Apa yang ada di benak Anda jika mendengar kata “psikopat”? Mungkin sebagian orang kerap memikirkan bahwa psikopat identik dengan pembunuh berdarah dingin atau orang dengan perilaku sadis. Namun ternyata tidak semua pembunuh adalah seorang psikopat. Lantas bagaimana seseorang dapat dikatakan psikopat? Bagaimana pula cara agar terhindar dari orang-orang psikopat?
Kali ini tim Kover Magazine berkesempatan mewawancarai seorang psikolog ternama di Kota Medan. Irna Minauli, M.Si, wanita paruh baya ini telah lama berkecimpung dengan kasus psikologi sejak tahun 80-an. Ia juga merupakan Direktur Minauli Consulting yang merupakan biro psikolog beralamat di Jalan D.I. Panjaitan No. 180, Sei Sikambing D, Kec. Medan Petisah, Kota Medan.
Psikopat: Gangguan Kepribadian Antisosial
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti “jiwa” dan pathos yang berarti “penyakit”. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Secara terminologi, psikopat merupakan antisocial personality disorder atau gangguan kepribadian antisosial.
Irna Minauli menjelaskan bahwa banyak orang sering salah mengartikan tentang antisosial, seolah-olah orang yang pendiam, tidak mau bergaul, atau introvert merupakan antisosial. Padahal antisosial adalah orang yang memiliki keengganan untuk mematuhi peraturan dan norma-norma berlaku.
Seorang psikopat tidak akan pernah mengakui atau merasakan bahwa dirinya sakit atau memiliki gangguan. Mereka memiliki kepercayaan diri berlebih (narsisme) sehingga mampu mempengaruhi orang lain, tidak merasa bersalah atau menyesal atas setiap tindakannya karena memiliki rasionalisasi pembenaran terhadap perilakunya sehingga sangat membahayakan orang lain.
Deteksi Keberadaan Psikopat
Jika kebanyakan penyakit dapat dilihat secara kasat mata, penyakit gangguan psikopat tidak demikian. Tak mudah mendiagnosis secara cepat bahwa seseorang adalah psikopat. Seseorang dikatakan memiliki gangguan psikopat jika sudah berusia di atas 18 tahun, jika di bawah 18 tahun masih disebut conduct disorder (gangguan perilaku).
“Kita tidak bisa sembarang mengatakan seseorang adalah psikopat, kita harus mengetahui riwayat psikologis dan perkembangan sikapnya mulai dari masa kanak-kanak hingga ia dewasa,” ungkap Irna Minauli.
“Jika pada masa kanak-kanak memiliki sifat membangkang atau melanggar aturan sekolah seperti menyontek, merokok, bolos sekolah, atau juga sering merusak benda dan menyiksa hewan. Pada masa ini masih disebut dengan conduct disorder. Hal ini harus segera ditangani dengan baik, karena jika tidak tertangani maka ketika remaja dan dewasa bisa menjadi antisocial disorder atau orang awam menyebutnya psikopat,” tambahnya.
Walaupun demikian, untuk mendiagnosis bahwa seseorang cenderung memiliki penyakit psikopat, kita dapat melihat dari beberapa ciri-ciri umum sebagai berikut.
- Rasa Empati yang Berubah-ubah
Dalam konteks empati, ada penelitian neuropsikologi yang mengatakan bahwa ternyata orang psikopat itu berbeda dengan orang normal. Orang normal masih memiliki koneksi antara saraf yang berhubungan dengan perilaku dan bagian emosi. Itulah mengapa ketika kita melakukan kesalahan akan muncul perasaan bersalah. Namun lain dengan para psikopat, koneksi antara saraf yang berhubungan dengan perilaku dan emosi sudah tidak lagi berfungsi, hingga akhirnya masing-masing saraf berdiri sendiri.
Walaupun pada dasarnya seorang psikopat sudah tidak lagi memiliki rasa empati. Namun ternyata mereka sebenarnya bisa mengaktifkan kembali empatinya. Para psikopat bisa terlihat sangat ramah, meyakinkan, dan memanipulasi orang lain. Namun ketika empati itu dimatikan, mereka bisa membunuh dengan brutal dan dingin tanpa merasa kasihan sedikit pun pada korbannya. Ketika mereka membunuh, mereka memilih untuk mematikan empati tersebut. Namun ketika mereka sedang bersikap ramah, bisa jadi mereka menghidupkan empati itu lagi.
