Ariska Putri Pertiwi, Sang Jawara Miss Grand International dan Duta Perdamaian Dunia

Menjadi seorang Miss Grand International 2016 merupakan jawaban atas segala kegagalan yang pernah dialami Ariska Putri Pertiwi. Memenangkan mahkota emas di kontes kecantikan dunia mewakili Indonesia merupakan hal yang paling membanggakan. Berparas rupawan, berwawasan luas dan beretika adalah keunggulannya.

Berslogan Stop The War and Violence, kontes kecantikan Miss Grand International memiliki visi misi menciptakan perdamaian dan menghentikan peperangan dunia. Ajang yang diadakan setiap tahun ini menyaring delegasi terbaik dari puluhan negara. Mewakili negaranya masing-masing, para perempuan ini tak hanya mengandalkan kecantikan, namun juga kepribadian dan pengetahuan.

Peranan Orang Tua

Menggeluti dunia beauty pageant, dokter muda yang akrab disapa Ika ini pada mulanya tidak menyangka karirnya akan sampai di kancah internasional. Sang bunda memegang peranan penting sebagai pengarah jalur kesuksesannya. “Mama yang tahu ini nih cocok buat kamu, yang ini enggak. Pilihan mama enggak pernah salah karena yang namanya orangtua pasti mau yang terbaik untuk anaknya. Bukan berarti ngatur atau maksa juga,” tutur Ika.

Sang bunda, Hariati Hasibuan konon bercita-cita mengikuti kontes kecantikan saat masih muda, namun sayang tidak tercapai. Begitu juga dengan profesi dokter yang disandang Ika sekarang, merupakan arahan dari ibunda tercinta yang dulu ingin menjadi dokter tetapi berakhir menjadi bidan. Sang ibu selalu memberikan lebih kepada Ika.

“Indonesia pemenang crown internasional pertama diraih oleh Ika, rasanya itu luar biasa, kayak sesuatu yang diinginkan dan diarahkan selama ini tercapai, puas jadinya. Semua yang Ika raih enggak terlepas dari sosok mama,” ungkap Ika menambahkan.

Sudi Warsito yang merupakan ayahanda Ika dan berprofesi sebagai tentara juga selalu mendidik anak-anaknya dengan disiplin. Sang ayah sering menelepon Ika untuk pulang ke rumah sebelum larut malam. Ajaran ini juga yang membuat Ika bisa mengorganisir dirinya sendiri.

Miss Grand International 2016

Perempuan kelahiran Lhokseumawe, 13 Januari 1995 ini kerap menjajal kemampuannya di berbagai kontes kecantikan. Bermula pada tahun 2014 ia menjadi Runner-Up 2 di ajang Puteri Indonesia Sumatera Utara 2014. Tidak puas sampai di sana, selang dua tahun kemudian Ika kembali mencoba peruntungan di ajang yang sama dan berhasil menjadi juara Puteri Indonesia Sumatera Utara 2016. Pada tahun 2016 juga Ika mewakili Sumatera Utara berangkat berkompetisi di tingkat nasional yaitu Puteri Indonesia 2016.

Puteri Indonesia adalah kontes kecantikan di Indonesia dengan slogan 3B (Brain, Beauty, Behavior). Ika meraih posisi Runner-Up 3 pada kontes Puteri Indonesia 2016 dan otomatis dikirim ke Las Vegas, USA untuk mengikuti ajang Miss Grand International 2016 mewakili Indonesia.

Ika sempat berkecil hati lantaran didaulat urutan ke-4 di ajang Puteri Indonesia 2016. Lagi-lagi sang ibu menguatkannya dan menyarankan agar tetap ikhlas dengan kekalahan. Namun takdir berkata lain, Ika kalah di tingkat nasional namun menang di ajang internasional.

“Tiga minggu masuk karantina di Las Vegas, enggak ada kepikiran mau menang, tanda-tanda mau menang juga enggak ada, mengalir gitu aja. Sempat mikir enggak mungkinlah Indonesia menang, ketemu peserta-peserta lain badannya seksi, pintar, segala macam. Ika enjoy kayak liburan aja sambil kompetisi,” tuturnya.

Ditanya mengenai rahasia bisa menjuarai kontes internasional oleh Kover Magazine, Ika menyatakan bahwa konsistensi adalah perihal utama. Mengandalkan kecantikan saja tidak cukup, karena semua peserta yang dikirim dari tiap-tiap negara sudah pasti menarik. Di sinilah Ika merasa tertantang agar tampil beda.

“Hari pertama seluruh finalis semangatnya masih 100%, lama-kelamaan mood makin kelihatan. Hari terakhir penentuan semua sudah mulai drop, nah aku tetap stabil nih. Yang lain sudah mulai enggak pakai heels, enggak pakai make up, rambut diikat acak, gaunnya keinjak sedikit langsung marah-marah, padahal juri bayangan kan banyak. Pokoknya hari pertama Indonesia enggak dilihat, semakin yang lain drop di situ Ika hajar mulai tampil,” tandasnya.

Selain menyabet gelar Miss Grand International 2016, Ika juga menyandang penghargaan Best National Costume rancangan Dynand Fariz, penggagas Jember Fashion Carnaval (JFC). Hal tersebut juga diluar dugaannya, karena sebelumnya Ika tidak pernah rewel terhadap busana yang akan ia kenakan.

