Menuju ke Silahisabungan dari Kota Medan, memakan waktu sekitar 4 jam. Akses menuju ke tempat yang mayoritas petani bawang ini cukup mudah, dan jalan pun boleh dibilang cukup baik. Jika hendak menggunakan transportasi umum, pastikan tujuannya adalah Silalahi, sebab dari Medan, Biasanya bus menuju ke desa tersebut hanya dua kali dalam sehari. Sesampai di Kecamatan Silahisabungan, perjalanan pun tetap berlanjut, sebab tujuan utama adalah Desa Silalahi III.
Nah, bila membawa kendaraan pribadi, tak perlu risau, karena pihak pengelola telah menyediakan lahan parkir yang bisa menampung ratusan kendaraan. “Di tempat ini, bisa menampung sepeda motor dan mobil sampai ratusan, karena luas lahan area parkir di sini mencapai sekitar 5 Ha,” terang pengelola wisata Desa Silalahi III, Toni.
Parkiran aman, tempat kamping pun nyaman. Hal ini dikarenakan, adanya hamparan tanah di tepi danau, siap memfasilitasi tenda-tenda untuk para penikmat alam. Jangan khawatir untuk harga bermalam di area ini. “Bagi yang memiliki kendaraan, cukup mengeluarkan Rp 15.000/kendaraan sudah dapat area kamping (harga bisa berubah-ubah),” ucapnya.
Sedikit bercerita tentang Raja Silahisabungan, tak terlepas dari yang namanya suku Batak Toba. Nama Raja Silahisabungan Batak mula-mula yakni, Silahi berarti seorang laki-laki dan sabungan berarti petarung atau pendekar. Silahisabungan dapat diartikan seorang laki yang pandai bertarung. Hal ini tampak dari relief-relief yang terdapat pada tugu/makam tersebut.
Perkembangan waktu, Raja Silahisabungan dijadikan marga yaitu Silalahi. Awalnya, beliau berasal dari suatu daerah yang bernama Balige, merantau ke suatu daerah di sebelah Barat tepian Dana Toba yang disebut Desa Silalahi Nabolah, yang pada saat itu masih berbatasan dengan Paropo. Dalam masa hidupnya, sang raja banyak meninggalkan pusaka baik yang dibuat langsung oleh keturunannya, yang saat ini menjadi warisan Negara.
Terdapat juga pantai Mutiara dengan fasilitas yang cukup baik, karena sudah menyediakan pondo-pondok untuk beristirahat. Harga yang ditawarkan cukup merakyat, cukup mengeluarkan kocek Rp 25.000/pondok saja. Selain itu, di tempat ini juga menyediakan warung makanan, seperti ikan bakar khas danau (mujair, nila dan mas).