- Banyak Berbohong (Manipulatif)
Pola berbohong para psikopat biasanya selalu memiliki tujuan. Mereka cenderung memanipulasi demi tujuan tertentu. Hal ini dilakukan agar orang lain masuk ke perangkap mereka atau mencapai hubungan emosi tertentu ataupun stimulus lainnya.
- Tidak Dapat Membina Hubungan Jangka Panjang
Ciri lain seorang psikopat adalah mereka tidak bisa membina hubungan jangka panjang baik dalam pertemanan, percintaan atau pun hubungan kerja. Ketika mereka sudah mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, biasanya mereka langsung memutuskan hubungan tersebut. Mereka selalu melakukan segala upaya manipulatif untuk memanfaatkan orang lain.
- Suka Melanggar Aturan
Psikopat selalu senang melanggar aturan dan norma-norma berlaku, bahkan para psikopat sangat menikmati setiap proses pelanggaran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari analogi antara pembunuh dan psikopat. Biasanya pembunuh akan merasa puas ketika sudah membunuh objeknya, namun psikopat malah akan menikmati proses membunuhnya secara perlahan-lahan.
- Berpenampilan Menarik & Memiliki Kecerdasan Tinggi
Pada umumnya para psikopat adalah orang-orang yang berpenampilan menarik dan berparas menawan. Tak jarang juga mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan kombinasi daya tarik fisik dan kecerdasan akan menjadi salah satu senjata kepada siapa pun yang akan dipengaruhinya. Bahkan pada sebuah penelitian, jika ada laki-laki sering berswafoto, bisa memiliki kecenderungan seorang psikopat.
- Selalu Mencari Sensasi
Para psikopat selalu memiliki adrenalin yang tinggi. Mereka kerap mencari sensasi-sensasi dan stimulus baru agar adrenalin terus bergejolak. Hal tersebut juga menjadi salah satu dasar mereka melakukan tindak kejahatan.
Penyebab Gangguan Psikopat
Penyebab seseorang menjadi psikopat memang beragam. Bisa karena efek traumatis, ada pula sebab pola asuh orang tua yang membuat anak memiliki jiwa yang sadis serta tidak berperasaan. Namun ternyata ada ahli lain yang mengatakan bahwa psikopat itu muncul dari faktor genetik keluarga dan diperparah dengan lingkungan dan pengalaman yang ia alami.
Psikopat Sulit Disembuhkan
Gangguan kepribadian yang sangat membahayakan ini ternyata cukup sulit untuk disembuhkan. Biasanya psikopat harus diajarkan dan mendapat terapi dalam membangun rasa empatinya. Sehingga jika mereka ingin melakukan sesuatu, dapat kembali mengembangkan empatinya. Selain itu para psikopat juga harus diedukasi mengenai kemampuan untuk memperhitungkan segala perilakunya.
“Biasanya para psikopat tidak bisa mengantisipasi hukuman, contohnya kalau orang normal mau melanggar lalu lintas pasti berpikir dulu karena takut kena tilang atau lainnya, tetapi para psikopat tidak terpikirkan hal itu. Nah hal-hal itulah yang harus dibangun untuk memunculkan kembali rasa empatinya,” kata Irna.
Proses penyembuhan yang dilakukan juga tidak bisa secepat kilat karena sudah menyangkut kerusakan pada otak, khususnya putusnya koneksi syaraf perasaan dan emosi sehingga tergolong sulit.
Irna Minauli menerangkan bahwa sejauh yang ia pelajari masih tahap continuum. Psikopat memiliki fase mulai dari ringan hingga berbahaya. Psikopat fase ringan bisa dilihat jika ada sifat yang sering memanfaatkan orang lain. Namun jika sudah membunuh maka sudah dapat dipastikan psikopat fase berat.
Kasus Psikopat Bervariatif
Motif-motif seseorang dalam melakukan kejahatan memang beragam, namun perlu diingat bahwa tidak semua orang yang melakukan kejahatan disebut dengan psikopat. Beberapa kasus yang menjadi sorotan masyarakat diantaranya:
- Dukun AS Medan: Menelanjangi & Membunuh 42 Wanita
Kasus dukun AS yang sempat viral pada tahun 1997 di ladang tebu Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dengan hasrat ingin memiliki ilmu mandraguna yang dianggapnya mampu menolong orang, akhirnya muncul kesimpulan, tak ada salahnya mengorbankan sejumlah nyawa untuk kebaikan yang lebih besar. Setelah diusut dari berbagai sisi, dukun AS memiliki gangguan psikopat dan ia pun dihukum mati.
