Ditulis oleh Raghu Gururaj, Konsul Jenderal India untuk Sumatera, Residen Medan
MEDAN (20/08/2021) – Sebuah keputusan yang penting dan bersejarah dilakukan Pemerintah India, yakni meluncurkan program vaksinasi terbesar di dunia melawan COVID 19 pada tanggal 16 Januari 2021 dengan semangat nasionalisme ‘Made in India’. Rasa gembira dan optimisme menyebar ke seluruh pos vaksinasi saat 100 orang pertama menerima dosis vaksinasi, hanya di bawah satu tahun sejak kasus COVID pertama dilaporkan di India.
Dengan visi dari Perdana Menteri dan dorongan yang lahir dari dalam diri (Aatma Nirbar Bharat) dan memanfaatkan pengalaman program imunisasi universal yang telah terbukti, regulator obat India baru-baru ini menyetujui vaksin Oxford COVID-19: vaksin Covishield yang diproduksi oleh Serum Institute of India dan Covaxin yang dikembangkan di dalam negeri oleh Bharat Biotech untuk penggunaan darurat terbatas di negara ini, telah membuka jalan bagi gerakan vaksinasi besar-besaran ini. Kedua vaksin asli ini digunakan di lebih dari 3800 lokasi di seluruh India untuk Tahap I program ini, untuk memvaksinasi 300 juta orang India sebelum Agustus 2021.
Untuk memastikan distribusi vaksin yang adil, pembuat kebijakan India telah menempatkan sumber daya utama untuk mengatasi tantangan-tantangan logistik. Hal ini tidak mengherankan sebenarnya, karena hanya negara seperti India, yang menyelenggarakan pemilu terbesar di dunia, yang mencakup 1,3 miliar orang di dataran yang sangat beragam, berada dalam posisi yang baik dan siap untuk menerapkan pengaturan logistik skala besar dalam waktu singkat untuk program sebesar itu.
India telah melakukan pekerjaan yang sulit sebelum penyebaran vaksin skala besar ini. Sekitar 18 kementerian Pemerintah India terlibat dalam perencanaan dan implementasi peluncuran bersama dengan WHO, UNICEF, UNDP, Bill and Melinda Gates Foundation dan John Snow Foundation di India.
Siapa yang diutamakan mendapat vaksin?
Dalam urutan prioritas, daftar dari kelompok-kelompok pertama yang mendapat manfaat dari kedua vaksin tersebut adalah:
- 10 juta tenaga kesehatan (nakes) India (dokter, perawat, teknisi, pengemudi ambulans)
- 20 juta pekerja garis depan (frontliner) seperti polisi, staf sanitasi, dan lain-lain
- Penduduk usia di atas 50 dan di bawah 50 dengan penyakit komorbid — diabetes, penyakit jantung, dan kondisi lain yang membuat mereka berisiko tinggi terkena kasus COVID-19 yang parah — semuanya berjumlah sekitar 270 juta. Kelompok prioritas di atas 50 tahun dapat dibagi lagi menjadi mereka yang berusia di atas 60 tahun dan mereka yang berusia antara 50 hingga 60 tahun untuk tujuan pentahapan vaksinasi berdasarkan situasi pandemi dan ketersediaan vaksin.
- Terakhir, vaksin akan diberikan untuk populasi umum secara sukarela. Jika kita perhitungkan sampai ke fase-fase vaksinasi yang akan datang, untuk menangani kelompok terakhir ini, India akan melakukan 1,3 juta suntikan per hari.
Bagaimana prosedur vaksinasi di India?
Saat ini, India memvaksinasi 200 orang per pos vaksinasi per hari, artinya sekitar satu juta per hari. Setiap orang yang divaksinasi dimonitor selama 30 menit setelah suntikan untuk melihat apa ada efek yang tidak diinginkan timbul. Setiap pos memiliki logistik yang memadai, bahkan ruang tunggu dipantau oleh dua petugas vaksinasi.
