Penulis: Imada Lubis
Foto : Dokumentasi
Radikal bebas akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan masyarakat maupun pakar kesehatan. Banyak seminar dilaksanakan untuk membahas dan mencari solusi mengatasi bahaya radikal bebas. Tak main-main sebab penyakit yang ditimbulkan oleh nya tak jarang bersifat kronis.
Radikal bebas terbentuk sendiri secara alami dalam tubuh melalui proses metabolisme. Ia terbentuk melalui proses kimiawi di dalam tubuh semua organisme. Hanya saja paparan berlebihan dari polusi, debu, asap rokok maupun kendaraan dan makanan tak sehat yang dikonsumsi tubuh membuat jumlahnya meningkat. Bila tak terkontrol atau jumlahnya terlalu banyak dalam tubuh, radikal bebas menjadi sangat berbahaya. Ia akan membuat tubuh mengalami stres oksidatif.
Stres oksidatif merupakan kondisi di mana jumlah radikal bebas dalam tubuh lebih banyak dari pada pertahanan antioksidan. Kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya berbagai kerusakan sel dalam tubuh seperti sel lipid, protein, dan asam nukleat.
Ketika banyak sel dalam tubuh yang rusak maka beragam penyakit akan lebih mudah menyerang dan menjangkiti tubuh. Mulai dari radang sendi, serangan jantung, aterosklerosis (radang pada pembuluh darah), stroke, hipertensi (tekanan darah tinggi), tukak lambung, Alzheimer , Parkinson (penyakit degeneratif syaraf) hingga kanker yang sangat rentan dengan kematian.
Tak hanya merusak sel dalam tubuh, radikal bebas juga gencar merusak kode DNA. Ini tak boleh dibiarkan sebab berdampak buruk pada sel baru yang akan tumbuh. Pertumbuhan sel menjadi tidak benar dan kematian pada sel-sel dalam tubuh akan menjadi semakin cepat.