LEMANG, BUKAN SEKEDAR MENU DI HARI RAYA

Di Indonesia, lontong, lemang dan ketupat adalah makanan khas yang identik dengan perayaan hari-hari raya agama Islam, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Bukan hanya untuk dinikmakti bersama keluarga, pemeluk agama muslim yang merayakan pun sangat sering menghantarkan makanan-makanan ini ke tetangga sekitar. Suatu budaya yang sangat indah dan mencerminkan toleransi beragama di Indonesia. 

Satu lagi isu dimana kearifan lokal menjadi silang pendapat, ketika asal-usulnya belum jelas dan terjadi irisan sejarah dan budaya di antara beberapa daerah bahkan negara yang berdampingan, adalah salah satu makanan khas Sumatera Utara: LEMANG. Lemang biasanya dimakan untuk menandai berakhirnya masa puasa di menuju Idul Fitri dan Idul Adha, namun bukan sekedar menu di hari raya, lemang menyimpan sejarah perkembangan suku-suku di Sumatera khususnya Minangkabau dan Batak.

Walau belum secara resmi terdata sebagai heritage suatu negara manapun, dimana sudah seharusnya, Lemang dikatakan berasal dari Indonesia, Malaysia dan Brunei Darusalam. Di Indonesia sendiri, Lomang (Batak), lemang (Melayu) dan lamang (Minangkabau) adalah tiga nama yang diucapkan untuk menjelaskan suatu metode memasak beras menjadi nasi dengan menggunakan wadah bambu. 

Kover mewawancarai Pak Arman dan keluarganya , keturunanan Minangkabau, yang telah memasak dan menjual lemang sejak bermigrasi dari Padang ke Medan, 35 tahun yang silam.

 

Baca Juga:  10 Cara Menghilangkan Bau Petai di Mulut, Dijamin Cepat dan Mudah!

DULU DIGUNAKAN SEBAGAI METODA MEMASAK DI PERJALANAN PANJANG

Waktu yang dibutuhkan saat mulai dibakar di atas kayu bakar yang menyala (fase pertama) hingga masa pemanggangan di atas bara (fase kedua) cukup lama, proses ini bisa memakan 4 sampai 5 jam, dan membutuhkan ketekunan. Proses ini bisa memakan waktu hingga empat ke lima jam, dan membutuhkan perhatian yang konstan. Karena itu, metode ini tidak setiap hari digunakan untuk memasak beras. Pembuatan lemang bisa menjadi acara tersendiri, karena orang sering bergiliran mengawasi bambu untuk memastikan lemangnya matang secara merata dan tidak gosong.

Metode ini di masa lalu dapat digunakan di dalam perjalanan jauh jika tidak tersedia peralatan memasak nasi tetapi tersedia jenis bamboo yang sesuai dengan metode memasak beras serupa ini. Dengan demikian, metode memasak ala bamboo ini menjadi sangat taktis di medan perjalanan jarak jauh (long distance).