Medan, KoverMagz – Tindakan Reaktif dan Tanggapan Responsif oleh kamus diartikan dengan hal yang identik, mirip, dan sangat dekat, hampir tidak ada perbedaan sebenarnya. Namun di dalam kehidupan bersama ada, atau membawa sebuah perbedaan yang cukup signifikan. Masuk dalam ranah rasa, yang kadang lepas dari arti bahasa.
Sama-sama dalam arti karena memberikan jawaban atau memberikan tanggapan atas sebuah peristiwa, pernyataan, atau kejadian. Termasuk di dalamnya adalah tanggapan dalam bentuk status media sosial, atau artikel dalam sebuah tulisan.
Terlibat dalam percakapan di mana ada perbedaan adalah hal yang biasa terjadi. Saat anda membangun argumen anda, satu tanggapan yang salah dapat menyebabkan ledakan negativitas dari orang lain lantas reaksi anda dan tanggapan anda memutuskan apakah percakapan itu berakhir dengan saling memahami atau selesai begitu saja tanpa ada solusi.
Abraham Hicks, seorang motivator duniaberkata, “Anda dapat menemukan diri anda dalam lingkaran tanpa akhir di mana anda menjelaskan bahwa anda merasa negatif karena perilaku negatif orang lain. Tetapi sebaliknya, jika anda mengendalikan emosi anda sendiri dan anda memikirkan pemikiran yang lebih baik karena merasa lebih baik melakukannya, anda akan menemukan bahwa tidak peduli bagaimana tren negatif dimulai, anda dapat mengubahnya. Anda tidak bisa mengendalikan apa yang dikatakan oleh orang lain begit pun juga dengan perilaku orang lain terhadap apa yang kita katakan dan lakukan tetapi anda memiliki kendali penuh atas pikiran, getaran, emosi, dan titik ketertarikan anda.
Tindakan Reaktif
Dalam berbagai situasi kehidupan, orang mungkin lebih mudah tersinggung, suka berkelahi atau negatif daripada anda dan reaksi mereka di luar kendali. Dalam berbagai situasi kehidupan, orang mungkin lebih mudah tersinggung, suka berkelahi atau negatif daripada anda dan reaksi mereka di luar kendali anda. Ketika menyangkut pikiran, emosi, dan tindakan anda, anda harus memutuskan untuk bereaksi dan menjadi lebih menyukainya, atau sebaliknya merespons dan menjaga getaran agar tidak masuk ke dalam hal-hal negatif.
Mudah kecewa menghadapi kritikan dan cenderung menuntut orang lain memahami dirinya, daripada berusaha memahami orang lain. Pribadi reaktif ini kurang tanggap akan betapa pentingnya memperbaiki diri. Ini karena pribadi reaktif lebih menuntut orang lain melakukan sesuatu daripada dirinya sendiri. Orang yang bersikap reaktif baik di kantor, organisasi maupun di lingkungan bisnis, cenderung kurang disukai banyak orang. Karena pribadi reaktif ini lebih memikirkan diri sendiri daripada orang lain.
Tanggapan Responsif
Sikap responsif lebih mengutamakan tangung jawab daripada emosi. Bijak dalam menghadapi kiritikan, karena ia selalu berusaha memahami orang lain. Pribadi responsive selalu mengajak dirinya untuk lebih memikirkan apa yang seharusnya ia lakukan, bukan apa yang seharusnya orang lain lakukan. Menjadi pribadi responsif ini lebih disukai orang lain karena sikap tanggung jawabnya yang lebih memikirkan apa yang bisa ia lakukan dan tidak memikirkan diri sendiri.
Berikut kami jabarkkan apa saja yang menjadi perbedaan dari kedua sikap pribadi tersebut jika dipertemukan dalam situasi yang sama :
- Reaktif cenderung spontan dan langsung tanpa adanya waktu atau jeda untuk memikirkan apapun. Spontan yang lahir dengan begitu saja. Pada sikap responsif, spontannya masih ada waktu untuk menjaga jarak dan tenang untuk bisa menimbang apa yang mau dinyatakan atau dikatakan. Ada waktu untuk memberikan pertimbangan rasional.
- Tindakkan spontanitas reaktif cenderung emosional, karena langsung memberikan tanggapan tanpa ada waktu untuk menimbang. Emosional identik dengan kecenderungan untuk menyerang. Jika kita adalah orang yang reaktif, kita memiliki kecenderungan untuk menyerang pendapat orang lain, padahal kadang kita tidak bermaksud seperti itu, namun karena sudah menjadi kebiasaan dan kita sudah melakukan tanpa kita sadari. Pada responsif yang telah didahului kesempatan menimbang, bisa terukur atas tanggapannya.
- Spontanitas dari sikap reaktif berasal dari bawah sadar, yang sangat tergantung pada masa lalu, pengalaman, bersifat curiga, berisi persepsi, dan asumsi yang tidak terkendali. Reaksi yang diberikan karena pengalaman atau sikap curiga terlebih dulu. Responsif akan memberikan tanggapan dengan sadar, bisa melepaskan dari kecurigaan dan persepsi sehingga hasilnya lebih bisa bernuansa jawaban dialogis.
4. Reaktif sering identik dengan pengalaman masa lalu, tidak jarang pengalaman itulah yang membawanya ke dalam spontanitas. Berbeda dengan responsif yang memberikan tanggapan dengan terkendali dan proporsional atas penyataan, meskipun ada provokasi bisa dengan elegan menjaga jarak untuk bisa terkendali dan tidak terpancing.
5. Reaktif memiliki kecenderungan untuk menyerang, padahal belum tentu demikian yang dimaksudkan oleh aksi oleh pihak satunya. Menyerang karena poin-point di atas yang menjadi pola pikir dan pola tindaknya. Sebaliknya sikap responsif memberikan tanggapan sebagai jawaban atau bantahan dengan sesuai apa yang menjadi fokus bahasan.
6. Reaktif cenderung untuk menutupi kelemahan. Pihak lain di nilai sebagai “penyerang” yang akan mempermalukan. Untuk menutupi kelemahannya sendiri orang yang reaktif ingin menunjukkan bahwa dirinya serba bisa, meskipun jika kita tahu ada hal yang tidak kuasai, namun kita tidak ingin orang lain tau kelemahan kita tersebut. Padahal, sebenarnya ketidaktahuan akan sesuatu yang baru adalah hal yang wajar, justru dari situ kita belajar agar menjadi bisa, bukannya menutup diri dan mengatakan bahwa kita bisa. Pribadi yang responsif akan melakukan balasan sebagaimana adanya. Tidak ada serang menyerang atau merasa terintimidasi.
7. Reaktif akan memikirkan akibat itu belakangan. Tidak peduli apa yang akan terjadi, yang penting bereaksi dengan cepat. Berbeda dengan responsif yang memikirkan dulu dampaknya dan baru memberikan tanggapan.
Reaktif membuat kita memikirkan apa yang kita katakan setelah kita mengatakannya, bukan sebelum mengatakannya, akibatnya perkataan yang keluar dari mulut kita hanya keluar begitu saja tanpa kita pikirkan lebih dahulu, dan itu akan menjadi kebiasaan kita jika kita tidak berusaha mengubahnya. Sebuah tanggapan bukanlah untuk mengalahkan, namun bisa menemukan titik temu, baik sama ataupun berbeda.
Penulis : Annette Thresia Ginting
Sumber : Berbagai Sumber