FIRA FATMASIEFA, GADIS MILENIAL YANG HARUMKAN NAMA BANGSA

Fira Fatmasiefa atau sapaan akrabnya Fira merupakan generasi millenial Medan yang namanya jarang sekali terdengar di era milenial ini, padahal gadis belia kelahiran 9 Juni 2000 ini memiliki  segudang prestasi di kancah nasional maupun internasional yang tidak terlalu viral di kota Medan.

Dimulai sejak duduk dibangku Sekolah Dasar, Fira sudah menunjukkan kejeniusannya dalam kompetisi di bidang sains. Bersama saudara kandung laki-lakinya, Bramasto Rahman Prasojo mereka membuat riset unik berupa alat pendeteksi kejadian mengompol pada anak bayi (Wet Alarm for Baby).

“Waktu itu ada Kalbe kompetisi tingkat SD dibidang sains, jadi saya dan adik coba ikuti itu dan ternyata setelah mengikuti lomba itu kami jadi suka sama penelitian. Saya pribadi suka sains dari sisi meneliti dan mempelajari hal-hal baru. Melalui sains kita bisa tahu, bisa meneliti dan menemukan sesuatu,” ucap Fira.

Alhasil melalui riset Wet Alarm for Baby, Fira dan Prasojo memenangkan The Best Applied Technology pada Kalbe Junior Scientist Award 2011 se-Indonesia. Wet Alarm for Baby ini sendiri berfungsi untuk membangunkan sang ibu bayi, yang dimana ketika bayi mengompol dan air nya mengenai sensornya maka akan mengeluarkan bunyi untuk membangunkan orang tua si bayi.

“Kita juga buat riset-riset seperti ini berdasarkan keresahan dari guru SD  kita yang memiliki bayi dan sering ngompol sehingga sang ibu baru tau anaknya ngompol setelah pagi harinya. Padahal kan bisa aja ngompolnya di tengah malam, dan adik bayinya sudah basah terkena ompolannya yang dimana ini bisa menyebabkan bayinya rentan kena penyakit seperti demam atau gangguan kulit”, kata Fira.

Sejak memenangkan perlombaan bergengsi tersebut, Fira semakin candu dan senang mempelajari dunia sains lainnya bahkan percaya diri untuk ikut dalam lomba sains lainnya.

Ia dan adiknya juga pernah satu team bersama teman di sekolahnya di Chandra Kumala School dalam  project riset membuat alat bantu pembelajaran untuk mengenal dan memahami huruf Braille bagi penyandang tuna netra (Braille Literacy Helper) dan B2VR (Braille to Voice Reader).

Adapun project ini bertujuan membuat alat pembaca berprinsip scanner, yang mengubah karakter huruf braille yang tercetak menjadi bisa disuarakan. Sehingga memudahkan para tuna netra tersebut  untuk mendengar dan memahaminya.

“Waktu itu kita di sekolah ada kegiatan bakti sosial, jadi saya dan teman mengunjungi Panti Asuhan Yapentra. Ternyata tunanetra disana itu kebanyakan buta bukan sejak lahir tapi karena kecelakaan jadi para tunanetra kurang mampu membaca huruf braille. Jadi kita tertarik untuk melakukan riset dan mencari solusi untuk bisa menyelesaikan masalah mereka,” ungkapnya.

Ternyata masih banyak orang yang belum mengetahui prestasi – prestasi apa saja yang telah dikembangkan oleh anak dari pasangan DR. Dr. Gede Pardianto, Sp. M dan Dr. Diyah Puworini, ini. Padahal jika menelisik ke belakang, masyarakat Medan patut berbangga memiliki sosok seperti Fira.

Setelah keberhasilannya Fira dan adiknya pada Kalbe Junior Scientist Award (KJSA) Tingkat Nasional tahun 2011 tersebut, Fira kemudian meraih medali emas di bidang Computer Science dalam kontes Lomba Peneliti Belia Nasional (LPBN) 2016.

Baca Juga:  Keren! Delipark Mall Hadirkan Atraksi Barongsai dan Magician Performance Luar Negeri di Perayaan Imlek

Memasuki tahun 2017, Fira semakin bersinar, beragam penghargaan diterima seperti meraih Cambridge Outstanding Learners’ Award sebagai Top Scorer di Indonesia lalu memenangkan dua medali emas untuk Poster Presentation & Overall Research dalam bidang Computer Science  pada International Conference of Young Scientist (ICYS) 2017, di Stuttgart, Jerman.

Masih di tahun yang sama, Fira memenangkan Best Excellent Poster Award untuk bidang Computer and Mathematical Science pada International Student Science Fair (ISSF) 2017, di Busan, Korea Selatan. Gadis yang memiliki kulit sawo matang ini juga menerima undangan dari Presiden RI untuk menghadiri Upacara Kemerdekaan HUT RI ke-73, sebagai siswa berprestasi internasional di Istana Negara dan Berhasil dan dipilih sebagai Duta Pendidikan, Seni dan Budaya untuk Indonesian Youth Icon 2017 Angkatan ketiga.

Semakin matang di tahun berikutnya, Fira lulus SMA dengan nilai UN tertinggi di sekolahnya, sehingga ia ditunjuk sebagai valedictorian dari kelas lulusan Chandra Kumala School tahun 2018. Ia juga mendapat penghargaan “Graduated with Honors” dan “Student of the Year”.

Prestasinya pun berlanjut dengan ditunjuknya Fira sebagai Team Leader untuk CKS Space Research Programme (CKSSRP) yang berkolaborasi dengan Quest Institute USA dan NASA. Pada 21 Mei 2018, riset ini telah diterbangkan ke luar angkasa (International Space Station) dan telah kembali ke bumi pada tanggal 15 Agustus 2018 untuk diteliti dan dianalisa hasilnya. (Februari 2017 – November 2018).

1 medali emas, 6 medali perak, dan 1 piala untuk 2nd Place Overall Team di World Scholar’s Cup Regional Round, memenuhi kualifikasi untuk lanjut ke World Scholar’s Cup Global Round ia dapat di bulan Mei 2018. Dilanjutkan di bulan Agustus Fira mendapat 6 Medali di World Scholars Cup Global Round di Melbourne, Australia. Serta lolos kualifikasi untuk ke final round, WSC Tournament of Champions, yg akan diselenggarakan di Yale University, USA.

CKSSRP disebut sebagai Honorable Mention sebagai satu-satnyanya tim dari Asia Tenggara yang mempresentasikan penelitian angkasa luar di American Society of Gravitational and Space Research Meeting di Bethesda, Maryland, USA. Juga 3 Medali perak di World Scholars’ Cup Tournament of Champions Round yang diselenggarakan di Yale University, New Haven, CT, USA dan terakhir mendapat penghargaan Bhakti Pemuda dari Yayasan Bangga Jadi Indonesia.

Perempuan yang memiliki hobby ballet dan dance ini juga saat ini diterima di lima universitas ternama Amerika Serikat. Namun, kecintaannya terhadap dunia astrofisika akhirnya ia memilih di University of California, Berkeley.

“Saya memang cari universitas yang ada jurusan Astrofisika, karea ilmunya tidak hanya mengobservasi tentang bintang, hukum fisika. Astrofisika itu nantinya jadi peneliti antariksa, bintang-bintang, galaksi karena di luar angkasa masih banyak yang belum kita tahu dan saya penasaran akan hal itu,” tutupnya.

Penulis & Fotografer: Vicky Siregar