Percaya Diri dan Berani, Arif Siregar Tekuni Hobi hingga Lahirkan Karya

Reporter: Imada Lubis
Fotografer: Vicky Siregar

Sebenarnya sejak tahun 1950-an, komik bukanlah satu hal baru di Medan sebab Taguan Hardjo sudah menghadirkan Hikayat Musang Berjanggut kepada masyarakat. Meski bukan orang Medan asli, Taguan sering mengetengahkan setting dan plot cerita berlatar belakang Melayu Deli.

Ketika Taguan Harjo meninggal pada 25 September 2002 di Jakarta, eksistensi komik lokal seperti kembali ke titik nadir. Namun era digital saat ini memberikan ruang juga peluang bagi siapa saja yang ingin mengembangkan kreativitasnya. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Arif Siregar. Pria yang lahir di tahun 1986 ini mencoba menghidupkan kembali peradaban komik di Medan bersama seorang rekannya melalui karakter Coki dan Doy dalam cerita Digidoy.

Arif berhasil, terbukti sejak pertama kali menerbitkan Digidoy di tahun 2014 melalui sosial media Facebook, Digidoy sudah memiliki ribuan episode dengan beragam alur cerita menarik yang senantiasa ditunggu anak muda saat ini. Ketika Kover Magazine menemuinya di basecamp produksi, Arif kecil memang sudah menyukai aktivitas menggambar. Arif ingat bagaimana serunya ketika ia mencoba menggambar kembali Goku, karakter utama dalam film animasi Dragon Ball yang hits di tahun 2000-an tersebut.

“Awal memilih jadi ilustrator kalau aku runut, dari duduk di bangku taman kanak-kanak (TK) memang sudah suka gambar. Dulu animasi masih zamannya Goku, nah karena hobi jadi menggambarnya tidak tekun hanya di waktu mood saja,” katanya.

Arif mengaku baru menekuni hobi menggambarnya ketika aktif di bangku kuliah. Ia memulainya dengan mencari mata kuliah dengan jurusan desain. “Aku sampai nyari-nyari kampus desain grafis, yang bisa nampung bakat desain namun tidak ada. Jurusan desain apalagi yang menggunakan komputer (Desain Komunikasi Visual) di Medan tahun 2004 belum dikenal orang,” akunya.