Kisah Sukses Profesor Sedyatmo, Insinyur Indonesia yang Diakui Dunia

Kisah Sukses Profesor Sedyatmo, Insinyur Indonesia yang Diakui Dunia
Kisah Sukses Profesor Sedyatmo, Insinyur Indonesia yang Diakui Dunia

Jika sobat kover pernah mendengar konstruksi cakar ayam, maka anda tentunya harus mengenal siapa penemunya. Pasalnya, konstruksi tersebut merupakan salah satu buatan anak bangsa yang bernama Prof Ir Sedyatmo Dr HC. 

Bisa dibilang beliau merupakan salah satu tokoh insinyur sipil Indonesia yang cukup berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia. Bahkan temuannya tersebut telah diakui oleh negara-negara hebat. Penemuan Profesor Sedyatmo itu juga sudah dipublikasikan ke dalam beberapa majalah luar negeri seperti Le Genie Civil, Traffic Engineering, dan lain sebagainnya.

Semakin penasaran dengan kisah sukses dari Profesor Sedyatmo? Berikut ini, telah kami rangkum tentang kisah sukses Profesor Sedyatmo. Simak ulasannya!

Kisah Sukses Profesor Sedyatmo, Insinyur Indonesia yang Diakui Dunia
Kisah Sukses Profesor Sedyatmo, Insinyur Indonesia yang Diakui Dunia

Kisah Biografi Profesor Sedyatmo

Profesor Sedyatmo lahir pada 24 Oktober 1909 di Desa Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Ia merupakan putra ketiga dari pasangan Raden Ayu Sarsani Mangunkusumo dan Raden Mas Panji Hatmo Hudoyo.

Saat lahir, Sedyatmo memiliki nama kecil bernama Raden Mas Sarwanto. Ketika berusia beberapa bulan, ia menderita sakit yang cukup lama sehingga orangtuanya mengganti namanya. 

Orang tuanya kemudian memberikan nama baru bernama R.M Sedyatmo. Nama Sedyatmo berasal dari kata Sedia dan Atmo yang artinya sedia, sanggup atau mau dan Atmo yang artinya anak. Melalui nama baru itu, kedua orang tuanya berharap Sedyatmo kelak menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. 

Kisah Sukses Profesor Sedyatmo

Sedyatmo mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Setamat dari HIS, ia lalu melanjutkan pendidikan di Mulo, Solo. Kemudian, saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Sedyatmo bersekolah di Algemene Middelbare School Yogyakarta. 

Setelah lulus sekolah menengah atas, ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Technische Hogeschool de Bandoeng, atau sekarang bernama Institut Teknologi Bandung. Sedyatmo terbilang haus akan ilmu pengetahuan sehingga baginya pendidikan adalah yang terpenting. 

Sekitar tahun 1934, Sedyatmo berhasil memperoleh gelar insinyur. Ia lalu memilih kembali ke daerah asalnya untuk bekerja sebagai insinyur perencanaan di berbagai instansi pemerintah. 

Memiliki Julukan 

Kala itu ia sempat mendapat julukan “Si Kancil” berkat gagasannya yang inovatif dan kreatif. Sedyatmo juga memiliki etos kerja yang tinggi. Ia bahkan mampu menemukan sistem pondasi cakar ayam untuk sebuah konstruksi. Melalui hal tersebut, penemuannya diakui oleh 11 negara internasional. 

Konstruksi Cakar Ayam

Mengutip dari sumber terpercaya, konstruksi cakar ayam ialah konstruksi yang diaplikasikan pada bangunan yang dibangun diatas tanah gembur. Konsep dan sistem yang diberi nama cakar ayam ini hanya tersusun dari pelat beton bertulang tipis dengan buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit menggunakan pelat beton dengan jarak 200-250 cm. Meskipun kondisi tanah di Indonesia lembek, sistem tersebut masih dapat diterapkan. 

Adapun keunggulannya sendiri, pondasi cakar ayam mampu mengurangi biaya material dan waktu pengerjaan. Pada mulanya, konstruksi cakar ayam ini ia terapkan dalam pembangunan apron Pelabuhan Udara Angkatan Laut Juanda, Surabaya. Kemudian, berlanjut pada bangunan landasan udara Polonia, Medan.

Sedyatmo juga menerapkan pondasi cakar ayam di Bandara Soekarno Hatta, khususnya pada taxiway dan apron-nya. Lambat laun, sistem pondasi cakar ayam tersebut juga semakin berkembang dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia hingga mancanegara.

Sistem pondasi itu bahkan telah banyak diterapkan pada pembangunan, seperti jalan raya, jalan kereta api, landasan pelabuhan udara, hingga bangunan tinggi di perkotaan. Konstruksi cakar ayam terbilang efektif dalam membantu pembangunan di Indonesia.

Beberapa negara yang mengadopsi konstruksi pembangunan pondasi cakar ayam adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada.

Karya Lainnya dan Penghargaan

Tak berhenti di situ, Prof Ir Sedyatmo juga pernah menciptakan karya lainnya yakni berupa jembatan air wiroko di Wonogiri. Ia juga pernah mendapatkan beragam penghargaan nasional hingga internasional seperti Doctor Honoris Causa dari Institut teknologi bandung.

Pada 1969 ia juga pernah diangkat menjadi Chevaller de la Legion d’Honneur oleh Pemerintah Perancis.  Presiden Perancis de Gaulle juga memberinya tanda jasa “Outstanding Contributions to Technological Knowledge” lantaran keberhasilannya dalam memimpin proyek Jatiluhur.

Penghargaan Dari Indonesia dan Riwayat Kematian

Atas jasanya yang begitu besar terhadap bidang teknik sipil dan proyek pembangunan di Indonesia, Pemerinta Republik Indonesia memberikan gelar kehormatan Mahaputra Kelas I kepada Sedyatmo pada 1984. Ia meninggal dunia ketika menginjak usia 74 tahun, tepatnya pada 15 juli 1984 akibat sakit tumor di leher.

Demikianlah ulasan mengenai kisah sukses Profesor Sedyatmo beserta riwayat hidupnya. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda ya.