Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam

Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam
Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam

Kita sepakat bahwa wayang kulit adalah salah satu seni tradisional Indonesia yang tidak hanya menghibur namun juga sarat akan nilai sejarah dan budaya bangsa Indonesia. Bahkan, di dalam perkembangannya sendiri, sejarah seni wayang kulit sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat.

Makna dan Arti Wayang 

Secara harfiah, wayang mengandung arti bayangan. Ini mengacu pada pertunjukan wayang kulit di Jawa, yang memiliki bentuk seperti bayangan. Kendati demikian, banyak yang berpendapat, jika wayang berasal dari India. Hal ini terbukti dari rekaman pertama pertunjukan wayang yang telah ada sejak 930 M.

Namun, ada pula yang meyakini bila wayang kulit sebagai salah satu dari berbagai akar budaya seni tradisional Indonesia. R Gunawan Djajakusumah dalam bukunya, Pengenalan Wayang Golek Purwa di Jawa Barat, mengungkapkan bahwa wayang adalah kebudayaan asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. 

Kata wayang berasal dari Wad an Hyang, yang artinya “leluhur”. Sisi lain, ada yang menyebut wayang berasal dari kata “Ma Hyang” yang artinya roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk lebih jelasnya lagi, ia mengungkapkan bahwa wayang merupakan media yang digunakan Wali Songo untuk menyebarkan ajaran Islam di Nusantara. Cikal bakal wayang berasal dari wayang beber—yang gambarnya mirip manusia dengan lakonnya bersumber dari sejarah sekitar zaman Majapahit.

Sejarah Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Ajaran Islam

Berdasarkan sumber lainnya, disebutkan jika asal muasal wayang kulit berasal dari zaman Majapahit pada abad ke-13. Pada masa itu, wayang kulit digunakan sebagai media untuk menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha. Namun, setelah Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14, di situlah wayang kulit kemudian digunakan sebagai media dakwah Islam.

Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam
Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam

Tokoh Yang Menyebarkan Ajaran Islam Melalui Wayang Kulit 

Mengutip dari beberapa sumber, penyebaran ajaran Islam melalui wayang kulit tak terlepas dari peranan Wali songo. Kata wali sendiri berarti pembela, teman dekat, dan pemimpin. Dalam hal ini bisa diartikan sebagai orang yang dekat dengan Allah SWT. 

Sedangkan kata Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti sembilan. Jadi secara umum Wali Songo berarti sembilan Wali yang dekat dengan Allah SWT atau sembilan tokoh penyebar agama Islam di Indonesia. 

Wali songo berperan sangat aktif sebagai pionir utama dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Indonesia. Tak terkecuali dengan media wayang kulit yang mereka gunakan  untuk menyebarkan ajaran Islam. 

Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh wali songo yang menggunakan seni wayang kulit sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam, khususnya di pulau Jawa. Tokoh pandawa Lima yang melambangkan rukun islam pun adalah bentuk tokoh-tokoh seni wayang kulit yang ia ciptakan.

Sunan Kalijaga juga menciptakan corak batik bermotif burung (kukula) yang mengandung ajaran etik agar seseorang selalu menjaga ucapannya.

Dua Tokoh Wali Songo Lainnya

Selain Sunan Kalijaga, ada pula dua Wali Songo lainnya yang tercatat di dalam sejarah penggunaan wayang kulit sebagai media dakwah ajaran Islam. Keduanya ini bernama Sunan Giri dan Sunan Bonang. Wayang gedog yang mirip dengan wayang purwa adalah hasil karya seni wayang yang dibuat oleh Sunan Giri pada 1485. 

Begitu pula halnya dengan Sunan Bonang. Sekitar tahun 1486, Ia membuat wayang gedog dengan menggunakan tabuhan rebab, kendang, terbang, angklung, kenong dan keprak.

Ia juga yang mengubah gamelan Jawa yang kental dengan estetika Hindu, dengan nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental. Tembang Tombo Ati adalah salah satu karya Sunan Bonang.

Dalang sebagai pengajar agama yang membawa pesan-pesan Islam melalui cerita yang diperankan oleh tokoh dalam wayang kulit juga turut berpengaruh dalam menyebarkan ajaran Islam.

Alasan Penggunaan Wayang Kulit sebagai Media Penyebaran Ajaran Islam

Perlu anda ketahui, penggunaan wayang kulit sebagai media penyebaran ajaran Islam bermula dari rasa ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap pertunjukan wayang. Dalam pertunjukan wayang kulit, tokoh-tokoh dalam cerita seringkali menyampaikan pesan moral yang baik sekaligus mampu menghibur.

Menyadari akan hal itu, para wali songo pun kemudian mengambil kesempatan untuk memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa, yang kala itu masih memeluk agama Hindu dan Budha. 

Berdasarkan dari Buku Intisari SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) karya Siti Wahidoh (68:2020) kesenian wayang kulit awalnya berisi kisah-kisah cerita Hindu. Lalu kemudian, kisah-kisah tersebut diganti dengan kisah-kisah yang berisikan ajaran islam oleh Sunan Kalijaga. Puja-puji dalam sesaji kebiasaan Agama Hindu dan Agama Budha diganti dengan doa dan bacaan dari kitab suci al-Quran.

Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam
Menelusuri Sejarah Seni Wayang Kulit Sebagai Media Dakwah Untuk Menyebarkan Ajaran Islam

Hingga Sekarang Seni Wayang Kulit Masih Terus Bertahan

Berawal dari seni wayang kulit itulah, ajaran agama Islam semakin meluas dan berdampak bagi masyarakat Indonesia. Bisa dibilang, pertunjukan seni wayang kulit dinilai sebagai salah satu media dakwah Islam yang paling sukses di Indonesia. Bahkan hingga sekarang, pertunjukan seni wayang kulit masih dapat kita temukan di berbagai daerah, meskipun dengan variasi yang berbeda-beda. 

Seni wayang kulit menjadi media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan kearifan lokal kepada masyarakat Indonesia, serta menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antar agama di Indonesia. Maka dari itu, seni wayang kulit masih terus dipertahankan dan diapresiasi sebagai warisan budaya.