Faktor Ekonomi – Fenomena Manusia Silver Datang dan Pergi

Medan, KoverMagz – Manusia silver tak asing lagi bagi kita. Memang, sejak pandemi menyerang Indonesia tahun 2020, kaum pengemis dan pengamen semakin marak di perempatan jalan, datang dan pergi, seiring frekuensi penertiban yang dilakukan Satpol PP. 

Pernah mendengar istilah PMKS? Di Negara yang konon menggemari pelabelan, kaum gelandangan, pengemis, pengamen dan sejenisnya digolongkan dalam satu label: Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Defenisinya adalah seseorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.

Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial maupun perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan.

Beberapa bulan yang silam, dunia maya dihebohkan dengan seorang bayi 10 bulan yang dicat silver dan diajak meminta-meminta di sekitar SPBU Parakan, Pamulang, Tangerang Selatan. Berita viral tersebut menuai kecaman keras dari Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait yang menyatakan bahwa perbuatan tersebut adalah bentuk kekerasan terhadap anak dan kejahatan kemanusiaan yang merendahkan martabat anak.

Seniman, pengemis atau businessman? Pelabelan, sudah ada pihak yang punya job itu. Namun untuk sejenak kita bayangkan, menurut sebuah sumber, seorang manusia silver di Jakarta bisa mendapat 50 sampai 80 ribu rupiah per hari, dan sudah banyak penelusuran yang mengaitkan keramaian manusia silver ini dengan kegiatan komplotan yang terorganisir. Dari sumber lain, dikatakan pendapatan manusia silver di Jakarta berkisar antara Rp 40 ribu sampai Rp 100 ribu per harinya. Namun masih harus dibelanjakan dari jumlah itu kira-kira Rp 30 ribu untuk membeli perlengkapan cat dan minyak tanah.

Cat yang dipakai manusia silver terbuat dari campuran cat sablon dan minyak tanah dengan rasio campurannya 50:50. Kadang, minyak tanah digantikan dengan  minyak goreng supaya lebih aman, namuan warna peraknya akan lebih gelap dan tidak mengkilap seperti racikan cat dengan minyak tanah. Gawatnya, bahan cat ini sudah banyak dijual dalam bentuk paketan ataupun ketengan di aplikasi-aplikasi belanja online. 

Penggunaan cat silver ini sebenarnya sangat merepotkan. Biasanya seseorang tidak bisa mengecat tubuhnya sendiri dengan sempurna, ia membutuhkan bantuan rekannya. Campuran cat silver ini juga gampang luntur saat terpapar sinar matahari, apalagi di siang hari yang terik, sehingga para manusia silver ini bakal mengoleskan kembali cat tersebut beberapa kali dalam sehari. 

Campuran cat sablon dan minyak tanah sangat sulit hilang, karena itu untuk membersihkan tubuhnya di penghujung hari, para manusia silver harus  menggosok-gosok badannya lalu membilas badan dengan sabun cuci piring atau detergen. Sabun mandi saja tidak akan mempan. Cairan detergen itu dioleskan ke seluruh badan layaknya memakai sabun mandi. Setelah cat terhapus, barulah mereka mandi seperti biasa.

Anda bisa membayangkan ketidaknyamanan seluruh tubuh dilapisi cat yang membuat pori-pori Anda tidak bisa bernapas? Selain itu,campuran cat sablon dan minyak tanah mengandung zat-zat kimia yang berbahaya untuk kulit. Cat yang biasa digunakan manusia silver adalah pewarna tekstil. 

Dampaknya yang paling umum adalah kemerahan dan bintil-bintil disertai rasa gatal. Namun bisa memburuk menjadi timbul lepuh dan kematian jaringan kulit. Gejala-gejala ini tentu saja lebih berat pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, mungkin karena kulit anak-anak masih lebih sensitif. 

Dilansir dari Kompas.com, dr Wahyu Tri Kusprasetyo mengatakan, “Cat yang terkena mukosa tubuh seperti pada mata dan bibir bisa menyebabkan efek terbakar dan mudah masuk ke peredaran darah. Belum lagi partikel cat yang masuk ke saluran pernapasan juga dapat menyebabkan penyakit paru-paru.” Menurutnya, peradangan pun bisa terjadi saat tubuh menerima benda asing atau yang dianggap berbahaya. Tanda awal radang adalah kemerahan, peningkatan suhu sekitar atau seluruh tubuh, dan nyeri. Cat juga mengandung zat-zat yang bersifat teratogenik sehingga bisa berefek panjang kanker kulit.

Penulis : Elsa Malona

Beragai sumber
Baca Juga:  Ini 5 Hal yang harus Dilakukan Saat Menjalankan Tradisi Bersih-bersih Sebelum Imlek