Dana Tarigan Aktivis Lingkungan, Tak Sekadar Cinta Tapi Juga Mencerdaskan

Penulis: Imada Lubis
Fotografer: Aldi Reynaldi

Bagaimana membuktikan diri kepada orang tua yang bertanya, ‘Kamu kerjanya ngapain? Ada gajinya tidak? Dapatkah memenuhi kebutuhanmu kelak?’ Untuk menjawabnya, belajarlah dari pengalaman Dana Prima Tarigan, Direktur Eksekutif WALHI SUMUT 2016-2020. Pria berusia 37 tahun ini berhasil membuktikan bahwa bekerja dengan passion adalah hal utama karena uang bukan segalanya. 

Ketika ditemui Kover, Dana mengatakan jika ia menganggap bahwa pekerjaannya saat ini sebagai aktivis lingkungan adalah hobi. Sejak bersekolah ia sudah tertarik dengan aktivitas perlindungan lingkungan. Sedari SMP, pria yang lahir di bulan Oktober tersebut aktif dalam berbagai kegiatan seperti pramuka, begitupun ketika SMA. Puncaknya saat berkuliah di Universitas HKBP Nomensen, ia seperti menemukan pintu masuk lewat organisasi Mapala (Mahatala Nomensen) ia mulai menyadari passion-nya berada dimana.

“Di Mapala sering mendaki hingga akhirnya ikut ToT Walhi (Training of Trainer). Awalnya hanya mengantar undangan jika ada pertemuan. Maklum dulu belum booming e-mail. Berjalannya waktu dipercayakan menjadi relawan. Tepatnya di 2004, dipercayakan mendampingi masyarakat Pantai Labu,” katanya.

Ia menceritakan jika tahun itu, pengerukan pasir di Pantai Labu membuat masyarakat mengalami kerugian. Aktivitas penambangan memicu abrasi di sepanjang bibir pantai dan merusak ekosistem laut, akibatnya nelayan tradisional kesulitan menangkap ikan.