MENGGANTUNGKAN MASKER ANDA – JANGAN IKUTI TREN !

Menggantungkan masker sama sekali tidak disarankan

Medan, KoverMagz – Kebiasaan menggantung masker menggunakan tali di leher disebut berisiko memberikan dampak meningkatkan potensi penularan Covid-19 yang merugikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Alih-alih mengikuti tren dan kepraktisan dalam gaya hidup yang tidak mau repot, orang-orang sekarang malah mengabaikan kefungsian sebenarnya dari masker tersebut.

Padahal memakai masker dalam konteksnya adalah merupakan upaya pencegahan penularan penyakit terutama yang ditularkan melalui droplet (cairan) atau udara, misalnya saat batuk atau bersin.

Masker dapat digunakan baik oleh orang yang sehat maupun yang sakit. Bagi tenaga medis misalnya, diwajibkan memakai masker pada kondisi tertentu untuk mencegah penularan saat mereka menangani orang yang sakit. Sebaliknya, bila Anda sakit, penggunaan masker ditujukan untuk mencegah penularan penyakit dari Anda ke orang lain.

Sehingga, menurut Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof. Dr dr Syamsul Arifin MPd sebenarnya kebiasaan menggantung masker tidak direkomendasikan. “Artinya tetap bisa digunakan jika hanya sebagai gaya, sehingga dapat mendorong peningkatan penggunaan masker di masyarakat,” kata beliau menjelaskan.

Hal ini diungkap Syamsul terkait dengan tren penggunaan masker yang dilengkapi tali agar bisa digantung di leher pada saat dilepas.

Diakui Syamsul, tren masker yang disertakan tali pengait (strap masker) berguna untuk menggantungkan masker di leher, sehingga masker tidak tertinggal ketika habis dilepas, terutama pada saat makan dan minum. Namun, lapisan luar masker yang tergantung kemungkinan akan terkontak dengan kulit atau terpegang tangan.

Bagian dalam masker tidak boleh terkena kontak atau tersentuh dengan hal yang lain kecuali dengan anggota tubuh kita, karena sisi luar masker berfungsi menyaring droplet saat kita berbicara

 

Baca Juga:  6 Jenis Sayuran yang Jangan Dipanaskan Berulang Kali

Selanjutnya jika tidak disiplin cuci tangan, maka tangan yang telah terkontaminasi tersebut tanpa sengaja menyentuh mata atau hidung. Hal ini akan meningkatkan risiko tertular COVID-19.

Sedangkan bagi orang lain, lapisan dalam masker sudah terkontaminasi oleh pernapasan, saat bicara, batuk ataupun bersin, jika dibiarkan di ruang terbuka seperti digantung dengan tali masker, maka bisa jadi sumber infeksi bagi orang lain. Hal ini perlu diwaspadai karena banyak orang yang terkonfirmasi positif namun tanpa gejala.

Oleh karena itu, ia menyarankan warga membawa masker cadangan pada saat melakukan aktivitas sehari-hari. Sehingga jika masker sudah terbuka bisa mengganti dengan masker baru. Sementara masker yang telah dipakai bisa dimasukkan ke kantung kertas atau bahan lain untuk disimpan sebelum dicuci atau dimusnahkan.

Ia juga mengingatkan agar kerap mempraktikan protokol kesehatan lain seperti mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas saat ini sangat sulit untuk dijalankan dengan baik dan benar, maka penggunaan masker menjadi suatu alat yang sangat penting dalam pencegahan penularan COVID-19.

“Terlebih lagi pada saat sekarang di tanah air sudah ditemukan varian virus corona baru B117 yang menunjukkan tingkat penularan lebih tinggi,” ujar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Syamsul juga menyarankan untuk menggunakan masker dua lapis yaitu bagian dalam masker medis dan bagian luar masker kain tiga lapis agar diperoleh efektivitas proteksi sebesar 92 persen. Namun, tidak dianjurkan menggunakan masker medis dua lapis karena dapat menciptakan celah yang menurunkan efektivitas masker.

Penulis : Annette Thresia Ginting

Sumber : CNN Indonesia, Klik Dokter