- Ryan Jombang: Pelaku Mutilasi & Pembunuh Berantai 11 Orang
Gempar di tahun 2008, siapa yang menyangka Ryan Jombang ternyata juga memiliki gangguan psikopat. Kejahatan Ryan bermula dari penemuan tujuh potongan tubuh di Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan pada 12 Juli 2008. Dalam pengusutan yang lebih dalam, penemuan mayat lainnya ditanam di belakang rumahnya. Akhirnya Ryan disidang di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat dan dijatuhi hukuman mati.
- Reinhard Sinaga: Predator Seksual Inggris asal Indonesia
Reinhard Sinaga bukan menorehkan prestasi melainkan mencetak catatan sejarah buruk di Inggris karena memerkosa 136 pria di Inggris. Dari proses penyelidikan, sikap Reinhard Sinaga merujuk ke arah gangguan psikopat. Bagaimana tidak, pada saat persidangan ia terlihat santai bahkan menyangkal bahwa hal itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Hingga kasus ini diturunkan, RS dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Mencegah Gangguan Psikopat
“Sedini mungkin harus diajarkan tentang rasa empati, nilai-nilai moral, memperhatikan baik atau buruknya sesuatu, khususnya tentang nilai agama. Semua itu akan jadi kontrol diri kita. Dalam istilah psikoanalisa, super egonya yang berperan. Jadi bukan hanya mengikuti dorongan diri saja, ada yang membatasi untuk melakukan sesuatu,” imbuh Irna.
Selain itu Irna juga memberikan pesan agar jangan mudah percaya dan tergoda dengan tampilan seseorang, karena ada possessiveness atau zero tolerance yang akan muncul nantinya. “Ingatlah seorang psikopat dalam konteks yang mendalam, mereka sangat gampang merayu,” pungkasnya mengakhiri.
Apa yang ada di benak Anda jika mendengar kata “psikopat”? Mungkin sebagian orang kerap memikirkan bahwa psikopat identik dengan pembunuh berdarah dingin atau orang dengan perilaku sadis. Namun ternyata tidak semua pembunuh adalah seorang psikopat. Lantas bagaimana seseorang dapat dikatakan psikopat? Bagaimana pula cara agar terhindar dari orang-orang psikopat?
Kali ini tim Kover Magazine berkesempatan mewawancarai seorang psikolog ternama di Kota Medan. Irna Minauli, M.Si, wanita paruh baya ini telah lama berkecimpung dengan kasus psikologi sejak tahun 80-an. Ia juga merupakan Direktur Minauli Consulting yang merupakan biro psikolog beralamat di Jalan D.I. Panjaitan No. 180, Sei Sikambing D, Kec. Medan Petisah, Kota Medan.
Psikopat: Gangguan Kepribadian Antisosial
Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti “jiwa” dan pathos yang berarti “penyakit”. Pengidapnya juga sering disebut sebagai sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Secara terminologi, psikopat merupakan antisocial personality disorder atau gangguan kepribadian antisosial.
Irna Minauli menjelaskan bahwa banyak orang sering salah mengartikan tentang antisosial, seolah-olah orang yang pendiam, tidak mau bergaul, atau introvert merupakan antisosial. Padahal antisosial adalah orang yang memiliki keengganan untuk mematuhi peraturan dan norma-norma berlaku.
Seorang psikopat tidak akan pernah mengakui atau merasakan bahwa dirinya sakit atau memiliki gangguan. Mereka memiliki kepercayaan diri berlebih (narsisme) sehingga mampu mempengaruhi orang lain, tidak merasa bersalah atau menyesal atas setiap tindakannya karena memiliki rasionalisasi pembenaran terhadap perilakunya sehingga sangat membahayakan orang lain.
Deteksi Keberadaan Psikopat
Jika kebanyakan penyakit dapat dilihat secara kasat mata, penyakit gangguan psikopat tidak demikian. Tak mudah mendiagnosis secara cepat bahwa seseorang adalah psikopat. Seseorang dikatakan memiliki gangguan psikopat jika sudah berusia di atas 18 tahun, jika di bawah 18 tahun masih disebut conduct disorder (gangguan perilaku).
