Baru baru ini tengah ramai diperbincangkan mengenai Istilah Quiet Quitting. Bagi yang masih asing dengan istilah ini bisa menyimak penjelasan berikut ini.
Biasanya istilah ini digunakan para pekerja yang memilih untuk melakukan pekerjaan sesuai job desk dan upahnya saja. Mereka memandang pekerjaan atau tempat bekerja secara apatis, bekerja pasif, dan juga menyimpan masukan jika tidak diminta bicara.
Quiet quitting ini tengah menjadi tren di kalangan pekerja Gen-Z setelah sejumlah konten viral di TikTok menyebut tren ini baik untuk kesehatan mental. Akibatnya, tren ini menjadi gelombang baru untuk mendapatkan keseimbangan hidup yang lebih baik atau yang dikenal dengan jargon “work life balance”.
Pada prinsipnya sendiri bahwa quiet quitting adalah cara diam-diam mengambil jarak dengan pekerjaan dan memberikan prioritas lebih banyak pada kehidupan pribadi.
Dampak positif Quiet Quitting
Dilansir dari Prambors.com, seorang psikolog Lee Chamber mengatakan, quet quitting dapat menjadi coping mechanism untuk mengatasi burnout atau rasa jenuh akibat overwork yang kronis. Terlebih saat seorang pekerja merasa kerja kerasnya kurang dihargai.
Sementara itu, psikoterapis Tania Taylow menegaskan bahwa rumah dan pekerjaan memang tidak seharusnya menyatu. Dalam kaitannya dengan mental health alias kesehatan mental, seseorang juga harus mengakui bahwa dirinya lebih berdaya daripada apa yang diberikan oleh pekerjaan.
Adanya jarak antara kehidupan pribadi dengan pekerjaan, menurutnya juga dapat memperkaya seseorang dengan hal lain seperti bersosialisasi. Secara tidak langsung, quiet quitting menurutnya dapat meningkatkan produktivitas.
Dampak negatif Quiet Quitting
Meskipun menjanjikan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, tren quite quitting bukan tanpa risiko. Ada kemungkinan, bos atau senior menyadari hal itu lalu menganggap seseorang tidak lagi punya motivasi untuk bekerja keras.
Di sisi lain, quiet quitting juga berisiko membuat seseorang kehilangan rasa terlibat, kehilangan tujuan, dan juga kepuasan dalam bekerja. Padahal, hal-hal tersebut juga penting dalam kaitannya dengan mental health.
Dari penjelasan di atas, bagi sobat Kover yang mau memilih quite quitting, coba dipikir-pikir dan ditimbang-timbang lebih dulu. Kira-kira akan dapat efek positif lebih banyak atau justru sebaliknya?