Salah satu pemain lawas Indonesia, Lulu Tobing beberapa hari lalu tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Hal ini dikarenakan beredarnya sebuah potongan video Lulu Tobing yang dibagikan oleh akun @RyuDeka pada Minggu (16/7/2023) yang menjalani gaya hidup berupa “slow living“.
Dalam potongan video wawancara antara Melanie Ricardo dan Lulu Tobing itu, Lulu mengaku jika dirinya sedang menikmati apa yang ada tanpa harus bersaing dengan orang lain.
“Gue gak ada kerjaan, ya gue nikmatin kerjaan gue yang sekarang ini. Gue gak jadi sirik sama orang yang dipuja puja. Gue benar benar hidup gue slow banget, gue gak kompetitif, gue gak ambisius, gue slow, slow banget,” ucap Lulu Tobing. Karena konsep slow living yang fokus pada apa yang ada sekarang, Lulu mengaku tidak memiliki ambisi (goals) seperti orang-orang.
Berawal dari itulah, video tersebut menjadi viral dan membuat banyak orang bertanya-tanya akan arti gaya hidup “Slow Living” yang dilakukan Lulu Tobing tersebut.
Apa Itu Slow Living?
Melansir dari beberapa sumber, Slow living merupakan gaya hidup yang dasar pemikirannya adalah untuk menjalani hidup dengan lebih bermakna. Konsep slow living adalah melambat dan menikmati di tengah kecepatan hidup. Kemudian dalam penerapannya, seseorang akan cenderung lebih santai, sederhana, namun tetap fokus dengan apa yang dilakukan dengan mengedepankan kualitas dibanding kuantitas.
Gaya hidup slow living ini juga dilakukan bukan karena tidak ingin bersaing, namun untuk menghindari persaingan yang tidak perlu. Dengan begitu, mental seseorang akan lebih terjaga sekaligus memiliki tujuan yang lebih jelas dalam hidup. Bukan hanya sekadar mengikuti apa yang jadi panutan orang lain.
Slow Living Tidak Sama dengan Malas-malasan
Kendati begitu, gaya hidup slow living yang cenderung santai kerap disalahartikan dengan bermalas-malasan. Padahal gaya hidup ini justru membuat seseorang akan lebih tekun dalam menjalankan apa yang ia lakukan.
“Justru orang yang slow living itu menurut saya kadang jauh lebih tekun dibandingkan orang pada umumnya yang mungkin suka grusa-grusu, maunya cepat kilat, harus sat set,” jelas psikolog klinis Anastasia Sari Dewi (Melansir dari detik.com).
“Orang yang menerapkan slow living enggak. Mereka justru menikmati waktu mereka, mereka menikmati hidup mereka, apa yang sedang mereka jalani betul-betul mindful di situ,” tambahnya.
Sari menekankan bahwa gaya hidup slow living bukan berarti membuat seseorang menjadi pemalas, melainkan membuat seseorang menaruh perhatian lebih pada sesuatu hal agar apa yang dihasilkan bisa berkualitas.
Asal Muasal Slow Living
Melansir dari slowlivingldn.com, gaya hidup ini populer setelah dikenalkan pada 1980-an di Italia. Menghadapi pembukaan McDonald’s di jantung kota Roma, Carlo Petrini dan sekelompok aktivis membentuk Slow Food, sebuah gerakan yang mempertahankan tradisi makanan daerah.
Gerakan slow food kini memiliki pendukung di lebih dari 150 negara dan terus melindungi tradisi gastronomi, mempromosikan upah yang adil bagi produsen, mendorong kenikmatan makanan berkualitas baik, dan terlibat dalam aktivitas seputar keberlanjutan.
Carl Honoré, salah satu penulis dan pembicara paling terkenal tentang gerakan lambat, membantu membawa konsep hidup lambat ke arus utama pada tahun 2004 dengan menerbitkan bukunya In Praise of Slowness.
Honoré mengeksplorasi bagaimana Slow Food bisa memicu gerakan hidup yang bisa diterapkan ke area kehidupan lain yang telah mengalami percepatan besar termasuk pekerjaan, mengasuh anak, dan rekreasi. Tujuan dari adanya gaya hidup slow living ini ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa “cepat tidak selalu lebih baik”.
Manfaat Gaya Hidup Slow Living
Gaya hidup slow living memberikan sejumlah manfaat yang signifikan terhadap kesehatan mental seseorang. Adapun manfaat itu diantaranya:
Mengurangi Stres
Slow living mendorong seseorang untuk mengurangi kesibukan agar tidak terburu-buru dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengurangi tekanan dari kegiatan yang berlebihan, seseorang dapat mengalami penurunan tingkat stres, kekhawatiran dan ketegangan emosional.
Fokus Pada Momen Yang Sedang Berlangsung
Fokus pada momen-momen sekarang dan pengalaman yang sedang berlangsung membantu meningkatkan kesadaran. Ini membantu mengurangi kecemasan tentang masa depan dan memori masa lalu yang bisa membuat stres.
Penyembuhan dan Pemulihan
Slow living lifestyle memberikan kesempatan bagi seseorang untuk benar-benar beristirahat dan memulihkan diri. Apalagi di tengah kehidupan yang seringkali penuh dengan tuntutan dan kegiatan yang cepat, gaya hidup slow living memberi waktu untuk menenangkan pikiran dan mengistirahatkan tubuh.
Kreativitas dan Inspirasi
Pikiran seseorang dapat lebih mudah menemukan inspirasi dan menciptakan ide-ide kreatif dengan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merenung. Selain merasa bebas dari tekanan waktu, ini juga dapat menjadi terapi yang baik untuk mengatasi stres dan kecemasan.
Meningkatkan Kesadaran Diri
Melalui gaya hidup slow living, seseorang mampu mengalami peningkatan kesadaran diri dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri sendiri. Hal ini sekaligus dapat membantu mengatasi masalah mental atau emosional serta membangun kualitas hidup yang lebih baik.
Meningkatkan Kebahagiaan dan Kepuasan
Seperti yang sudah dijelaskan, fokus pada kualitas hidup lebih baik daripada kuantitas. Hal ini dikarenakan dapat meningkatkan rasa kebahagiaan dan kepuasan. Seseorang dapat merasakan kebahagiaan yang lebih tulus dengan menjalani hidup yang lebih sadar dan menghargai momen-momen kecil.
Mengurangi Perbandingan Sosial
Manfaat berikutnya ialah dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain, terutama media sosial yang penuh tekanan. Selain itu, konsep gaya hidup slow living juga dapat membantu anda mengurangi perasaan yang tidak memadai atau merasa tidak berharga menjadi lebih berharga dan lebih mencintai diri sendiri.
Meningkatkan Hubungan Sosial
Slow living juga dapat memberi kesempatan bagi seseorang untuk lebih menghargai hubungan sosial. Dengan menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga dan teman-teman, seseorang dapat merasa lebih terhubung secara emosional dan menjadi bahagia.
Mengurangi Multitasking
Terakhir mengurangi multitasking. Multitasking yang berlebihan dapat meningkatkan tingkat stres dan mengganggu fokus mental. Untuk itu, konsep gaya hidup slow living diperlukan. Slow living mendorong seseorang untuk lebih berfokus pada satu tugas pada satu waktu, yang dapat meningkatkan produktivitas dan kepuasan daripada menjalankan berbagai tugas namun tidak berjalan dengan baik.