Medan, Kovermagz – Hidroponik, berasal dari kata “hydro” yang berarti air dan “ponos” yang berarti kerja. Jadi, Hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.
Lengkapnya, Hidroponik adalah budidaya bercocok tanam dengan cara menanam dan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.
Sistem Hidropononik ternyata juga bisa lho digunakan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan yang semakin tahun semakin sempit. Diharapkan Hidroponik mampu menjadi manfaat untuk masa depan karena mampu diberdayakan dalam kondisi lahan sempit.
Jenis Sayuran Hidroponik yang biasa menggunakan sistem Hidroponik antaran lain adalah bayam, daun bawang, brokoli. selada, seledri, sawi hijau, bok choy, kemangi, timun, dan masih banyak lagi. Berikut sistem Hidroponik Yang Sering Digunakan:
Hidroponik Rakit Apung
Biasa disebut dengan Static solution culture, memiliki pengertian budidaya Hidroponik dengan air statis yang mana airnya diam dan tidak mengalir, merupakan teknik hidroponik yang akarnya secara terus-menerus akarnya tercelup air yang diletakkan pada wadah berisi larutan nutrien.
Namun Di Indonesia, Static solution culture lebih dikenal dengan istilah teknik apung (atau disebut rakit apung) dan sistem sumbu (wick system). Merupakan jenis paling sederhana dari semua jenis Hidroponik.
Untuk ukuran wadah larutan dapat berbeda tergantung pada penggunaan dan ukuran tanaman. Dalam skala kecil (skala rumah tangga maupun hobby berskala kecil), hidroponik dapat dibuat dengan wadah yang biasanya dipakai di dalam rumah seperti gelas, toples, ember, ataupun bak air.
Wadah bening dapat di bungkus dengan Aluminium foil, plastik, cat, atau material lain yang menolak cahaya (membuat cahaya tidak bisa masuk) agar tidak tumbuh lumut.
Penutup wadah air dilubangi dan diisi tanaman, disitu dapat diisi satu atau beberapa netpot tanaman untuk setiap wadah air. Dalam teknik sumbu sendiri setiap net pot diisi media tanam dan potongan kain yang menjulur ke bawah yang berfungsi menyerap larutan ke akar tanaman melalui pipa-pipa kapiler pada kain.
Sedangkan dalam teknik apung dapat menggunakan lembaran gabus yang dilubangi dan disisi pot-pot kecil yang diisi (media tanam) untuk tanaman yang akarnya tercelup langsung pada wadah air.
Hidroponik Dutch Bucket
Metode yang sering digunakan untuk budidaya dengan jenis tanaman yang memiliki akar tunggang. Tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan metode ini adalah melon, cabai, paprika dan tomat. Sistem ini menggunakan metode nutrisi yang terserap langsung oleh akar tanaman dan sisanya akan dibawa ke tandon untuk disirkulasikan kembali. Dutch Bucket dapat menggunakan media tanam padat untuk berkembangnya akar. Media padat yang sering digunakan adalah arang sekam, cocopeat, coccogrow, hidroton, pecahan batu bata dll.
Kelebihan sistem ini adalah tanaman mendapatkan nutrisi sesuai dengan kebutuhannya, lebih flexibel dapat digunakan pada skala kecil dan skala besar, tanaman lebih optimal pertumbuhannya dan mudah diaplikasikan. Adapun ekurangan dutch bucket adalah penggunaan media tanam padat akan dapat menyumbat sistem sirkulasinya.
Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique)
Sistem Hidroponik yang menggunakan sistem sirkulasi nutrisi. NFT mensirkulasi aliran nutrisi tipis atau serupa dengan film. NFT bertujuan agar tanaman mendapatkan nutrisi, air dan oksigen secara bersamaan. NFT efisien karena penggunaan aplikasi air dan nutrisi yang bersamaan dapat menghemat tenaga kerja dan waktu.
Sistem NFT harus menggunakan listrik untuk pompa air yang berfungsi untuk sirkuasi nutrisi. Air dan nutrisi dipompa ke seluruh bagian akar tanaman dan dialirkan kembali ke tandon dan disirkulasi kembali ke akar tanaman. Nutrisi disirkulasikan 24 jam penuh agar tanaman tidak kekurangan unsur hara. Kekurangan unsur hara menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara yang dapat menurunkan produktifitas tanaman.
Kelebihan NFT antara lain pertumbuhan tanaman lebih baik, lebih cepat, tanaman lebih seragam karena sirkulasi air dan nutrisi tercukupi, serta oksigen yang cukup menambah pertumbuhan yang optimal. Sirkulasi nutrisi dan air menyebabkan kecilnya terjadinya endapan nutrisi, residu dan kotoran yang mengakibatkan tanaman mengalami stres dan toksistas.
Kekurangan NFT antara lain modal awal pembuatan instalasi relatif cukup mahal, menggunakan listrik secara 24 jam dan penyebaran hama dan penyakit yang dapat terjadi secara merata. Saat terjadi listrik padam tanaman akan cepat layu, terutama pada saat siang hari. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara selalu rutin melakukan montoring hama, penyakit, listrik dan nutrisi.
Hidroponik DFT (Deep Flow Technique)
Sistem hidroponik yang mensirkulasi air dan nutrisi dengan menggunakan metode genangan dan sejajar. Sirkulasi DFT dari tandon ke seluruh akar tanaman dikembalikan lagi ketandon untuk disirkukasikan lagi ke akar tanaman. Genangan ini bertujuan untuk membuat akar tanaman terendam air dan nutrisi sehingga tanaman mendapatkan kebutuhan unsur hara dengan baik.
Genangan air dan nutrisi ini memiliki ketinggian sekitar 4 – 5 cm. Genangan yang terlalu tinggi menyebabkan akar tanaman dapat mengalami pembusukan akar dan dapat membuat tumbuhnya jamur yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang disirkulasikan harus selalu diihat agar tidak jenuh dan mengendapan. Nutrisi yang mengendap dapat menjadi toksin yang menyebabkan tanaman menjadi toksisitas.
Sirkulasi DFT menggunakan listrik sebagai penggerak pompa nutrisi untuk mensirkulasikan keseluruh akar tanaman. Tergenangnya air dan nutrisi dapat sebagai penyelamat tanaman ketika terjadi listrik padam. Saat listrik padam tanaman masih mendapatkan kebutuhan air dan nutrisi. Tertarik untuk coba?
Penulis : Annette Thresia Ginting
Sumber : Hidroponikpedia, Wikipedia