Persoalan pandemi Covid cukup merubah tatanan bisnis di dunia. Banyak sektor yang terimbas cukup buruk seperti sektor pariwisata, leisure dan fashion products , namun beberapa sektor lain justru bangkit khususnya sektor pertanian.
Satu sosok yang ingin Kover angkat adalah seorang entrepreneur wanita muda, Amanda Susanti Cole. Perempuan kelahiran Jakarta, 22 Juni 1990 ini berhasil membangun Sayurbox dan memenangkan kompetisi startup Seedstars Jakarta, dan telah menerima lebih US$2 juta atau sekitar Rp28 miliar dalam bentuk pendanaan. Lulusan dari The University of Manchester dalam management and finance ini memulai Sayurbox dari hobi berkebunnya
Amanda Cole mendirikan usaha SayurBox di tahun 2016 dengan tujuan memutus mata rantai penjualan produk-produk sayuran di level petani. Dengan menolong para petani dalam memotong tengkulak petani akan bisa menikmati harga yang lebih adil sehingga memperoleh imbal hasil yang lebih besar.
Selama ini tingginya harga sayur dan buah di tingkat konsumen tidak bisa dinikmati oleh petani. Hal ini dikarenakan para tengkulak biasanya mendapat jatah margin yang lebih besar, ataupun memperpanjang mata rantai yang akan menambah harga jual yang menguntungkan distributor. Tambahan lagi beberapa oknum tengkulak kerap menghambat informasi dan data bagi para petani untuk berkembang. Akibatnya, informasi tentang kebutuhan masyarakat di perkotaan tidak tersampaikan jelas kepada para petani. Padahal, informasi pasar akan sangat berguna bagi kesejahteraan petani.
Pada awal penjualannya, SayurBox hanya memasarkan produk sayur-sayur organik secara terbatas melalui WhatsApp dan Instagram (yang kini memiliki sebanyak 403.000 followers). Ketika permintaan terus meningkat, Amanda beralih ke situs web, hingga pada akhirnya aplikasi sayurbox dengan slogan “Klik Panen Kirim” tersedia di Playstore dan App Store.
Pada tahun 2017 Sayurbox menggaet juara startup Seedstars Jakarta dengan mengajak kerja sama 300 perkebunan. Sayurbox menjadi sebuah platform online yang mengusung konsep bisnis farm-to-table dimana startup ini menyediakan bahan segar dan produk sehat organik langsung dari petani dan produsen lokal Indonesia.
Kemudian di tahun 2018 perusahaan rintisan ini semakin berkembang dengan menambah produk-produk konvensional termasuk daging dan makanan siap santap. SayurBox juga bekerja sama dengan usaha-usaha kecil lainnya.
Tentu saja layaknya bisnis yang baru dirintis, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, mulai dari kekurangan pendanaan, aplikasi yang bermasalah, tekanan investor sampai gagal panen.
Namun di balik bala pandemi Covid, adalah laba bagi para petani dan juga SayurBox. Pada tahun 2020, SayurBox mengalami kemajuan pesat. Pandemi membuat masyarakat beralih ke pembelian bahan-bahan dasar secara online. SayurBox pun kebanjiran pesanan. Perusahaan pun makin memperlebar cakupannya. SayurBox kini membuka kerja sama dengan ribuan mitra petani.
Sayurbox telah memiliki standar atau SOP dalam pemilihan mirtranya seperti, pemanenan yang bebas pestisida, memiliki sertifikat organik, dan melihat bagaimana proses pendistribusian produk yang mereka biasa lakukan. Tidak sedikit pula beberapa calon mitra dan petani lokal mendatangi Sayurbox untuk menawarkan produk hasil bumi terbaik mereka.
Belum genap berusia 30 tahun, Amanda Cole sudah menjalin kerjasama dengan lebih dari 300 perkebunan, dengan melakukan 1000 pengiriman per harinya untuk melayani lebih dari 50 ribu. Bisnis yang insoiratif ini sempat menghantar Amanda ke dalam daftar 30 Under 30 Forbes pada tahun 2019, dalam kategori Industry, Manufacturing and Energy.