Ingin Suntik Putik? Lakukan Sesuai Prosedur Agar Tak Berbahaya

Dewasa ini, mencuat paradigma baru yang mana mayoritas masyarakat Indonesia meyakini bahwa standar utama kecantikan wanita terletak pada kulit yang putih. Standar tersebut seolah mengikat wanita untuk berpatokan pada warna kulit saja. Cobalah ketik keyword ‘Perempuan Cantik’ pada laman google maka yang muncul di bagian teratas adalah perempuan-perempuan berkulit putih.

Paradigma tersebut berdampak negatif sebab dengan iklim yang tropis, kebanyakan wanita Indonesia berkulit cenderung gelap, hal ini sering menjadi penyebab kehilangan rasa percaya diri. Alhasil produk maupun perawatan kecantikan yang menjanjikan kulit putih sangat laku di pasaran. Salon-salon kecantikan menawarkan berbagai paket suntik putih dengan beragam harga. Ya, suntik putih menjadi opsi yang kerap dipilih untuk mendapatkan kulit putih secara cepat. Biasanya suntik putih ini menggunakan vitamin C sebagai bahan utama. 

Kover mendatangi praktik dokter Imanda Jasmine Siregar, Sp. KK di Jalan Sei Batang Serangan No. 22 H Medan Baru. Ia membenarkan fenomena terkait standar kecantikan tersebut. Usaha yang dilakukan juga terkadang membuatnya heran. Ada kalanya ia mendapati pasien dengan kulit gelap ingin putih selamanya agar terlihat cantik. “Dok, saya mau suntik vitamin C, biar putih. Kalau bisa jangan balik lagi warna kulit saya ke awal agar saya terus cantik,” ungkapnya menirukan penuturan pasien.

Menurut dokter Imanda, jika pasien ingin mencerahkan kulit dengan suntik putih, lakukan sesuai prosedur. Utamanya pilih dokter yang kompeten karena ini merupakan faktor terpenting ketika memutuskan melakukan suntik putih. Hanya dokter profesional terlatih yang boleh melakukannya. Jangan biarkan tubuh disuntik sembarang orang terutama pekerja salon sekalipun dianggap berpengalaman.

“Suntikan harus dilakukan oleh ahli di bidangnya, mengerti dan berkompetensi. Ini berlaku tidak hanya untuk suntik putih namun juga perawatan kecantikan lainnya dengan jarum. Jika tidak memiliki hal di atas sebaiknya dihindari,” katanya.

Alumni Fakultas Kedokteran USU tersebut menjelaskan jika kompetensi itu penting, mengingat pada dasarnya bahan yang digunakan seperti vitamin C diproduksi secara alami oleh tubuh. Jika terjadi penambahan lewat suntikan, maka prosedur seperti penggunaan dosis harus tepat agar tidak menimbulkan efek negatif.

“Harus kompeten karena dia harus mengerti apa yang disuntik, bagaimana teknik maupun caranya, dimana harus disuntik dan berapa dosis yang tepat,” jelasnya.

Selektif Memahami Informed Consent

Pasien harus selektif dan bijak karena ada baiknya mengetahui perawatan apa yang dibutuhkan tubuh, langkah apa yang harus dilakukan dan tindakan apa yang bisa dipilih secara cermat. Bukan karena ikut-ikutan tren. 

“Selektif memilih karena dokter punya kompetensinya masing-masing. Tidak masalah ke salon kecantikan jika di sana berpraktik dokter yang kompeten. Saya pribadi tidak mau mengerjakan yang saya tidak kompeten. Misalnya, jika ingin suntik vitamin C silakan karena memang kompetensi saya. Namun jika mau rekonstruksi hidung agar mancung, saya tidak mau karena itu kompetensinya dokter bedah plastik,” katanya.

Ia menegaskan inilah alasan mengapa Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) diperlukan. Secara umum menyentuh atau melakukan sesuatu secara fisik kepada seseorang tanpa “persetujuan” dianggap penganiayaan. Informed Consent yang tertuang dalam dokumen yang ditandatangani menjadi proses penyampaian informasi yang relevan dan eksplisit kepada pasien terkait tindakan medis atau pengobatan yang akan dilakukan. 

