Prilly Latuconsina Beli Klub Persikota Tangerang, Trend Baru Bisnis Olahraga?

Belakangan ini, sederet artis kenamaan tanah air mempelopori bisnis baru yakni di bidang seni olahraga. Trend perubahan bisnis ini menjadi fenomena menarik di bagi kalangan pakar olahraga juga dan netizen. Ramai media telah memberitakan bagaimana beberapa artis telah mengakuisisi kepemilikan klub-klub sepak bola tanah air. Salah satunya adalah Prily Latuconsina yang telah dinyatakan telah resmi menjadi pemilik klub Persikota Tangerang

WANITA DI BALIK BISNIS SEPAKBOLA

Prily Latuconsina menjadi artis perempuan pertama di Indonesia yang melenggangkan diri ke dalam bisnis sepak bola.  Selain menunjukkan bahwa kaum perempuan juga banyak yang menggemari olahraga sepakbola, hal ini cukup menginspirasi bagi pengusaha atau pebisnis wanita di tanah air untuk ikut terjun ke sepak bola. 

Jauh sebelum ini, seorang wanita tangguh, tepatnya seorang pejuang perempuan yang terlibat dalam pembebasan Irian Barat, yakni Herlina Kasim, telah terlebih dahulu menapakkan kakinya di industri sepakbola. Wanita ini adalah salah seorang pendiri Caprina FC yang berlaga di kompetisi Galatama era 80-an.

Bagi Prily Latuconsina ini merupakan petualangan yang baru sebagai perempuan yang bekerja dibalik belakang klub sepak bola yang isinya didominasi oleh kaum pria. 

 

MOTIVASI UNTUK MEMILIKI KLUB SEPAKBOLA

Pada sebuah live session bersama Erick Thohir di Instagram, Prily Latuconsina mengatakan awal mula ketertarikan dengan sepak bola adalah saat dirinya menonton secara langsung beberapa pertandingan sepak bola Indonesia dan merasa sedih ketika Indonesia gagal membawa piala di laga AFF 2020 lalu. Ia berkeinginan besar untuk mengembangkan dan membenahi sepak bola tanah air dan memulai dari akar rumput yakni klub-klub sepak bola. Ia yakin dari klub-klub sepak bola akan melahirkan talenta-talenta luar biasa untuk Tim Nasional Indonesia mendatang. 

Memang belakangan ini, sepak bola mendapat atensi lebih dari  masyarakat khususnya generasi milenial atau gen Z yang sebelumnya acuh terhadap sepakbola. , kini menjadi topik pembahasan perkembangan olah raga tersebut. Khususnya kalangan perempuan Indonesia. Entah karena ketertarikannya melihat keahlian pemain mengocek si kulit bundar ataukah ada penilaian lain sehingga mereka sangat antusias memberi dukungan. 

Kita boleh melihat bagaimana euforia kaum perempuan saat mendukung Timnas Indonesia saat pegelaran AFF 2020 kemarin. Baik di kota hingga pelosok desa, para emak-emak satu suara mendukung Timnas walau pada akhirnya harus mengakui  ketangguhan negeri gajah putih, Thailand. Namun kekalahan tim besutan Shin Tae-yong  yang  gagal mengangkat piala, tak menyurutkan kecintaan mereka terhadap Asnawi Mangkualam Cs.

Berstatus juara di Liga 3 Banten pada musim 2021, klub dengan julukan Bayi Ajaib ini juga berburu peluang dan fokus promosi ke Liga 2 pada musim depan. Prily juga optimis klub besutannya akan berjuang sepenuhnya untuk memperoleh tiket Liga 1 di waktu yang akan datang. 

ARTIS DAN SEPAKBOLA

Semacam suatu trend, sebelum Prily, sederet artis telah mengisi bisnis dunia olahraga, antara lain Raffi Ahmad yang mengakuisisi klub sepak bola Cilegon FC yang kini bernama Rans Cilegon FC, ada juga Atta Halilintar mengakuisisi PSG Pati FC dan di bidang olahraga Basket ada Gading Martin dan Baim Wong.

Dilansir dari media online SindoNews.com, . pakar marketing dan managing Partner Inventure Yuswohady menilai masuknya figur publik seperti artis dalam industri sepak bola mampu mendongkrak nilai pasar suatu klub bola. Memiliki fansclub dan jutaan followers di jagad media sosial, ketenaran artis ditambah kemampuan modalnya dinilai menjadi magnet bagi investor -investor lain untuk ikut menanamkan dananya dalam sebuah klub. 

“Sebenarnya kalau dari sisi branding, artis itu adalah brand. Dia punya massa. Klub sepak bola itu juga brand, dia juga punya massa. Artinya kalau dia (artis) itu beli, maka seperti disatukan (massa) nya,” kata Siwo, panggilan akrabnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa (1/2/2022).

Namun, Siwo mengkhawatirkan, sejalan dengan sifat tren yang tumbuh-tenggelam, demikian pula komitmen sang artis dalam sebuah klub olahraga saat ketenaran klub ataupun sosok sang artis telah meredup.

“Ketika sudah berjalan lima tahun sepuluh tahun, dan dunia persepakbolaan tidak heboh lagi, apakah mereka mau komitmen lagi, memunculkan brandnya, effortnya tidak, karena kemudian kalau dia cuma ngikuti tren, ya paling tiga tahun lagi saat trennya sudah tidak bagus, ya dia akan keluar,” kata Siwo.

Penulis: Ikbar Sinaga
Baca Juga:  Daftar Grup KPop Ternama yang Comeback Pada Tahun 2025