Banyak yang tak menyangka tanaman Pakis sayur punya beragam manfaat. Salah satunya untuk mengatasi penyakit diabetes melitus. Bagi masyarakat Indonesia, pakis sayur bukanlah tumbuhan yang asing. Namun, tak banyak yang tahu tanaman ini kaya akan manfaat.
Pakis merupakan jenis tumbuhan paku atau Tracheophyta yang dapat tumbuh liar tanpa perawatan khusus, umumnya berkembangbiak pada habitat lembap. Namun, perlu diingat bahwa tak semua jenis tumbuhan paku dapat dikonsumsi. Sama halnya dengan jamur, beberapa diantaranya beracun bila dikonsumsi, begitu pula dengan tanaman paku.
Tanaman paku yang aman dikonsumsi hanya pakis sayur bernama latin Diplazium esculentum, manfaat sayur paku bagi kesehatan cukup banyak dan dapat dijadikan rekomendasi menu masakan.
Mengenal Sayur Pakis
Sayur pakis tumbuh di lingkungan dengan suhu 19 hingga 27oC dan kelembapan 80 hingga 90%. Itulah alasan tanaman satu ini banyak tumbuh di sekitar tepi sungai, rawa-rawa dan hutan. Bagian tumbuhan pakis yang dapat dikonsumsi hanya bagian tunas kuncup, karena bagian tengah hingga pangkal batang cenderung bertekstur keras dan berserat. Sayur pakis dapat tumbuh mencapai 1,5 meter, pada ujung batang berbentuk lekukan U, daunnya menyirip dengan warna hijau cerah.
Nutrisi Dalam Sayur Pakis
Tergolong dalam sayuran rendah kalori dan tinggi protein, sayur pakis digadang menjadi menu sehat dalam program diet. Tidak hanya itu, nutrisi lain juga ditunjang oleh sayur ini, diantaranya karbohidrat, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, kalium, natrium, Zn, Vitamin C, B3, B12, B9 dan A.
Vitamin A dalam sayur pakis merupakan yang tertinggi dengan persentase kebutuhan harian 72%, disusul vitamin C sebesar 44% dan mineral mangan 26%.
Pakis Sayur untuk Mengatasi Diabetes Melitus
Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa diabetes melitus adalah penyakit di mana kadar glukosa darah dalam tubuh manusia melebihi nilai normal. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas untuk menurunkan kadar gula darah.
Pakis sayur diketahui mengandung zat antidiabetes. Dwi Koko Pratoko dalam tulisannya yang berjudul Paku Sayur (Diplazium esculentum) “Terabaikan” Namun Tidak Bisa “Diabaikan” mencatat bahwa ekstrak pakis sayur menunjukkan aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan α-amilase yang relatif tinggi, di mana ini berkaitan erat dengan pencernaan karbohidrat, serta dapat mengurangi peningkatan glukosa darah dalam tubuh secara signifikan saat selesai makan.
Karena itu pula, pakis sayur telah dikembangkan menjadi obat diabetes. Salah satu riset pengembangan ini dilakukan oleh tim mahasiswa dari program studi kimia Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI).
Disokong pendanaan dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek), dalam riset ini tim mahasiswa UMMI mengkestrak pakis sayur dengan metode perendaman dalam pelarut atau maserasi. Selanjutnya, dilakukan analisis LC-MS/MS untuk mengidentifikasi senyawa apa yang paling sesuai untuk digunakan sebagai antidiabetes.
Tahap berikutnya adalah skrining fitokimia untuk memastikan komponen senyawa yang terindentifikasi sesuai dengan kajian literatur yang digunakan. Ekstrak pakis sayurnya juga diujikan secara in-vivo terhadap mencit putih.
“Hasil uji aktivitas pada parameter kadar gula darah diperoleh dosis terbaik yaitu 400 mg yang mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok lain dimana hasil rata-rata penurunannya selama 21 hari mencapai 21,25 mg/dL.” ujar ketua tim mahasiswa Nissa Iljannah, seperti diwartakan laman resmi UMMI.
Obat diabetes melitus dari pakis sayur ini diklaim cocok menjadi alternatif bagi obat sintetis. Sebab, obat sintetis jika dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan berbagai efek samping mulai dari diare, sakit kepala, hingga muntah-muntah.