“Kita tidak bisa sembarang mengatakan seseorang adalah psikopat, kita harus mengetahui riwayat psikologis dan perkembangan sikapnya mulai dari masa kanak-kanak hingga ia dewasa,” ungkap Irna Minauli.
“Jika pada masa kanak-kanak memiliki sifat membangkang atau melanggar aturan sekolah seperti menyontek, merokok, bolos sekolah, atau juga sering merusak benda dan menyiksa hewan. Pada masa ini masih disebut dengan conduct disorder. Hal ini harus segera ditangani dengan baik, karena jika tidak tertangani maka ketika remaja dan dewasa bisa menjadi antisocial disorder atau orang awam menyebutnya psikopat,” tambahnya.
Walaupun demikian, untuk mendiagnosis bahwa seseorang cenderung memiliki penyakit psikopat, kita dapat melihat dari beberapa ciri-ciri umum sebagai berikut.
- Rasa Empati yang Berubah-ubah
Dalam konteks empati, ada penelitian neuropsikologi yang mengatakan bahwa ternyata orang psikopat itu berbeda dengan orang normal. Orang normal masih memiliki koneksi antara saraf yang berhubungan dengan perilaku dan bagian emosi. Itulah mengapa ketika kita melakukan kesalahan akan muncul perasaan bersalah. Namun lain dengan para psikopat, koneksi antara saraf yang berhubungan dengan perilaku dan emosi sudah tidak lagi berfungsi, hingga akhirnya masing-masing saraf berdiri sendiri.
Walaupun pada dasarnya seorang psikopat sudah tidak lagi memiliki rasa empati. Namun ternyata mereka sebenarnya bisa mengaktifkan kembali empatinya. Para psikopat bisa terlihat sangat ramah, meyakinkan, dan memanipulasi orang lain. Namun ketika empati itu dimatikan, mereka bisa membunuh dengan brutal dan dingin tanpa merasa kasihan sedikit pun pada korbannya. Ketika mereka membunuh, mereka memilih untuk mematikan empati tersebut. Namun ketika mereka sedang bersikap ramah, bisa jadi mereka menghidupkan empati itu lagi.
- Banyak Berbohong (Manipulatif)
Pola berbohong para psikopat biasanya selalu memiliki tujuan. Mereka cenderung memanipulasi demi tujuan tertentu. Hal ini dilakukan agar orang lain masuk ke perangkap mereka atau mencapai hubungan emosi tertentu ataupun stimulus lainnya.
- Tidak Dapat Membina Hubungan Jangka Panjang
Ciri lain seorang psikopat adalah mereka tidak bisa membina hubungan jangka panjang baik dalam pertemanan, percintaan atau pun hubungan kerja. Ketika mereka sudah mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, biasanya mereka langsung memutuskan hubungan tersebut. Mereka selalu melakukan segala upaya manipulatif untuk memanfaatkan orang lain.
- Suka Melanggar Aturan
Psikopat selalu senang melanggar aturan dan norma-norma berlaku, bahkan para psikopat sangat menikmati setiap proses pelanggaran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari analogi antara pembunuh dan psikopat. Biasanya pembunuh akan merasa puas ketika sudah membunuh objeknya, namun psikopat malah akan menikmati proses membunuhnya secara perlahan-lahan.
- Berpenampilan Menarik & Memiliki Kecerdasan Tinggi
Pada umumnya para psikopat adalah orang-orang yang berpenampilan menarik dan berparas menawan. Tak jarang juga mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dengan kombinasi daya tarik fisik dan kecerdasan akan menjadi salah satu senjata kepada siapa pun yang akan dipengaruhinya. Bahkan pada sebuah penelitian, jika ada laki-laki sering berswafoto, bisa memiliki kecenderungan seorang psikopat.
- Selalu Mencari Sensasi
Para psikopat selalu memiliki adrenalin yang tinggi. Mereka kerap mencari sensasi-sensasi dan stimulus baru agar adrenalin terus bergejolak. Hal tersebut juga menjadi salah satu dasar mereka melakukan tindak kejahatan.
Penyebab Gangguan Psikopat
Penyebab seseorang menjadi psikopat memang beragam. Bisa karena efek traumatis, ada pula sebab pola asuh orang tua yang membuat anak memiliki jiwa yang sadis serta tidak berperasaan. Namun ternyata ada ahli lain yang mengatakan bahwa psikopat itu muncul dari faktor genetik keluarga dan diperparah dengan lingkungan dan pengalaman yang ia alami.
