Mengenal ‘Cancel Culture’, Tren Toxic Netizen Yang Muncul Di Indonesia

746

Banyaknya pengguna medsos di Indonesia, membuat cancel culture bak pedang bermata dua. Lucunya, bisa dilihat oleh sebagian oknum sebagai peluang dalam mencari popularitas dirinya sendiri dengan cara instan. Mereka dengan rela memancing dan mempersilakan pengguna media sosial (netizen) meng-cancel dirinya agar namanya menjadi naik. Hal itu tak terlepas karena canggihnya teknologi, hanya sekejap mata, berita atau postingan dapat tersebar ke seluruh dunia. Itulah sebabnya mencari popularitas sangat mudah di era saat ini.

 

Bagaimana Awalnya Tren Ini Muncul Di Internet?

Belum ada pengertian definitif atas fenomena yang disebut kamus Merriam-Webster mulai populer sejak gerakan #MeToo tahun 2017 lalu itu. Dalam konteks tersebut, kamus itu menyebut istilah ‘canceled’ bermakna menghentikan dukungan kepada orang yang berkomentar tidak pantas atau melakukan sesuatu yang tidak bisa diterima, dengan cara memboikot yang ter-cancel.

Beberapa tahun terakhir, fenomena cancel culture terhadap figur publik di Amerika marak terjadi. Sejak warganet beramai-ramai meng-cancel produser Hollywood kawakan Harvey Weinstein pasca-pengungkapan kasus-kasus pelecehan seksual yang menyeretnya 2017 silam, sederetan sosok lain juga mengalami hal yang sama untuk alasan berbeda.

 

Baca Juga:  2 TAHUN TRANSFORMASI, PELINDO MULTI TERMINAL TERUS TINGKATKAN LAYANAN

Berangkat dari kasus Weinstein, terhitung 80 perempuan akhirnya bersuara terhadap tindak pelecehan yang dilakukan Weinstein pada mereka dengan mempublikasikan ceritanya disertai tagar #MeToo. Hasil akhir gerakan ini dalam kasus Harvey Weinstein adalah hukuman penjara bagi Weinstein selama 23 tahun.

Contoh berikutnya, penulis novel Harry Potter, J.K. Rowling, yang di-cancel karena komentarnya yang dinilai transfobia. Yang mulia Donald Trump di-cancel karena perilaku dan kata-katanya yang rasis dan tidak pantas terhadap wanita, orang kulit berwarna dan imigran. Kanye West di-cancel karena mengatakan perbudakan adalah “pilihan” dan karena mendukung Trump.


Warning: A non-numeric value encountered in /home/kovermag/public_html/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 353