Mengulik Kisah Mitologi Goblin Yang Diadaptasi Dalam Drama Korea

Mengulik Kisah Mitologi Goblin Yang Diadaptasi Dalam Drama Korea
Mengulik Kisah Mitologi Goblin Yang Diadaptasi Dalam Drama Korea

Sobat kover, tentu anda sudah tidak asing lagi bukan mendengar kata goblin? Pasalnya, goblin pernah dijadikan sebagai salah satu serial drama Korea dengan dibintangi oleh Gong Yoo dan aktris cantik Kim Go-Eun. Drakor ini menceritakan seorang jenderal pada masa Dinasti Goryeo bernama Kim Shin. Raja muda yang merasa iri dengan kemampuan Kim Shin lantas menjebak dan membunuhnya. Oleh Dewa, Kim Shin kemudian dikutuk menjadi Goblin dengan kehidupan abadi.

Kim Shin hanya dapat kembali ke alam baka jika dia berhasil menemukan cinta sejati yang akan menjadi pengantin Goblin. Pengantin Goblin ini nantinya akan dapat melihat pedang gaib yang terhunus di tubuh Kim Shin dan mampu mencabutnya. Ratusan tahun kemudian, sang Goblin Kim Shin mulai menemukan titik cerah atas penantian panjang untuk cinta sejatinya 

Drama ini sempat populer pada masanya lantaran menyajikan cerita yang cukup sedih namun juga romantis. Tak heran bila banyak para penggemarnya yang berharap adanya season kedua dari drama Korea tersebut. Namun sebenarnya apa itu goblin Korea tersebut? Dalam artikel ini, kami akan mengajak Anda untuk mengetahui goblin Korea lebih mendalam. Simak ulasannya! 

Latar Belakang Goblin Korea

Mengulik Kisah Mitologi Goblin Yang Diadaptasi Dalam Drama Korea

Melansir dari sumber terpercaya, Goblin atau yang disebut dengan Dokkaebi adalah roh yang mempunyai energi dan keterampilan luar biasa. Mereka memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia dan sering menggunakan kekuatan mereka untuk mengelabui manusia. Dokkaebi dikenal memiliki banyak kemampuan yang bervariasi. Catatan yang paling akurat berasal dari karya abad ke-15 berjudul Seokbo Sangjeol.

Umumnya, dokkaebi atau golbin dipanggil untuk mengharapkan keberuntungan, kesehatan, atau umur panjang. Untuk itu, mereka adalah makhluk yang sangat disembah bagi yang membutuhkan. Keyakinan tentang dokkaebi membawa keberuntungan masih bertahan hingga hari saat ini. 

Asal-usul Kata 

Kata dokkaebi sendiri berasal dari kata majemuk ‘tot’ dan ‘abi’: abi menunjukkan laki-laki dewasa dan tot berarti api atau benih. Oleh karena itu, kombinasi tersebut menandakan laki-laki yang mampu menciptakan kekayaan besar. 

Legenda lain menggambarkan Goblin yang berbeda di dalam beragam bentuk. Mereka biasanya digambarkan mengenakan hanbok, salah satu bentuk pakaian tradisional Korea yang dikenakan pada acara formal. Biasanya berwarna-warni dan dihiasi dengan garis-garis sederhana.

Penyebutan Goblin Korea pertama kali ditemukan dalam sebuah cerita dari Kerajaan Silla di Korea tengah dan selatan. Ini ditampilkan dalam tokoh Lady Dohwa dan Bachelor Bihyeong. Sejak kemunculan pertama mereka dalam cerita rakyat, mereka telah menjadi fitur reguler dalam cerita rakyat dalam mitologi Korea. Mereka bahkan diceritakan sering berinteraksi dengan protagonis manusia dalam berbagai cara.

Goblin dikatakan memiliki sejumlah keterampilan yang berbeda. Mulai dari kemampuan melimpahkan keberuntungan hingga menghukum manusia karena dosa-dosa mereka.

Berbeda dengan penampilannya di Drama Korea yang memanjakan mata, Goblin dalam cerita rakyat Korea justru digambarkan sangat jelek dengan wajah yang memerah, dan terkadang memiliki tanduk beserta dengan satu atau dua kaki. Mereka tercipta dari benda mati yang berlumuran darah, dan sering kali muncul dari benda biasa seperti sapu. 

Sering kali, Goblin Korea dipandang sebagai jahat atau penipu (seperti Satir dalam mitologi Yunani), tetapi beberapa cerita menggambarkan pengalaman positif dengan Dokkaebi.

Bentuk-bentuk Goblin

Dokkaebi juga dapat datang dalam berbagai bentuk, yang paling umum adalah Cham, Gae, Gaksi, Oenun, dan Oedari. Cham Dokkaebi adalah goblin nakal yang mempermainkan manusia dan sering bersembunyi di sekitar mereka menunggu untuk melaksanakan rencana jahat mereka.

Gae Dokkaebi adalah goblin jahat yang berkeliaran di alam liar dan memakan kesengsaraan manusia. Gaksi dan Chonggak Dokkaebi adalah goblin pria dan wanita yang memiliki kemampuan memikat dan merayu manusia.

Oenun Dokkaebi adalah goblin cycloptic yang memiliki reputasi makan dalam jumlah besar dan sangat rakus. Terakhir, Oedari Dokkaebi adalah goblin lucu yang suka mengikuti gulat Korea (Ssireum).

Goblin dalam mitologi Eropa

Berbeda dengan versi Korea, Goblin menurut mitologi Eropa justru adalah makhluk yang nakal. Mereka biasanya digambarkan sangat tidak menyenangkan, pendendam, dan serakah serta memiliki tujuan untuk menimbulkan masalah bagi umat manusia. 

Sedangkan goblin yang memiliki temperamen lebih baik, atau netral hanya sebagian kecil saja. Terlepas dari jenisnya, semua Goblin dikabarkan memiliki berbagai jenis kemampuan khusus dan bersifat magis.

Beberapa Goblin memiliki lebih banyak kekuatan seperti peri, mirip dengan penyihir. Jenis Goblin lain memiliki lebih banyak kemampuan iblis atau hanya menggunakan sihir mereka untuk menyakiti.

Berasal dari Abad 14 dan Tersebar di Berbagai Negara

Goblin biasanya membuat rumahnya sendiri di pegunungan. Mereka menunggu kesempatan untuk merampas barang-barang berharga seperti emas dan perhiasan. Goblin berasal dari abad ke-14 dan paling umum di Eropa barat laut, Skandinavia, Kepulauan Inggris, dan Amerika Serikat. Nama Goblin dikatakan berasal dari ejaan Prancis Kuno gobelin.

Namun, kata ini juga dikabarkan memiliki akar bahasa Jerman, Yunani, dan Latin dengan konotasi negatif secara keseluruhan (Gobelinus adalah nama setan atau iblis yang menghantui negara Normandia). Goblin pertama kali dipopulerkan dalam dongeng dari Abad Pertengahan.

Penampilan Goblin sangat bervariasi tergantung pada negara asalnya, meskipun sebagian besar jenis Goblin dikenal memiliki rambut yang agak sulit diatur dan kulit berwarna hijau.

Selain itu, tipe goblin Grow atau Kabold adalah yang kerap dibayangkan banyak orang, yakni goblin yang memiliki kemampuan untuk berubah bentuk seperti manusia. Padahal seperti yang sudah dijelaskan, goblin terdiri dari 10 jenis yang berbeda-beda. Jenis ini sering disebut sebagai ‘sub-ras’ dan setiap sub-ras biasanya memiliki penampilan dan kemampuan yang berbeda.