
Seperti kita tahu, artis terkenal asal Taiwan, Barbie Hsu, yang dikenal sebagai pemeran Sancai lewat serial Meteor Garden baru-baru ini dikabarkan meninggal dunia. Kabar duka ini dikonfirmasi langsung oleh keluarganya dalam pernyataan yang disampaikan oleh manajer adiknya, Dee Hsu.
Dalam pernyataan tersebut, Barbie Hsu disebut meninggal akibat pneumonia terkait influenza saat sedang berlibur di Jepang bersama keluarganya. Kematian Barbie Hsu tentunya mengejutkan banyak penggemar. Pasalnya, Ia menghembuskan nafas terakhirnya tepat di usianya yang ke 48 tahun. Bagi sebagian orang usia itu masih tergolong cukup muda. Apalagi ia juga memiliki dua orang anak yang masih terbilang cukup kecil yakni 8 dan 10 tahun.
Selain itu, tak sedikit pula yang juga bertanya-tanya tentang seberapa bahaya penyakit pneumonia. Penyakit ini sering dianggap sebagai infeksi pernapasan biasa, tetapi dalam beberapa kasus, pneumonia bisa berakibat fatal, terutama jika tidak ditangani dengan cepat.
Lantas, apa itu pneumonia, dan bagaimana penyakit ini bisa menyebabkan kematian? Dalam artikel berikut ini, tim kovermagz akan membahasnya untuk anda. Simak selengkapnya disini!
Apa Itu Pneumonia?
Menurut data dari Our World in Data, pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian paling umum secara global. Penyakit ini adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan peradangan pada alveoli, yaitu kantung udara kecil yang berfungsi menukar oksigen dan karbon dioksida.
Melansir dari Mayo Clinic, pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Kantung udara ini bisa berisi cairan atau nanah, yang membuat penderitanya mengalami batuk berdahak, demam, menggigil, serta kesulitan bernapas.
Pneumonia diketahui dapat disebabkan oleh infeksi berbagai patogen, seperti:
- Bakteri: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus
- Virus: Influenza (flu), respiratory syncytial virus (RSV)
- Jamur: Infeksi paru-paru akibat jamur tertentu
Pneumonia juga dapat menyerang siapa saja, terutama kelompok dengan risiko lebih tinggi termasuk anak-anak, lansia, individu dengan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau asma serta seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sebanyak 15 persen kematian anak-anak usia balita di seluruh dunia terkait dengan pneumonia. Meskipun begitu, pneumonia bisa menimpa orang dewasa dengan dampak yang kurang lebih sama.
Penyakit ini bisa menular melalui droplet udara saat seseorang batuk atau bersin, sehingga penting untuk menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat. Pada kasus yang lebih parah, pneumonia dapat menyebabkan gagal napas, sepsis, atau komplikasi serius lainnya, yang bisa berujung pada kematian.
Gejala Pneumonia
Berdasarkan informasi dari American Lung Association, gejala pneumonia bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Beberapa penderita bahkan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Berikut beberapa gejala umum pneumonia:
- Batuk berdahak (lendir berwarna hijau, kuning, atau mengandung darah)
- Demam tinggi, berkeringat, dan menggigil
- Sesak napas dan pernapasan cepat
- Nyeri dada tajam atau menusuk, terutama saat menarik napas dalam atau batuk
- Nafsu makan berkurang, tubuh lemas, dan mudah lelah
- Mual dan muntah, terutama pada anak kecil
- Kebingungan atau disorientasi, terutama pada lansia
Gejala tersebut umumnya akan terjadi selama 1 hingga 2 hari, tanpa penurunan gejala. Namun, kondisi ini bisa berbeda tergantung dari sistem kekebalan tubuh masing-masing. Jika gejala ini muncul dan semakin memburuk, segera cari bantuan medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Pneumonia Bisa Menyebabkan Kematian?
Pada kasus yang serius, pneumonia bisa menyebabkan peradangan parah yang mengganggu pertukaran oksigen di paru-paru. Jika tubuh kekurangan oksigen, organ-organ penting seperti jantung dan otak bisa mengalami kegagalan fungsi. Selain itu, infeksi dapat menyebar ke aliran darah (bakteremia) atau menyebabkan kerusakan paru-paru permanen, yang memperburuk kondisi pasien.
Kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi parah dari pneumonia meliputi anak-anak di bawah 5 tahun dan lansia di atas 65 tahun, penderita penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit jantung, orang dengan sistem imun lemah, seperti pasien kanker atau HIV/AIDS, dan perokok atau penderita gangguan paru-paru seperti asma dan COPD.
Untuk pengobatan pneumonia, tergantung pada penyebabnya. Pneumonia karena bakteri biasanya diobati dengan antibiotik, sedangkan pneumonia akibat virus bisa sembuh dengan istirahat dan perawatan suportif. Pada kasus yang parah, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan oksigen tambahan atau perawatan intensif.
Cara Mengobati Pneumonia
Cara mengobati pneumonia harus disesuaikan dengan penyebab utama serta tingkat keparahannya. Dalam kondisi yang tidak terlalu parah, pneumonia akibat infeksi bakteri bisa diatasi dengan pemberian antibiotik, baik lewat oral maupun cairan infus. Sedangkan untuk pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus, cara pengobatannya bisa dengan mengkonsumsi obat anti-virus, seperti zanamivir (Relenza) atau oseltamivir (Tamiflu).
Terkadang dokter akan memberikan beberapa obat tambahan untuk meringankan gejala pneumonia, seperti obat pereda nyeri, penurun panas, hingga obat batuk. Jika Anda mengalami gejala sesak napas atau kesulitan bernapas, dokter akan memasangkan alat bantu napas atau ventilator.
Pneumonia tidak bisa dianggap sepele. Maka dari itu semua proses pengobatan sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis paru. Hal ini dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan intensif, sekaligus mencegah resiko komplikasi yang lebih parah.
Lalu, jika Anda bukan penderita pneumonia, namun berada di daftar berisiko tinggi atau ada anggota keluarga yang mengalami pneumonia, lakukanlah beberapa upaya pencegahan berikut ini:
- Tingkatkan asupan nutrisi dengan konsumsi makanan sehat, terutama buah dan sayuran yang bersifat antiradang dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
- Jaga kebersihan diri dan lingkungan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah pulang beraktivitas dari luar.
- Jauhi rokok, minuman beralkohol, dan jaga jarak dengan orang yang sedang sakit batuk, pilek, atau pasien pneumonia itu sendiri.
Selain itu, Anda juga dapat mencegahnya dengan cara di vaksin. Melansir dalam CDC, beberapa vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah pneumonia adalah vaksin flu, PCV, Hib, Pneumococcal polysaccharide, pertusis, dan cacar. Sementara untuk anak adalah pneumococcal conjugate vaccine (PCV 13).
Sebagai alternatif, Anda bisa memilih pneumococcal polysaccharide vaccine (PPV23) yang bisa diberikan untuk semua usia, mulai dari 2 – 60 tahun. Beberapa vaksin mungkin perlu diulang, jadi pastikan Anda untuk meminta informasi yang detail kepada dokter.