Penulis: Imada Lubis
Fotografer: Vicky Siregar
Percaya tak percaya, bisnis kuliner memang tak ada matinya. Tak perlu takut mau usaha skala kecil, menengah hingga besar sekali pun, bisnis kuliner tetap diminati dan memiliki pasarnya sendiri. Hal tersebut diyakini Melvia Kharisma Dewanty, wanita muda usia 26 tahun pemilik Watt’s Dessert Bar yang memilih menekuni hobi dan menjadikannya ladang penghasilan.
Bermula dari hobi, Melvia menceritakan jika sedari dulu ia penggemar dessert seperti Cheese Cake dan Cupcake. Ia menyukai semuanya mulai dari tampilan, rasa hingga proses pembuatan. Dessert juga bukan satu hal yang asing baginya karena sang mama, Desmawati juga berbisnis cokelat maupun cookies dari rumah secara musiman menjelang lebaran, natal dan tahun baru sejak tahun 1998.
Di tahun 2014, Melvia putuskan untuk bekerja sama dengan salah seorang dosennya di Fakultas Ekonomi USU, Walad Altsani Ritonga. Berlokasi di salah satu ruko di seputaran Tasbi Medan, hadirlah Big Boss Pancake and Waffle. “Join berdua dan kita masih sewa tempat berupa teras di ruko orang lain. Dessert yang disajikan pancake dan waffle karena aku memang benar-benar suka sama camilan yang cantik dan manis-manis,” tuturnya.
Ketika penjualan Big Boss Pancake and Waffle meningkat, Melvia merasa harus menambah varian menu, namun di saat yang bersamaan ia juga merasa harus memulai usahanya sendiri. Tahun 2015 Melvia yang akrab disapa Pipai ini secara mandiri memberanikan diri menjual dessert buatannya secara online dengan memanfaatkan media sosial.
“Waktu itu menunya masih dua, Cheese Cake dan Cupcake. Sistem pre-order via Instagram dan Line. Jadi siapa yang pesan hari ini, diantar besok harinya. Mulainya memang benar-benar dari awal. Sempat juga diantar ke kampus, di Fakultas Ekonomi dan Kedokteran USU bahkan ikut bazar ke sana-sini kalau ada event kampus,” ceritanya.
Perlahan tapi pasti, usahanya terus berkembang. Ia mulai membeli ruko satu pintu agar pelanggan lebih mudah menikmati dessert buatannya. Hingga akhirnya di tahun 2016, Big Boss Pancake and Waffle kepunyaan sang dosen yang kini menjadi suaminya kembali bergabung dengannya.
“Sekarang pengelolaannya berdua dan aku di bagian produksi, standarisasi bentuk, rasa maupun resep. Kalau suami lebih ke manajemen dan pengembangan sumber daya manusianya,” lanjut wanita yang juga menyukai kucing tersebut.
Ia percaya meski hanya autodidak, hobi yang ditekuni dengan serius pasti akan memberikan banyak manfaat. “Aku enggak ada kursus, hanya autodidak karena sedari awal senang dengan hal demikian. Aku konsentrasi di situ dan selalu meng-update diri dengan rajin mengikuti perkembangan bisnis kuliner terutama dessert, baik yang di dalam dan luar negeri. Kalau sedang liburan ke daerah-daerah di Indonesia seperti Bandung dan Bali, selalu cicip-cicip sembari mencari inspirasi lalu coba dimodifikasi sendiri,” katanya.
Buka Baking Class dan Bisnis Class
Kini, di tahun 2019, Watt’s Dessert Bar sudah memiliki 13 pegawai. Pipai tak ingin berhenti sampai di situ. Selain menyerap lebih banyak tenaga kerja, ia juga ingin lebih bermanfaat dan bisa membagikan pengalamannya kepada orang lain. Untuk itulah digagas pendirian Baking Class dan Bisnis Class. Baking Class diadakan satu hari setiap Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat dengan menu berbeda-beda. “Kelasnya per hari, bisa Senin saja atau Selasa dan pesertanya cukup 3 sampai 4 orang per sesi dengan minimal umur 15 tahun. Menunya juga serupa dengan yang dijual,” katanya.
Sedangkan Bisnis Class dilaksanakan 8 kali pertemuan selama 1 hingga 2 bulan. Peserta tak hanya diajarkan bagaimana memproduksi seperti Baking Class namun juga semua seluk-beluk dalam berbisnis dessert. Mulai dari distribusi, pengenalan pasar, penciptaaan produk hingga proses pemasaran dan branding menu.
Pada delapan sesi tersebut mentor yang dihadirkan tak hanya dirinya namun juga terdapat dosen akuntansi dan ahli lain yang memang menguasai bidangnya. Pendampingan juga tetap dilakukan hingga tiga bulan ke depan meski kursus telah berakhir.
Jangan Mudah Tamak dan Terlena
Empat tahun sudah berjalan, mengusung tagline “Best Dessert Homey Look & Feel”, Watt’s Dessert Bar tetap bertahan dan semakin berkembang. Banyak kejadian maupun peristiwa yang membuat Pipai kuat dan semakin mencintai bisnisnya. Ia sadar, bisnis kuliner selalu memberi kesempatan kepada orang yang mau belajar dan tak mudah menyerah.
Menurutnya penting juga untuk bersifat konsisten, tak mudah terlena hingga jangan pernah tamak sedikit pun. “Ada titik dimana kita bisa terlena, biasanya ketika bisnis sedang ramai-ramainya diminati pelanggan. Inovasi produk harus tetap ada, jangan cepat merasa puas apalagi tamak, sanggupi orderan sesuai kemampuan. Beberapa kalangan ketika produknya sudah dilirik mulai mengurangi kualitas. Mulai dari penggunaan bahan hingga pengecilan ukuran. Atau terkadang ada yang sengaja mengakali, bahan hanya cukup untuk orderan 6 pax tapi karena ada orderan 10 pax, bahan dipaksa mencukupi. Nah, yang seperti ini tanda-tanda kehancuran,” pesannya.