Misi Siswa SMA Selamatkan Danau Toba, Eceng Gondok Disulap Jadi Pupuk

Kabar membanggakan datang dari 12 siswa SMA Indonesia yang menghadirkan inovasi danĀ  aksi nyata yang membawa perubahan bagi lingkungan. Para siswa kelas 11 SMA Jakarta Intercultural School berhasil mempresentasikan ide dan aksi nyata untuk membawa perubahan bagi bumi. Aksi ini diunjuk dalam acara simposium yang digelar oleh Jakarta Scholars Symposium (JSS).

Jakarta Scholar Symposium (JSS) merupakan koalisi nirlaba yang independen. Didedikasikan sebagai wadah bagi para generasi muda yang memiliki mimpi untuk melakukan sesuatu dan memimpin generasinya. Salah satunya dalam menciptakan kesadaran terhadap topik-topik yang paling relevan dan menjadi perhatian dunia saat ini.

Acara ini menjadi simposium perdana bagi JSS dan menghadirkan 12 karya yang menjadi solusi nyata terhadap permasalahan yang menjadi perhatian dunia. Uniknya, pada simposium ini, para peserta bukan hanya mempresentasikan ide sesuai dengan minat mereka masing- masing, namun juga menunjukkan hasil aksi nyatanya yang telah terbukti efektivitas serta pengaruhnya dalam membawa dampak perubahan.

Karya yang dibawakan mencakup berbagai kategori, diantaranya adalah lingkungan dan nutrisi. Misalnya saja proyek usaha mereduksi jejak karbon, proyek konservasi air bersih, proyek pengembangan beras fortifikasi; dan lain sebagainya. Salah satu karya yang menonjol dan mendapatkan banyak apresiasi, adalah karya Stefan Fredrick Atmadja, yang merubah tanaman gulma eceng gondok yang merusak Danau Toba menjadi pupuk hayati bagi para petani Toba.

Manfaat di balik pupuk eceng gondok

Meski eceng gondok diklaim sebagai gulma yang mengganggu, Stefan justru melihatnya melalui kacamata positifnya. Ia bahkan menyulap sebagai pupuk organik eceng gondok dan diberi nama Steba, singkatan dari Sahabat Petani Toba. Pupuk hayati ini telah diuji, dan hasilnya dinyatakan sebagai pupuk yang kualitasnya di atas rata-rata, serta dapat meningkatkan produktivitas petani.

Baca Juga:  Mengenal Patrick Kluivert, Pelatih Baru Timnas Indonesia

Kandungan nitrogen dalam eceng gondok cukup tinggi yang tentu saja merupakan material yang baik untuk pupuk. Selain telah mengantongi hasil uji laboratorium dari Sucofindo, produk pupuk hayati tersebut bahkan sudah digunakan oleh sejumlah petani di kawasan Danau Toba. Berdasarkan penelitian dilakukannya, penggunaan pupuk dari eceng gondok pada tanaman padi mempercepat pertumbuhan padi dibandingkan dengan yang tidak menggunakan pupuk tersebut.

Proyek ini bermula dari keprihatinan Stefan ketika melihat indahnya Danau Toba yang tertutup eceng gondok.

“Padahal Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di dunia yang sangat indah dan menjadi salah satu Global Geopark UNESCO. Namun sayang tertutup oleh eceng gondok yang pertumbuhannya tidak terkontrol,” jelas siswa kelas 11 Jakarta Intercultural School, Stefan Fredrick Atmadja, yang menjadi salah satu peserta JSS di Jakarta, dikutip Jumat (26/5/2023).

Menurutnya, eceng gondok yang menutupi danau, menimbulkan tiga permasalahan yang signifikan. Pertama, kerapatan eceng gondok menghalau sinar matahari sehingga menghalangi proses fotosintesis organisme di dalam danau. Kedua, mengurangi kadar oksigen yang akan menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya. Kemudian yang ketiga, persoalan pariwisata.

Selain memberi dampak pada lingkungan, karyanya yang merubah tanaman gulma eceng gondok yang mengganggu berdampak signifikan terhadap sosial ekonomi. Seperti meningkatkan produktivitas para petani dan juga meningkatkan nilai jual pariwisata Danau Toba.

Bagaimana sobat KoverMagz, sungguh membanggakan bukan?. Ide dan karya nyata Stefan dan juga kesebelas murid lainnya ini patut diapresiasi dan ditiru. semoga semakin banyak generasi muda yang akan membuat perubahan di masa depan.