Medan, KoverMagz – Pramono Edhie Wibowo adalah mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yang dilantik berdasarkan Surat Keputusan Presiden nomor: 40/TNI/2011, menggantikan Jenderal TNI George Toisutta. Sebelumnya, Pramono pernah menjabat sebagai Panglima Kostrad dan pada tahun 2009 juga pernah menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi.
Pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah, 6 Mei 1955 yang juga merupakan adik dari istri Presiden ke-5 Republik Indonesia ini tumbuh besar di lingkungan militer. Pramono merupakan anak dari Letnan Jenderal Purnawirawan Sarwo Edhie, tokoh militer yang dinilai berperan dalam peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Beliau juga berhasil meraih karir melampaui ayahnya.
Sebagai anak tentara, Pramono Edhie Wibowo mesti berpindah-pindah sekolah mengikuti penugasan ayahnya. Hidupnya tak jauh dari dunia tangsi, bahkan dia pun lahir di kota tangsi Magelang. Setelah menamatkan jenjang SMA, dia mengikuti jejak ayahnya masuk pendidikan militer dan kelak masuk Korps Baret Merah.
Kota pertama yang dia singgahi ketika ayahnya dipindahkan adalah Cimahi. Saat kelas lima sekolah dasar di Cijantung, dia dan kakaknya naik pesawat ke Medan, menyusul ayahnya, Brigadir Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, yang ditugaskan menjadi Panglima Kodam Bukit Barisan.
Pramono Edhie Wibowo sempat merasakan SMP di Jayapura ketika ayahnya menjadi Panglima Kodam Cendrawasih. Dan sebelum lulus dari SMP, dai harus ikut pindah lagi ke Magelang. Jenjang SMA dia habiskan di SMA Negeri Jakarta hingga lulus pada tahun 1974.
Saat ayahnya ditugaskan sebagai Duta Besar Korea Selatan, Pramono ikut serta. Selama di sana, oleh ayahnya dia digembleng latihan fisik. Dia rupanya dipersiapkan untuk masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Dan saat kembali ke tanah air, dia langsung menjadi pendaftar kedua di hari pertama pendaftaran Akabri. Tak lama kemudian dia pun diterima dan lagi-lagi harus tinggal di Magelang.
Pada Mei 2013, karena ia telah memasuki masa pensiun, posisinya sebagai KSAD digantikan oleh Letjen TNI Moeldoko.
Edhie wafat di usia 65 tahun pada tanggal 13 Juni 2021. Edhie meninggal akibat serangan jantung pukul 19.43 WIB. “Atas nama pemerintah dan masyarakat, saya mengucapkan turut berdukacita yang mendalam atas berpulangnya ke hadirat Allah Swt., Bapak Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, pada usia 65 tahun,” kata Presiden Joko Widodo dalam keterangannya di Istana Kepresidenan RI, Bogor, Jawa Barat, yang diunggah melalui kanal video Youtube, Minggu (14/6).
Pendidikan :
- Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) (1980)
- Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Sesko AD) (1995)
- Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI) (2001)
Jabatan :
- Komandan Pleton Grup I Kopassandha (1980–1981)
- Perwira Operasi Grup I Kopassandha (1981)
- Komandan Kompi 112/11 grup I Kopassandha (1984)
- Dik Seskoad (1995)
- Kasi Ops Grup 1 Kopassus (1994–1996)
- Perwira Intel Operasi grup I Kopassus (1996)
- Wakil komandan Grup 1/Kopassus (1996–1998)
- Komandan Grup 1/Kopassus (1998–2001)
- Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri (2001)
- Dikreg Sesko TNI (2001)
- Perwira Tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Sesko TNI (2004–2005)
- Wakil Danjen Kopassus (2005–2007)
- Kasdam IV/Diponegoro (2007–2008)
- Danjen Kopassus (2008–2009)
- Pangdam III/Siliwangi (2009–2010)
- Panglima Kostrad (2010–2011)
- Kepala Staf Angkatan Darat (2011–2013)
Karir Militer
Sebelum lulus dari Akabri pada 1979, seperti dicatat Rajab Ritonga dalam Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia Kedepan (2014:25), Pramono sempat magang di Batalion Infanteri 744 di Dili, Timor-Timur, yang tengah bergolak. Dulu, Pramono pernah SMP di Jayapura yang banyak OPM, kini di Timor-Timur banyak Fretilin. Bedanya, sebagai taruna berseragam ABRI, nyawanya lebih berpeluang untuk melayang.
Kala itu Batalion 744 dipimpin perwira Baret Merah, Mayor Yunus Yosfiah (Akademi Militer Nasional 1965). Ketika magang, pangkat Pramono Sersan Mayor Satu Taruna. Setelah lulus dari Akabri dan dilantik sebagai Letnan Dua Infanteri pada 1 Maret 1980, dia masuk Korps Baret Merah. Pada 1980 korps itu bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), belakangan diubah menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Warsa 1981, Pramono kembali ke Timor-Timur.
Sarwo Edhie Wibowo bisa jadi bangga padanya, sebab dialah yang berhasil menjadi penerusnya di Korps Baret Merat. Para menantunya, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), meski sama-sama di Angkatan Darat, tapi tak masuk kesatuan elite tersebut.
Karya almarhum yang paling dikenang adalah modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat 2011-2013, antara lain pengadaan senjata kavaleri main battle tank leopard buatan Jerman, peralatan artileri meriam 155 caesar buatan Perancis, juga pengadaan helikopter serbu Apache buatan Amerika Serikat. Almarhum juga kerap turun langsung dan sukses mengabdikan jiwa raganya dalam menjalankan tugas negara di dalam negeri maupun luar negeri, salah satunya, saat tugas pengibaran bendera kebangsaan merah putih di atas puncak tertinggi dunia Gunung Everest (8.848 mdpl) di Nepal pada hari Sabtu tanggal 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal.
Saat itu, Pramono Edhie Wibowo ditunjuk sebagai kordinator oleh Komandan Kopassus, Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto. Tugas itu berhasil dijalankan dan sukses mengharumkan nama TNI di mata dunia. Indonesia pun hingga kini dikenal sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang mampu mencapai puncak tertinggi di dunia.
Pemakaman :
Sejumlah persiapan pemakaman untuk almarhum Jenderal TNI Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo di Taman Makam Pahlawan Kalibata sejak jam 09.00 WIB.
Adapun regu penembak salvo terdiri dari enam prajurit Kostrad dan regu pembawa peti jenazah merupakan prajurit Kopassus. Sejumlah prajurit tampak berasal dari regu pasukan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, Korps Marinir TNI Angkatan Laut, dan Satuan Pelayanan Markas Kepolisian Republik Indonesia (Yanma Polri).
Tempat peristirahatan terakhir untuk putra kelima Tokoh Militer Republik Indonesia Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo itu pun sudah disediakan. Makamnya berada di sisi makam almarhumah istri SBY, Kristiani Herrawati (Ani Yudhoyono) yang merupakan kakak beliau, yang terletak di Blok M Nomor 129. Ani Yudhoyono merupakan kakak kandung almarhum.
Makam keduanya kini tampak dilingkupi dengan tenda kain berwarna merah putih dan juga digelar dengan karpet warna merah. Makam almarhum terletak di baris setelah makam presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie dan istrinya Hasnil Ainun Habibie. Di sebelah makam Ibu Ani Yudhoyono, ada makam mantan Menristek Prof. Zuhal Abdul Qadir.
Penulis : Annette Thresia Ginting
Sumber : Berbagai Sumber