Sesuai dengan ‘Pedoman Operasional Vaksin COVID-19’, langkah-langkah aman telah diterapkan untuk menghindari pemaparan lansung termos vaksin, botol vaksin atau kantong es ke sinar matahari. Vaksin dan pengencer disimpan di dalam termos vaksin dengan tutup tersegel sampai penerima datang ke bilik untuk vaksinasi.
Tim vaksinasi terdiri dari lima anggota per pos. Para nakes dan petugas garis depan diberikan vaksin langsung di rumah sakit. Setelah mereka menerima vaksin, kelompok berisiko tinggi berikutnya — orang yang berusia di atas 50 tahun — dapat mendaftar secara online dengan nomor telepon mereka dan beberapa bentuk identitas, kemudian menerima pesan teks yang memberi tahu mereka kapan dan di mana mereka akan divaksinasi. Pada hari vaksinasi, mereka harus membawa KTP sebagai bukti identitas. Mereka dapat memverifikasi identitas mereka dengan berbagai bukti, termasuk SIM, paspor, dokumen pensiun, dan kartu Aadhaar, sistem identifikasi nasional dengan 12 digit yang menarik data biometrik individu seperti sidik jari, iris mata, dan foto.
Setelah seseorang divaksinasi, dia akan menerima sertifikat kode QR. Pemerintah negara bagian akan bertanggung jawab atas vaksinasi di negara bagian mereka, tetapi pemerintah pusat akan menanggung biaya vaksinasi. Menurut pedoman yang dikeluarkan untuk negara bagian baru-baru ini, sistem COVID Vaccine Intelligence Network (Co-WIN) – sebuah platform digital – akan digunakan untuk melacak si penerima manfaat dan vaksin anti-coronavirus secara real-time.
Vaksin COVID India
Vaksin COVID-19 Oxford Covishield, diproduksi oleh Serum Institute of India dan Covaxin diproduksi oleh Bharat Biotech yang dikembangkan secara lokal telah disetujui oleh India untuk produksi massal. Covishield dialokasikan secara proporsional ke semua negara bagian dan wilayah persatuan India dan vaksin Covaxin milik Bharat Biotech International Ltd dipasok ke 12 negara bagian. Kedua vaksin tersebut dapat disimpan dengan aman pada suhu 2-8 derajat Celcius, artinya dapat diangkut dengan biaya murah di dalam lemari es biasa (freezer).
Dalam pemilihan vaksin ini, Pemerintah India memutuskan bahwa kedua vaksin ini harganya sangat terjangkau, layak dan vital bagi India dan negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya. Selain itu, mereka dapat dengan mudah diangkut dan disimpan dalam waktu lama dalam suhu yang bisa dikondisikan oleh lemari es (dengan syarat sudah melalui deep-freezer).
Transportasi dan sistem rantai dingin
Mengimunisasi negara yang jaraknya hampir 2.000 mil (sekitar 3200 km) dari utara ke selatan dan kira-kira sama juga dari timur ke barat, dengan lebih dari satu miliar orang adalah tugas besar. Ditambah lagi adanya musim panas yang cukup lama di mana suhu bisa melonjak hingga 40ºC (104ºF) atau lebih di banyak bagian India.
Sebelum peluncuran, India membuat tambahan 29.000 titik rantai dingin, 240 pendingin walk-in, 70 walk-in freezer, 45.000 ice-lined refrigerator , 41.000 deep freezer dan 300 lemari es bertenaga surya untuk penyimpanan vaksin Covid-19. Seiring peluncuran vaksin, ada rencana untuk menambahnya lebih lanjut sesuai kebutuhan.
Pelatihan (training)
Sebanyak 37.000 tenaga teknis telah dikerahkan dalam program vaksinasi besar-besaran ini, yang selama ini dilaporkan berjalan lancar tanpa ada kasus rawat inap pasca vaksinasi yang dilaporkan. Pekerja sanitasi Manish Kumar menjadi penerima pertama dari program vaksinasi di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) Delhi.
