Sobat kover, pernahkah anda membayangkan jika barang-barang fashion seperti jam, sepatu dan lainnya bisa terbuat dari jamur? Jika tidak, maka kini saatnya anda berkenalan dengan alumni Institut Teknologi Bandung, Adi Reza Nugroho bersama dengan rekan-rekannya yakni Robbi Zidna Ilman, Ronaldiaz Hartantyo, Arekha Bentang dan Annisa Wibi Ismarlanti.
Sejak dini, pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu diketahui telah menggeluti dunia wirausaha. Dahulu, ia pernah memimpin Growbox sebagai Co-Founder dan Creative Director dari perusahaan yang menyediakan kit tumbuh jamur do-it-yourself.
Mendirikan Start-Up Mycotech
Lalu, tepat pada tahun 2015, Ia bersama teman Co-Founder lainnya membentuk MYCL atau dikenal juga dengan Mycotech. Ini adalah sebuah perusahaan Startup Bioteknologi Indonesia yang menciptakan produk kreatif dan inovatif berdasarkan eksperimen bahan-bahan tak terduga seperti salah satunya ialah jamur. Lebih tepatnya, Adi bersama rekan-rekannya berhasil menyulap jamur menjadi barang-barang fashion dan serbaguna.
Berawal dari Jamur Tempe
Awal terbentuknya material jamur ini sendiri, ia mengaku terinspirasi dari sebuah makanan tradisional Indonesia yaitu tempe. Diketahui, tempe adalah kacang kedelai yang difermentasi dengan jamur mycelium. Jamur tersebut mampu menghasilkan serat putih halus yang mampu mengikat kedelai. Serat putih ini lalu dikenal dengan miselia. Miselia putih inilah yang kemudian pula berfungsi sebagai lem atau perekat di tempe.
Adi melihat bahwa jamur itu dapat mengikat kacang kedelai menjadi satu kesatuan pada tempe, sehingga Ia pun berpikir bahwa jamur juga bisa menjadi material terbarukan sekaligus alternatif material yang beredar di pasaran. Ia pun menamai material yang berasal dari jamur itu dengan Mylea.
Menyulap Jamur Menjadi Barang Fashion
Dengan material itu, Adi bisa memproduksi material ramah lingkungan sekaligus mampu menggantikan kulit hewan untuk menjadi berbagai produk berupa jam tangan, sepatu dan sebagainya. Tampilan Mylea tidak kalah stylish dari produk kulit binatang meskipun hanya terbuat dari jamur. Bahkan Mylea ini juga memiliki ketahanan yang serupa dengan kulit binatang tersebut.
Uniknya lagi, perusahaan start-up tersebut juga memanfaatkan pewarni alami dari tumbuhan sehingga dapat dipastikan setiap barang yang dihasilkannya tergolong ramah lingkungan.
Kolaborasi dengan Brand Lokal
Banyak brand lokal yang telah bekerja sama dengannya dalam mengembangkan produk seperti tas tangan, sandal dan dompet. Bahkan, salah satu brand internasional sepatu asal Inggris yaitu Clark juga pernah mengungkapkan ketertarikannya untuk menggunakan Mylea ke dalam produk buatannya.
Tak sampai situ, perusahaan start-up ini juga pernah berkolaborasi dengan Kickstarter, yakni sebuah platform crowdfunding terpopuler di dunia. Melalui kolaborasi itu, ia mendapatkan ribuan pesanan dan menghasilkan lebih dari 26.000 dolar Amerika Serikat. Platform ini pun memperkenalkan produk ramah lingkungan mereka ke mata dunia.
Yang Membanggakan lagi, pembuatan produk berbahan dasar jamur ini juga telah diakui saat keikutsertaan MYCL Architecture & Urban Design Biennale di Seoul pada tahun 2017, 2018 DBS Social Enterprise Awards dan 2019 MIT Solve Circular Economy Challenge. Mereka sempat menjadi Juara 2 Wirausaha Muda Mandiri tahun 2015, Juara 2 Shell Live Wire World Innovation Awards 2016, Juara 3 GIST Demo Day GIST Initiative, dan Juara 2 Wienerberger CBME Innovation Day 2018.
