Pengalaman menjadi cermin bagi jurnalis untuk membuktikan eksistensi dan rekam jejak mereka. Pengalaman adalah guru paling berharga dan hal tersebut dibenarkan jurnalis senior, Linova Rifianty yang saat ini menjabat sebagai Kabiro (Kepala Biro) Tv One Wilayah Sumatera. Suka duka, susah senang, lara dan asa menjadi jurnalis perempuan ia nikmati dalam berbagai kegiatan peliputan dan produksi berita.
Linova memulai karir jurnalistiknya sejak duduk di semester tiga bangku perkuliahan sebagai fotografer lepas di beberapa media cetak. Ia awalnya tak berniat menjadi jurnalis karena perempuan yang memiliki hobi memotret ini hanya bercita-cita keliling dunia saja. Linova sempat kuliah di Universitas Darma Agung Medan Jurusan Pertanian sebelum akhirnya memutuskan mempelajari ilmu jurnalistik di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Pembangunan Medan.
“Motret dan jalan-jalan itu sepaket karena dengan jalan-jalan aku bisa banyak motret. Salah satu cara keliling dunia gratis waktu itu ya jadi jurnalis. Terbukti ketika akhirnya aku nekat ambil dua perkuliahan, semester tiga sudah ditawari jadi kontributor berita untuk beberapa harian cetak seperti Mimbar Umum dan Waspada,” ceritanya.
Tahun 1994 Linova diterima bekerja di Associated Press, salah satu kantor berita tertua kepunyaan Amerika Serikat. Ia juga sempat menjadi fotografer di Badan Warisan Sumatera, mendata bangunan bersejarah di Sumatera Utara. Ditengah kesibukan itu ia mulai melirik dunia televisi hingga akhirnya di tahun 2002, resmi bergabung dengan Lativi (TV One saat ini).
“Freelance di kantor berita asing dan tiba-tiba terpikir untuk bergabung di TV. Saya lamar di tiga tempat yaitu TV 7, Lativi, Metro TV dan TPI (saat ini MNC). Keterima di TV 7 dan Lativi. Saya pilih Lativi karena saya suka siaran berita Bahasa Inggris mereka,” katanya.
Selama enam tahun dari 2002 hingga 2008, Linova menikmati hari-harinya sebagai jurnalis. Memikul kamera berbobot delapan kilogram dan mengunjungi banyak tempat untuk melakukan peliputan berita. Menurutnya dimana pun seorang jurnalis bertugas, penting untuk terus menjunjung tinggi kejujuran dan kode etik jurnalistik.
Disekap Karena Berita Honor pertama Linova sebagai jurnalis hanya Rp10.000,00- dipotong pajak tersisa Rp8.500,00-. Jelas bukan karena materi ia menggeluti dunia jurnalistik. Lebih dari sekadar mengabdi, bahkan nyawa pun pernah Linova pertaruhkan demi berita.
Tindakan intimidasi yang paling ia ingat terjadi pada tahun 2003 ketika melakukan peliputan berita di Medan. Saat itu tengah ada pembukaan salah satu perumahan elit. Linova disandera ketika akan mengambil gambar. Tangan ditarik, kamera ditahan, kasetnya disita lalu dipaksa masuk ke dalam satu rumah. Ia selamat berkat bantuan dari teman sesama jurnalis walaupun sempat ditahan selama satu jam.
Satu Pesawat dengan Melinda Gates
Siapa yang tak kenal Melinda French? istri pendiri Microsoft Corp yang terkenal dermawan tersebut pernah Linova temui secara tak sengaja di tahun 2004 ketika ia meliput peristiwa tsunami di Aceh. Waktu itu Linova tak kebagian tempat di pesawat padahal harus pulang ke Medan menyerahkan hasil liputan.
“Harusnya gambar dititip lewat Kodam, namun jalan dari Tenong ke Meulaboh putus maka mau tak mau saya harus pulang. Ada tumpangan dari pesawat TNI namun begitu tiba, lapangan udara sudah full. Alhasil saya terdampar. Melihat ada pesawat jet pribadi baru mendarat, milik orang asing langsung saya datangi,” katanya.
Meski tak tahu siapa, Linova tetap menyambangi pilotnya sembari membawa ransel berisi kamera dan peralatan lainnya. Awalnya sang pilot terlihat ragu namun tetap mengizinkannya menumpang. Linova pun melihat ada seorang perempuan duduk di dalam, namun ia tak sadar jika perempuan tersebut adalah Melinda Gates.
“Dia lihat aku dengan wajah yang kucel lalu dia bertanya, kamu tidak masalah duduk di kursi cadangan? Aku segera menjawab tidak asalkan bisa tiba di Medan secepatnya. Keesokan harinya ketika baca berita, ternyata perempuan semalam adalah istri Bill Gates. Kalau tahu, sudah sekalian wawancara karena mereka memberikan bantuan makanan,” ceritanya.
Kantor atau Lapangan, Tantangan Selalu Ada
Tepat 14 Februari 2008, ketika Lativi diakuisisi dan Tv One resmi mengudara, Linova lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Sebagai Kepala Biro ia mengorganisasi 50 kontributor dari wilayah Sumatera dari Aceh hingga Lampung dan 20 stringer (jurnalis lepas) dengan total keseluruhan sebanyak 70 orang.
Bagi wanita kelahiran Februari tersebut berada di lapangan maupun di kantor, tantangan sebagai jurnalis selalu ada. Masing-masing punya nilai, bobot dan kesan tersendiri.
“Dahulu di lapangan hanya satu berita kriminal per hari, kalau sekarang saya bisa lihat empat hingga lima orang meninggal dengan berbagai cara. Mereka kirim gambar asli mulai dari bayi dibuang, suami memutilasi istri, mayat dalam spring bed dan lainnya. Tantangannya di sini, jangan sampai saya mati rasa terhadap belas kasih karena terbiasa melihat hal mengerikan tiap hari,” ceritanya.
Penulis: Imada Lubis
Fotografer: Aldi Reynaldi