Psikopat Sulit Disembuhkan
Gangguan kepribadian yang sangat membahayakan ini ternyata cukup sulit untuk disembuhkan. Biasanya psikopat harus diajarkan dan mendapat terapi dalam membangun rasa empatinya. Sehingga jika mereka ingin melakukan sesuatu, dapat kembali mengembangkan empatinya. Selain itu para psikopat juga harus diedukasi mengenai kemampuan untuk memperhitungkan segala perilakunya.
“Biasanya para psikopat tidak bisa mengantisipasi hukuman, contohnya kalau orang normal mau melanggar lalu lintas pasti berpikir dulu karena takut kena tilang atau lainnya, tetapi para psikopat tidak terpikirkan hal itu. Nah hal-hal itulah yang harus dibangun untuk memunculkan kembali rasa empatinya,” kata Irna.
Proses penyembuhan yang dilakukan juga tidak bisa secepat kilat karena sudah menyangkut kerusakan pada otak, khususnya putusnya koneksi syaraf perasaan dan emosi sehingga tergolong sulit.
Irna Minauli menerangkan bahwa sejauh yang ia pelajari masih tahap continuum. Psikopat memiliki fase mulai dari ringan hingga berbahaya. Psikopat fase ringan bisa dilihat jika ada sifat yang sering memanfaatkan orang lain. Namun jika sudah membunuh maka sudah dapat dipastikan psikopat fase berat.
Kasus Psikopat Bervariatif
Motif-motif seseorang dalam melakukan kejahatan memang beragam, namun perlu diingat bahwa tidak semua orang yang melakukan kejahatan disebut dengan psikopat. Beberapa kasus yang menjadi sorotan masyarakat diantaranya:
- Dukun AS Medan: Menelanjangi & Membunuh 42 Wanita
Kasus dukun AS yang sempat viral pada tahun 1997 di ladang tebu Dusun Aman Damai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dengan hasrat ingin memiliki ilmu mandraguna yang dianggapnya mampu menolong orang, akhirnya muncul kesimpulan, tak ada salahnya mengorbankan sejumlah nyawa untuk kebaikan yang lebih besar. Setelah diusut dari berbagai sisi, dukun AS memiliki gangguan psikopat dan ia pun dihukum mati.
- Ryan Jombang: Pelaku Mutilasi & Pembunuh Berantai 11 Orang
Gempar di tahun 2008, siapa yang menyangka Ryan Jombang ternyata juga memiliki gangguan psikopat. Kejahatan Ryan bermula dari penemuan tujuh potongan tubuh di Jalan Kebagusan Raya, Jakarta Selatan pada 12 Juli 2008. Dalam pengusutan yang lebih dalam, penemuan mayat lainnya ditanam di belakang rumahnya. Akhirnya Ryan disidang di Pengadilan Negeri Depok, Jawa Barat dan dijatuhi hukuman mati.
- Reinhard Sinaga: Predator Seksual Inggris asal Indonesia
Reinhard Sinaga bukan menorehkan prestasi melainkan mencetak catatan sejarah buruk di Inggris karena memerkosa 136 pria di Inggris. Dari proses penyelidikan, sikap Reinhard Sinaga merujuk ke arah gangguan psikopat. Bagaimana tidak, pada saat persidangan ia terlihat santai bahkan menyangkal bahwa hal itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Hingga kasus ini diturunkan, RS dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Mencegah Gangguan Psikopat
“Sedini mungkin harus diajarkan tentang rasa empati, nilai-nilai moral, memperhatikan baik atau buruknya sesuatu, khususnya tentang nilai agama. Semua itu akan jadi kontrol diri kita. Dalam istilah psikoanalisa, super egonya yang berperan. Jadi bukan hanya mengikuti dorongan diri saja, ada yang membatasi untuk melakukan sesuatu,” imbuh Irna.
Selain itu Irna juga memberikan pesan agar jangan mudah percaya dan tergoda dengan tampilan seseorang, karena ada possessiveness atau zero tolerance yang akan muncul nantinya. “Ingatlah seorang psikopat dalam konteks yang mendalam, mereka sangat gampang merayu,” pungkasnya mengakhiri.
Penulis: Ade Syaputra
Fotografer: Vicky Siregar
Narasumber: Irna Minauli, M.Si, Direktur Minauli Consulting