Dalam tahun yang sama juga, yakni 2018, Mycotech pernah menjadi start-up perwakilan Indonesia melalui Kementerian Pariwisata di ajang Archipelageek 2018 di South by Southwest (SXSW) Austin, Texas Amerika Serikat.
Mengikuti Sydney Design Week
Kabar terbaru, Mycotech melalui Mylea sedang meluncurkan produk berupa lanyard dan card wallet. Perusahaan ini kabarnya juga akan mengikuti acara Sydney Design Week pada bulan mendatang.
Mengolah Jamur Menjadi Bahan Material Bangunan
Sukses menyulap jamur menjadi barang-barang fashion, Adi Reza Nugroho yang menjabat sebagai CEO MYCL sekaligus Pelopor Lanskap Startup Bioteknologi Indonesia itu juga mengungkapkan bahwa jamur juga dapat diolah menjadi material bangunann loh.
Menariknya, awal ide itu terbentuk karena melihat banyaknya limbah tiram yang menumpuk dan tidak dimanfaatkan. Dari situlah, muncul ide untuk memanfaatkan limbah yang menghasilkan berbagai produk hasil fermentasi ethanol.
Mycotech terus berupaya melakukan penelitian hingga terbentuklah material yang ramah lingkungan dengan berbahan dasar jamur. Inovasi ini terbukti tidak kalah kokoh dengan produk pertambangan. Mereka berusaha menciptakan pengganti gypsum sebagai bahan bangunan menjadi jamur di mana proses produksinya diatur secara inklusif.
Proses Pembuatan
Adapun proses pembuatan bahan material inovatif yang satu ini cukup berbeda dengan bahan material bangunan lainnya. Selain menggunakan jamur, Mycotech juga menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan untuk bisa menciptakan bahan material ini.
Pertama mereka mencampurkan sebuk gergaji yang sudah disterilkan dengan uap panas dengan bermacam-macam nutrien. Nutrien seperti limbah tebu, limbah sawit, limbah singkong digunakan untuk menciptakan sebuah tempat tumbuh yang optimal bagi jamur. Kemudian mereka membaginya ke dalam beberapa kantong plastik, bersama dengan spora jamur. Kantong kemudian ditutup rapat lalu disimpan di ruangan yang dingin dan gelap.
Ketika spora mulai tumbuh menjadi jamur, setidaknya berbentuk akar, tim Mycotech akan mengambil kantong plastik tersebut beserta isinya untuk diolah. Mereka kemudian menghancukan dan mengolah jamur tersebut menjadi bahan material. Setelah itu, barulah material itu dimasukkan ke dalam oven guna menghilangkan kadar airnya dan membunuh jamurnya.
“Dari situ baru diproses lebih lanjut, tergantung kita mau membuat (material) seperti apa,” papar Ajidarma. Contohnya, bahan material tersebut kemudian ditekan dengan menggunakan panas ke dalam bentuk ubin atau batu bata.
Harapan
Dengan adanya inovasi terbarukan ini, Adi bersama rekannya berharap masyarakat bisa mengubah persepsinya bahwa memproduksi sesuatu tidak harus dengan mengeksploitasi alam. Namun bisa memanfaatkan limbah disekitar sehingga dapat mendukung sustainability. Adi dan rekannya menargetkan untuk bisa menyuplai material Mylea ke merek-merek ternama serta material bangunan yang dapat dipasarkan ke berbagai penjuru dunia.
Tujuan Mycotech
Perlu diketahui, perusahaan Mycotech awalnya adalah produser jamur untuk kuliner. Namun, pada tahun 2015 mereka mengubah haluan setelah menemukan fungsi lain dari jamur. Kini, perusahaan milik jenama Bandung itu telah bekerja sama dengan laboratorium ilmu jamur milik pemerintah serta beberapa laboratorium di Singapura serta Swiss.