

Berdasarkan informasi dari Muhammad TWH selaku veteran pejuang kemerdekaan Indonesia dan sekaligus wartawan senior, menyatakan bahwa Hotel de Boer pernah menjadi tempat kediaman Brondgeest untuk merebut kembali kekuasaan Belanda atas Kota Medan.

Atas permintaan Brondgeest, datanglah pasukan sekutu yang dipimpin Westerling dengan tujuan membentuk polisi bersenjata yang sebagian besar terdiri dari tentara kerajaan Hindia Belanda untuk mengambil alih kekuasaan Jepang.