Menolak Lupa Bukti Penjajahan di Tanah Deli: HOTEL DE BOER

506

Berkembang seirama Kota Medan

Karakteristik Kota Medan yang merupakan sentra perkebunan memang berbeda dari kota lain di masa kolonial. Kota Medan yang berkembang berkat campur tangan para pengusaha swasta ini menjadi pelepas penat para tuan kebun di masa cutinya. Pada tahun 1897, pemerintah mendirikan perusahaan listrik menyusul perusahaan Ajer Bersih di tahun 1905. Kebutuhan akan transportasi menyebabkan dibangunnya sarana-sarana seperti Stasiun Kereta Api di Esplanade dan Clubhouse (societeit) White Club di sekitar tahun 1880 an. Kemudian bangunan-bangunan baru modern berikutnya bermunculan, seperti Balai Kota dan Java Bank yang terletak tidak jauh dari Hotel de Boer.

Hotel de Boer yang dulunya menjadi simbol kemewahan dan ruang eksklusif bagi orang kecil kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia pada 14 Desember 1957. Setelahnya dilakukan pembangunan beberapa kali hingga hotel ini kemudian bertahan hingga sekarang setelah pada zaman pasca kolonial sempat berubah nama menjadi Dharma Bakti dan berubah fungsi dari yang semula menampung tamu-tamu dari perkebunan, seperti tuan kebun dan para pedagang asing, menjadi hotel tempat para pejabat pemerintahan menetap dan juga militer Indonesia. Perubahan berikutnya menjadikan nama Dharma Bakti berubah menjadi Dharma Deli.

 

Tak Lekang Oleh Waktu

Sampai saat ini, sebagian besar bangunan peninggalan Hotel de Boer masih dilestarikan demi menjaga nilai-nilai sejarah. Apalagi kini Grand Inna Medan termasuk ke dalam cagar budaya dan pengelolaannya juga dinaungi oleh pemerintah. 

Beberapa bagian yang masih bertahan dari zaman dahulu bisa dilihat pada Lobby De Boer yang merupakan smoking area. Lobby ini dilengkapi tangga beserta balkon yang menghubungkan lantai dasar dan lantai atas. 

Selain lobby De Boer, restorannya juga masih menggunakan perabotan zaman dahulu seperti meja dan kursi kayu. Begitu pun lantai pada restoran tetap bertahan dengan warna hijau sejak awal hotel ini berdiri. Beberapa peralatan dapur berupa piring dan gelas kaca yang digunakan saat Hotel de Boer mulai beroperasional, diamankan di dalam sebuah lemari. Benda-benda tersebut walaupun warnanya sudah kusam namun ukiran “De Boer” masih jelas terlihat. 

Desain plafon hotel ini juga sebagian besar masih berasal dari masa lalu. Lampu-lampu yang menghiasi ruangan dipertahankan sedemikian rupa agar tetap berfungsi layaknya dahulu kala. Di sudut ruangan lain, terdapat sebuah piano tua yang konon sering digunakan sang pendiri hotel. Uniknya, keseluruhan rangka hingga tuts pada piano terbuat dari kayu nan kokoh.


Warning: A non-numeric value encountered in /home/kovermag/public_html/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 353