“Suatu keharusan dalam tindakan medis karena pasien yang berobat ke dokter harus tahu risiko maupun hasil yang diharapkan. Semua dikonfirmasi ke pasien dan tindakan dilakukan setelah mendapat persetujuan. Bila tidak dijelaskan, nanti pasien akan bingung. Dari bingung itulah muncul kekhawatiran. Khawatir itu muncul karena tidak paham duduk persoalan,” jelasnya.

Selain Informed Consent, dokter juga akan mengecek riwayat kesehatan pasien lewat tes kesehatan. Tes kulit juga akan dilakukan untuk mengetahui apakah tubuh pasien cocok dengan bahan yang akan digunakan.

“Gejala jangka pendek yang langsung kelihatan jika tidak cocok adalah reaksi alergi. Bukan kemerahan karena harus dibedakan kemerahan akibat suntikan dengan kemerahan akibat proses alergi. Jika pasien memiliki riwayat penyakit ginjal, hati, asam urat atau penyakit kronis lainnya, maka dokter akan memperingatkan pasien terkait risiko yang bisa terjadi,” katanya. 

Gunakan Bahan Dengan Dosis Tepat

Cairan yang digunakan untuk suntik putih selain menggunakan vitamin C juga kerap dikombinasikan dengan bahan lainnya seperti glutathione dan kolagen. Vitamin C memiliki segudang manfaat, selain meningkatkan daya tahan tubuh (sistem imun) juga membantu mencegah timbulnya kerutan di kulit, meningkatkan produksi kolagen secara alami hingga menghilangkan bekas luka.

Sementara glutathione merupakan antioksidan yang diproduksi secara alami di dalam tubuh. Namun seiring pertambahan usia, produksi glutathione menurun, begitu juga dengan kolagen yang berfungsi menjaga kekenyalan kulit. Inilah mengapa ada garis halus atau kerutan di wajah wanita seiring pertambahan usia.

“Vitamin C ini banyak positifnya kalau digunakan tepat dosis. Selain bagus untuk regenerasi sel kulit, juga memberi efek mencerahkan bukan memutihkan karena cerah dengan putih itu berbeda. Dosis aman berada pada kisaran 40 sampai dengan 80 mg per hari untuk usia produktif (min 20 tahun). Penyuntikan dengan dosis 1.000 ml masih bisa ditoleransi oleh tubuh namun harus lebih aware meski bisa dikeluarkan langsung lewat air seni. Agar kerja ginjal tidak berat, dianjurkan banyak konsumsi air putih,” paparnya.

Mengedukasi Persepsi Pasien

Pada beberapa pasien dengan keinginan kuat mengubah warna kulit, Dokter Imanda terlebih dahulu mengedukasi si pasien bahwa cantik tidak dilihat dari tone kulit yang putih. Perempuan cantik jika ia memiliki tubuh sehat dan pikiran yang positif. Keinginan mengubah warna kulit secara permanen hanya akan merusak melanin pada kulit, padahal melanin memiliki banyak fungsi. Selain mampu menahan efek radiasi ultraviolet matahari, melanin merupakan penyerap cahaya paling efektif yang bisa menangkal radikal bebas, penyebab utama kanker kulit.

“Balik lagi, kenapa ditambahkan vitamin dari luar? Pasti karena asupan gizinya minim. Jika usia masih produktif tidak dianjurkan terlalu agresif menyuntikkan vitamin C ke dalam tubuh. Jaga kesehatan dengan olahraga teratur dan rutinlah mengonsumsi sayur dan buah. Lain cerita jika vitalitas si pasien tinggi karena tuntutan pekerjaan. Suntik vitamin C tak masalah diberikan agar metabolisme tetap terjaga, bukan untuk mengubah kulit menjadi lebih putih,” jelasnya.

Mengetahui hal tersebut seharusnya kita merasa beruntung memiliki kulit gelap yang kaya akan melanin. Bayangkan bila melanin tersebut sengaja kita hilangkan demi standar kecantikan yang terbentuk dari persepsi yang salah. 

Penulis: Imada Lubis

Fotografer: Vicky Siregar

Narasumber: Dokter Imanda Jasmine Siregar, Sp. KK

Baca Juga:  5 Fakta Menarik Tentang Berpelukan, Bisa Redakan Stres!