“Aku percaya kalau kita serahkan ke pakarnya, mereka bisa kasi yang terbaik. Kalau banyak nuntut takutnya malah jelek. Mereka yang lebih tahu, kita kan cuma bawain doang. Jadi mereka ikhlas desainnya, kita juga ikhlas pakainya. Aku mah simple orangnya,” tuturnya tertawa.

Duta Perdamaian

Didapuk sebagai jawara Miss Grand International 2016 sekaligus dinobatkan menjadi Duta Perdamaian dengan slogan Stop The War and Violence, menggerakkan Ika untuk turun tangan menyebarkan perdamaian dengan melakukan kunjungan dan berbagi dengan masyarakat.

“Menjelaskan terutama ke anak-anak apa itu perdamaian, saling berbagi mengadakan charity sosial, contohnya waktu itu ke Yordania melihat langsung para korban pengungsian yang enggak punya rumah, enggak punya keluarga. Kalau bawa bantuan makanan mereka langsung brutal, bunuh-bunuhan pun bisa, mungkin karena merasa enggak punya itu, mereka jadi mikirin diri sendiri enggak peduli orang lain lagi,” papar Ika.

Mengemban tugas yang cukup mulia, melatih Ika menjadi pribadi mandiri dan tangguh. Selama setahun ia menetap di Thailand untuk menjalankan visi misinya dan melanglang buana ke berbagai negara melakukan kunjungan. Ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru dan bekerja sama dengan orang baru,

Berbagi Tips

Menjadi public figure bukan perkara mudah. Time management adalah hal yang krusial. Terlebih Agustus kemarin Ika baru lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, dan kini ia disibukkan dengan rutinitas co-assisten sebagai dokter muda di Rumah Sakit Putri Hijau Medan. Wanita cantik dan ramah ini juga masih shooting sebagai host program Informasi Selebriti (Insert) di Trans TV. Belum lagi Ika harus mempersiapkan acara pertunangannya dengan Tengku M. Ryan Novandi di bulan Desember ini.

“Capek sih tapi ketawa-ketawa juga buktinya. Mungkin masih terbawa keadaan beauty pageant tadi, karena sebelum terjun, Ika trainingnya parah, olahraga terus, makan dijaga, badan terbiasa capek, terbiasa kuat,” tambah sulung dari dua bersaudara ini.

Bagi para pemula yang ingin mendalami dunia beauty pageant, Ika menyarankan harus banyak persiapan mulai dari mencari trainer, belajar make up, perbanyak wawasan, latihan catwalk, niat kuat, konsisten dan profesional. Ia juga mengungkapkan agar mempersiapkan mental jika sudah menjadi public figure karena tekanan sosial dan padatnya schedule harus tetap bisa diakomodir.

“Pintar aja enggak cukup, karena orang pintar akan kalah dengan orang yang cerdas,” imbuh Ika tersenyum.
Kepopuleran yang kini diraih Ika tidak serta merta membuatnya berubah. Ia masih menjalani kehidupan seperti biasa namun bedanya sekarang ia lebih selektif dalam berucap dan bertindak agar tidak menjadi buah bibir masyarakat. Ika juga mempertahankan penampilan primanya karena merepresentasikan gelar ratu kecantikan yang disandangnya.

“Ikhlas aja sih, jangan banyak ngeluh, dikasi Tuhan ini ya sudah jalani aja. Aura yang terpancar juga positif jadi lebih bahagia. Kalau merengut, dongkol apalagi ngomongin orang kan kelihatan ya,” ungkap dara manis ini.

Halau Komen Netizen

Pada ajang Miss Grand International 2016 silam, terdapat sesi penilaian dengan mengenakan bikini. Semua peserta mendapat giliran catwalk di atas panggung hanya dengan pakaian dalam tersebut. Hal ini menimbulkan kontroversi pada sebagian kalangan karena tidak sesuai dengan adat dan budaya Indonesia. Namun Ika tidak ambil pusing, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai peserta kala itu.

“Pakai bikini karena memang ada tujuannya untuk penilaian badan bukan yang macam-macam. Ika kalau berenang malah enggak pernah pakai bikini. Begitu memang jalannya ya kita ikutin aja, lihat positifnya,” tandas Ika menjelaskan.

Teknologi yang semakin modern dan akses internet yang semakin cepat layaknya pedang bermata dua, membawa manfaat dan menimbulkan kerugian jika digunakan tanpa pertanggungjawaban. Komentar para pengguna internet atau yang biasa disebut netizen ini, bisa mempengaruhi tokoh publik yang dikomentari.

“Kalau pas lagi jalan ada kerikil kamu injak ya sakit, coba kamu langkahin aja, pasti aman. Sama kayak netizen, kalau ada yang komen jelek biarin aja. Filter mana yang baik mana yang buruk. Apalagi kalau di instagram kan ya, ada aja celahnya, tapi Ika enggak pernah hapus komentar mereka, malah mereka sesama netizen kadang bisa berantam, jadi bikin ketawa sendiri,” pungkas Ika sembari tersenyum.