Eks Teroris Khairul Ghazali Menjadi Pengajar di Ponpes Al-Hidayah, Begini Kisahnya…

Pondok Pesantren Al-Hidayah

Akhirnya terlintas di benaknya mendirikan sebuah sekolah khusus anak-anak mantan teroris dengan tujuan agar dideradikalisasi dan tidak dikucilkan oleh masyarakat sekitar serta dapat mengenyam pendidikan seperti anak-anak lainnya. Jika sejak dini anak-anak tersebut tidak diberikan pemahaman tentang deradikalisasi, nantinya pada usia dewasa akan muncul rasa balas dendam. Dari pemikiran itulah Ghazali mencetuskan ide pembangunan pesantren Al-Hidayah dan disambut baik oleh pihak BNPT.

Alhasil setelah menghirup udara segar di tahun 2015, Buya Ghazali pun mulai mewujudkan impiannya mendirikan pondok pesantren yang berbasis ilmu agama Islam. Dibantu sang istri tercinta, ia pun mengamalkan nilai-nilai kebajikan di pondok pesantren yang diberi nama Darusy Syifa.

Pondok pesantren Darusy Syifa yang didirikan pada tanggal 11 Juni 2015 silam, berganti nama pada tanggal 7 September 2016 menjadi Pondok Pesantren Al-Hidayah bersamaan dengan Masjid Al-Hidayah yang dibangun oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen. Pol. Drs. Suhardi Alius.

Baca Juga:  10 Tips Menabung dari Berbagai Negara yang Bisa Kamu Terapkan

Pesantren ini juga tidak membebani biaya, khususnya kepada anak-anak tersangka terorisme. Sampai saat ini pesantren Al-Hidayah hanya mampu menampung 25 santri karena keterbatasan sarana dan prasarana. Pada tahun ajaran 2019/2020 rencananya akan masuk lagi 20 santri dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Mereka Menyebutnya Pesantren Teroris

Pesantren Al-Hidayah bukanlah seperti membangun pesantren atau sekolah pada umumnya. Penolakan dari masyarakat setempat menjadi tantangan besar dalam proses pembangunan. Mindset dari masyarakat setempat, pesantren ini adalah bagian untuk pendidikan terorisme. Warga tidak ingin kawasan ini dicap sebagai kampung pencetak teroris apalagi dibangun oleh mantan tersangka teroris.