Mendengar sampah plastik yang diubah menjadi bahan kerajinan tangan mungkin sudah menjadi hal biasa yang kerap kita jumpai. Tapi bagaimana jika itu menjadi bahan bangunan? Sesuatu hal yang unik dan cukup menarik bukan? Pasalnya, sangat jarang sekali suatu sampah plastik dapat digunakan menjadi bahan bangunan.
Nah hal inilah yang kemudian dilakukan oleh dua wanita Indonesia hebat bernama Ovy Sabrina dan Novita Tan. Nama kedua mahasiswi psikologi di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta itu pernah menjadi sorotan publik lantaran memiliki ide bisnis yang unik namun sangat bermanfaat bagi lingkungan khususnya dalam hal pelestarian lingkungan.
Latar Belakang Berdirinya Rebricks
Ya, Ovy Sabrina dan Novita Tan mendirikan perusahaan bisnis bernama Rebricks yakni sebuah perusahaan rintisan yang memproduksi bahan bangunan ramah lingkungan dari sampah plastik. Setelah lulus kuliah, mereka sempat memiliki bisnis kuliner bersama. Namun, kini bersama-sama mendirikan Rebricks.
Kepedulian terhadap isu lingkungan hidup, terutama pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah plastik menjadi latar belakang didirikannya Rebricks. Ide itu muncul kala mereka mengobrol tentang beberapa jenis sampah plastik yang belum bisa didaur ulang dan diolah.
Mereka berpikir tentang masa depan generasi selanjutnya, bila sampah-sampah plastik yang belum bisa diolah kembali itu terus menumpuk dan berdampak buruk kepada lingkungan.
Ditambah lagi, Ovy terinspirasi dari orang tuanya yang mempunyai usaha produksi paving block konvensional. Setelah lulus kuliah, dia sempat membantu sang ayah bekerja di tempat tersebut.
Di sisi lain, Novita pernah berkecimpung di organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Dia juga pernah mendirikan Sekolah Harmoni Hijau yang bertujuan menyebarkan kecintaan terhadap alam di sekolah.
Berawal dari itulah, mereka berdua akhirnya berinovasi untuk membuat paving block dari sampah plastik. Pada tahun 2018, Ovy dan Novita mulai meneliti untuk mencari cara mengolah sampah plastik kemasan menjadi bahan bangunan. Keduanya tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik namun mereka berusaha untuk melakukan penelitian.
Untuk menunjang penelitian sekaligus membantu dalam riset dan pengembangan produk-produk Rebricks, mereka bahkan merekrut seorang dosen teknik sipil. Sedangkan untuk memperoleh bahan baku pembuatan bahan bangunan, Rebricks dibantu oleh orang-orang yang bersedia mengirimkan sampah rumah tangganya.
Peluncuran Produk Pertama
Rebricks meluncurkan produk pertamanya berupa paving block setahun kemudian, pada November 2019. Menurut Ovy, proses paling lama dalam menghasilkan bahan bangunan dari sampah plastik ialah menggenapi kualitas produk sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI).
Paving block Rebricks dikategorikan dalam kriteria SNI kelas B, cocok digunakan dalam pembuatan pelataran area parkir dan fasilitas pejalan kaki. Bata-bata itu teruji bisa menahan beban 250kg per sertimeter persegi.
Kehadiran paving block buatan Rebrick bisa dibilang cukup membantu pemerintah Indonesia dalam membantu mengurangi tumpukan sampah.
Rumitnya Persoalan Sampah Plastik
Apalagi kita tahu bahwa limbah plastik masih menjadi masalah global yang sulit dipecahkan. Menurut Plastic Waste Discharges from Rivers and Coastlines in Indonesia, laporan yang dikeluarkan Bank Dunia pada 2021, Indonesia menghasilkan 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sebanyak 4,9 juta ton sampah tersebut tidak terkelola dengan baik.
Kendati begitu, efek pemanasan global tidak cukup jika hanya dimitigasi melalui pengurangan sampah. Bank Dunia memperkirakan bahwa pada tahun 2050, jumlah sampah di bumi akan mencapai 3,4 miliar ton. Akumulasi sampah akan menghasilkan gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Hal serupa juga turut disampaikan oleh Ovy. Ia berpendapat jika dampak pemanasan global tidak hanya disebabkan oleh sampah. Pemanasan global menjadi faktor (pendorong) bahwa sebagai masyarakat sudah seharusnya memanfaatkan energi terbarukan. Oleh karena itulah, sampah menjadi konsentrasi yang cukup penting untuk ditindaklanjuti. Baik masyarakat maupun pemerintah sudah seharusnya bekerja sama dalam memikirkan langkah-langkah penanggulangan sampah.
Bukan hanya Paving Block
Selain digunakan dalam produksi paving block, sampah plastik juga bermanfaat dalam pembuatan batako dan roster. Perusahaan Rebricks dengan hati terbuka siap menerima pelbagai sampah dari perusahaan-perusahaan lain yang ingin berkolaborasi dengannya. Adapun jenis sampah yang diterima oleh Rebricks adalah sampah rumah tangga berupa kemasan, plastik kemasan isi ulang, bubble wrap, dan label plastik pada botol minuman.
Mencapai Penghargaan dan Diakui
Seiring dengan berjalannya waktu, Rebricks juga mendapatkan perhatian dari perusahaan-perusahaan besar. Aktivitas yang dilakukan Ovy dan Novita Tan telah menarik berbagai pihak yang semakin menyadari pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Keduanya bahkan telah diundang untuk membagikan pengalamannya pada berbagai diskusi daring yang diadakan di universitas-universitas dan organisasi non-pemerintah.
Inovasi Rebricks dalam menciptakan bahan bangunan ramah lingkungan pun juga berbuah penghargaan. Bersama Fortuna Cools, yakni sebuah perusahaan dari Filipina yang memproduksi styrofoam coolers yang ramah lingkungan dari sampah industri perkebunan kelapa), Rebricks dianugerahi ICLIF Leadership Energy Award. Ini merupakan sebuah apresiasi bagi para pemimpin dan agen pembuat perubahan di Asia dari Asia School of Business Malaysia.
Meskipun sudah mendapatkan apreasiasi dan atensi, sebagai perusahaan yang masih cenderung baru, Rebricks masih memiliki mimpi yang ingin diwujudkan di masa depan. Lebih spesifik, Ovy dan Novita mengatakan jika mereka ingin meng-address permasalahan sampah plastik di tempat-tempat lainnya. Mereka ingin mendaur ulang lebih banyak lagi dan bisa hadir di berbagai pulau. Diketahui, Rebricks baru melayani konsumen yang hanya berasal Jabodetabek.