India melakukan beberapa uji coba yang melibatkan 6.000 vaksinasi. Selama uji coba tersebut, modul pelatihan untuk petugas medis, petugas vaksinator, petugas vaksinator alternatif, operator rantai dingin, supervisor, manajer data, koordinator ASHA, dan lain-lain telah ditetapkan . Perkeretaapian India telah memobilisasi kereta tambahan untuk mengangkut vaksin ke seluruh penjuru negeri.
Dari APD hingga Vaksin COVID dalam waktu singkat
Menjadi salah satu negara yang terkena dampak pandemi paling parah, kita bisa membayangkan kesulitan India pasti diperparah oleh lockdown yang diberlakukan oleh Pemerintah, yang menyebabkan gangguan pada produksi vaksin. Tetapi para ilmuwan dan peneliti India meningkatkan upaya mereka di saat-saat krisis nasional ini dan dalam kurun waktu singkat 6 hingga 8 bulan, mereka telah menemukan dua vaksin COVID yang dikembangkan di dalam negeri yang teruji secara ilmiah, yang sekarang diberikan kepada jutaan orang India.
Dari memproduksi APD pada Februari tahun lalu hingga memproduksi dua vaksin ‘made in India‘ pada Januari 2021 dan memvaksinasi 300 juta orang dalam satu kali suntikan, India pasti telah menempuh perjalanan panjang. Terlebih lagi, bila kita menganggap bahwa jumlah yang divaksinasi di India sekarang lebih banyak daripada seluruh populasi USA, Indonesia dan beberapa negara lain.
India telah menghadapi virus ini secara langsung dan dalam prosesnya telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran tentang pandemi ini. Dalam banyak hal, dapat dikatakan bahwa India telah menjadi negara teladan dalam aspek ini. Jika ada, latihan ini hanya memperkuat India sebagai ‘Apotek Dunia‘.
Saat India memvaksinasi lebih dari satu miliar orang, negara-negara seperti Indonesia dengan populasi yang sangat beragam, mungkin dapat menarik beberapa kesamaan dengan pengalaman India dalam menangani serangkaian tantangannya sendiri seperti peningkatan tingkat infeksi (kasus positip), masalah kepatuhan masyarakat, digitalisasi infrastruktur kesehatan, kapasitas tenaga kesehatan dan sebagainya.
Dengan catatan program vaksinasi yang terbukti sukses dan sejarah produksi massal produk medis berkualitas baik dan terjangkau yang telah teruji, India berada pada posisi yang tepat untuk melengkapi upaya negara lain dalam memerangi COVID.
India berulang kali menyatakan bahwa ia memiliki tanggung jawab global sebagai pemasok barang farmasi dan produksi vaksin bagi seluruh umat manusia. Sebagai mitra yang dapat diandalkan dan dipercaya, India merasa memiliki kemampuan dan kemauan politik untuk memperluas kemampuan medis dan ilmiahnya, sumber daya, dan penemuannya untuk negara-negara yang membutuhkannya.
Untuk skala yang lebih besar dari operasi ini, termasuk dalam hal logistik, pengembangan kapasitas, dan pelatihan yang dibutuhkan, maka langkah ini harus digolongkan sebagai inisiatif yang bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya, tidak hanya untuk India dan tetapi juga untuk seluruh dunia. Sementara dunia menyaksikan peluncuran vaksin ini dengan cermat, Fitch Solutions Report mengatakan India mungkin berhasil melakukan “program vaksinasi terbesar di dunia“, dengan notabena “memiliki rekam jejak yang baik” dalam upaya vaksinasi massal.
Author can be reached at Rgururaj7 on twitter and rgururaj.yahoo.com
Editor: Elsa Malona