Bagi masyarakat Indonesia, satu tahun hidup berdampingan dengan Covid-19 adalah masa-masa yang sulit dan tidak sebentar. Belum lagi, baru-baru ini muncul kabar yang menyatakan bahwa Covid-19 yang saat ini merupakan pandemi akan menjadi endemik.
Menurut KBBI, endemik adalah berkenaan dengan penyakit yang muncul dalam wilayah tertentu. Sementara dikutip dari laman Very Well Health, endemik adalah penyakit yang selalu ada dalam populasi atau wilayah tertentu.
Penyakit endemik berkembang dari epidemic, yang menyebar ke satu hingga banyak populasi. Beberapa penyakit telah menjadi contoh endemik, salah satunya adalah malaria yang menjangkit di sebagian besar populasi di wilayah Afrika dan Amerika Selatan. Namun apakah yang membedakan Pandemi dengan Epidemi ?
Ketika penyakit baru muncul, tubuh manusia belum mengenali virus yang masuk, sehingga kebanyakan dari kita kurang kebal untuk melawannya. Akibatnya, penyebaran penyakit baru itu biasanya terjadi tiba-tiba, terkadang cepat, menyebar di antara manusia, lintas populasi, hingga ke seluruh dunia.
Diperlukan kekebalan alami untuk melawan penyakit baru. Jika tidak, akan banyak orang bisa jatuh sakit saat penyakit menyebar. Hal itu terus menjadi senjata sampai ada vaksin atau obat tertentu yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut.
WHO sebagai organisasi dunia yang bertanggung jawab untuk mengumumkan munculnya pandemi baru berdasarkan beberapa indikator telah lama mengidentifikasi penyakit-penyakit yang sudah ada sebelumnya. Jauh sebelum Covid-19, dunia telah menghadapi beberapa pandemi, seperti influenza, flu babi (H1N1), dan lain sebagainya.
Epidemi
“Dalam istilah epidemiologi, wabah mengacu pada sejumlah kasus yang melebihi apa yang diharapkan. Pandemi adalah ketika ada wabah yang menyerang sebagian besar dunia. Kami menggunakan istilah endemik ketika ada infeksi dalam lokasi geografis yang ada selamanya,” kata Dr Tosh.
“Ketika kita berbicara tentang infeksi endemik, kita berbicara tentang virus, bakteri dan patogen yang ada di dalam suatu lokasi geografis,” lanjutnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Departemen Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono menegaskan COVID-19 ini mungkin saja menjadi endemik. Menurutnya, penyakit umumnya memang akan menjadi endemik dahulu dan tidak mungkin langsung benar-benar hilang.
“Penyakit itu kalau tadinya pandemi, nggak mungkin bisa langsung hilang, jadi akan endemik dulu kemudian menjadi poradis abis itu hilang. Semua penyakit yang sudah menjadi pandemi akan turun ke endemik, kemudian nggak bisa kemudian hilang begitu saja, kecuali kalau vaksinasinya 100 persen. Efikasinya 100 persen,” imbuhnya.
Apabila penyakit ini terus ada dan jadi endemik, risiko terbesar yang harus dihadapi pengidapnya adalah kematian, khususnya pada pasien yang memiliki penyakit bawaan.
Inti suatu penyakit menjadi endemik adalah angka reproduksinya. Angka reproduksi virus dilambangkan dengan nomor dan huruf, yaitu R0. Misalnya R0 1 (dibaca R naught satu).
Maksud dari angka ini adalah jumlah rata-rata orang yang akan tertular penyakit dari satu orang yang mengidap penyakit tersebut. Secara khusus, ini berlaku untuk populasi orang yang sebelumnya bebas infeksi dan belum divaksinasi.
Misal: Suatu penyakit memiliki R0 18, itu artinya satu orang yang mengidap penyakit tersebut rata-rata akan menularkannya ke 18 orang lainnya. Sedangkan angka reproduksi suatu endemik biasanya ada di angka R0 1.
Angka reproduksi dihitung dengan menggunakan data, seperti jumlah korban jiwa, masuk rumah sakit, atau terkonfirmasi positif mengidap virus. Jika angka reproduksi lebih tinggi dari satu, maka jumlah kasus akan meningkat secara signifikan. Tapi jika angkanya lebih rendah, penyakit itu lama-lama akan menghilang karena tidak banyak orang baru yang tertular.
Prinsip pengendalian atau penanganan pandemi dan endemik relatif sama, hanya saja intensitasnya yang beda. Kalau sudah tidak dikategorikan sebagai pandemi, penanganan di fasilitas kesehatan akan dilakukan seperti penyakit lain pada umumnya. Contohnya seperti penanganan demam berdarah, malaria, TBC, demam tifoid, dan influenza.
Penulis : Annette Thresia Ginting
Sumber : Opini, detik