Setiap hari semua portal berita akan memberikan kabar terkini terkait virus corona. Penyakit ini pun sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Wajar apabila seseorang merasa takut sebab banyaknya berita yang buruk yang beredar terkait virus corona.
Seseorang yang panik dan takut mungkin saja akan merasakan reaksi sugesti yang mirip dengan gejala virus corona. Gangguan ini disebut juga dengan psikosomatis yakni gejala-gejala fisik yang timbul karena fakta-fakta psikologis.
Timbul Karena Rasa Cemas
Selama pandemi dari virus corona terjadi, kecemasan masyarakat menyebar lebih cepat dibandingkan dengan penyakit itu sendiri. Hal tersebut membuat kepanikan dan terkadang beberapa orang mulai merasakan gejala mirip COVID-19. Padahal, hal ini wajar terjadi karena gejala psikosomatis tadi.
Gangguan psikosomatis timbul ketika kecemasan dan rasa panik terjadi pada pikiran dan tubuh. Tubuh akan “ikut” merasakan gejala dari gangguan tersebut karena pusat rasa cemas menjadi terlalu aktif bekerja.
Ketika tubuh merasa terancam dan rentan, adrenalin bakal mengalir ke seluruh tubuh memicu nyeri dada, sakit kepala, tubuh tidak nyaman, dan demam, mirip seperti gejala yang muncul akibat COVID-19. Hal inilah yang dapat menyebabkan stres.
Pentingnya Social (Media) Distancing
Psikosomatis dapat menular melalui emosional baik secara pribadi maupun ketika orang-orang di sekitarmu berbicara tentang rasa cemas tersebut melalui platform media sosial.
Maka dari itu, penting untuk membatasi interaksi sosial dan interaksi media sosial yang dapat menimbulkan rasa cemas dan ketakutan sehingga psikosomatis menyerang. Hindari membaca berita-berita negatif, sebaliknya fokus pada upaya pencegahan dan penanganan semaksimal mungkin.
Tingkatkan Imunitas
Selain menjaga kesehatan fisik agar sistem imun tetap terjaga, kesehatan mental pun juga perlu ditingkatkan. Pastikan tubuh kamu tetap bugar secara fisik dan psikis agar benar-benar terhindar dari virus corona. Perlu diketahui, kecemasan yang berlebih dapat menurunkan kekebalan tubuh, sehingga sangat dianjurkan agar merespon sesuatu secara wajar.
Jika seseorang memiliki riwayat kecemasan dan serangan panik, maka ingatkan bahwa gejala yang muncul adalah psikosomatis. Saat gejala fisik muncul, coba tenangkan diri dengan mengatur pernapasan. Saat tubuh rileks, yakinkan kembali bahwa gejala yang muncul disebabkan oleh panik bukan COVID-19.
Apabila kepanikan tidak mereda dan gejala fisik terus muncul, segera konsultasikan masalah dengan dokter, psikiater, maupun psikolog.
Sumber: CNN, Halodoc