Jika sobat kover ditanya mengenai sosok tokoh pembalap Formula 1 (F1) terbaik sepanjang masa, nama siapakah yang akan anda sebutkan? Lewis Hamilton atau Sebastian Vettel atau mungkin yang lainnya? Bagi para pecinta balap mobil khususnya pembalap formula 1 menentukan sosok tokoh pembalap F1 terbaik sepanjang masa itu mungkin akan terlihat sulit.
Pasalnya setiap tokoh tersebut tentunya memiliki keunggulan tersendiri. Baik itu dari segi rekor gelar juara, watak sang pembalap, maupun cara berpakaian terkadang menjadi penilaian sendiri. Kendati begitu, kami telah mengantongi beberapa nama yang berhasil mencuri perhatian fans. Nah siapa sajakah mereka? Bila anda penasaran, mari simak selengkapnya disini!
Lewis Hamilton
Yang pertama tentu diduduki oleh Lewis Hamilton. Selain menyabet gelar juara pembalap F1 terbaik sepanjang masa, ia juga disebut-sebut sebagai salah satu olahragawan dengan bayaran tertinggi di dunia. Melansir dari berbagai sumber, pria kelahiran berhasil meraih tujuh gelar juara dunia. Ia telah mengikuti 332 balapan dan meraih 197 podium. Hamilton juga memegang rekor kemenangan terbanyak, yakni 103 kali dari 332 balapan yang diikutinya,.
Gelar juara perdananya ia raih bersama McLaren di musim 2008, yang jadi tahun keduanya balapan jet darat. Kemudian, pada 2013, Hamilton memutuskan untuk pindah ke Mercedes dan memulai dinasti yang luar biasa. Enam titel berhasil dikoleksi, empat di antaranya diraih secara beruntun (2017 hingga 2020). Dominasi Hamilton pun putus pada musim 2021, di mana Max Verstappen keluar sebagai juara dunia pada balapan terakhir yang diselenggarakan di Abu Dhabi.
Michael Schumacher
Tak bisa dipungkiri, nama Michael Schumacher sudah pasti akan masuk ke dalam perbincangan daftar pembalap F1 terbaik sepanjang masa. Pasalnya, ia merupakan salah satu pemegang titel juara F1 terbanyak saat ini. Debut pertama kali di Grand Prix (GP) Belgia 1991, Schumi, begitu sapaannya, kemudian mengoleksi 91 kemenangan, 68 pole position, dari total 308 balapan. Ia sukses juara F1 tujuh kali bersama dua tim, yakni Benetton (1994 dan 1995) serta Ferrari (2000 hingga 2004).
Alain Prost
Prost, merupakan salah satu pembalap terhebat dalam sejarah dengan empat gelar Kejuaraan Dunia yang dimenangkannya (1985, 1986, 1989, 1993) bersama Mclaren di tiga seri pertama dan Williams di seri terakhir. Dia mungkin menjadi pembalap ketiga setelah Niki Lauda dan Michael Schumacher yang memberikan kekuatan kepribadian yang cukup pada Scuderia Ferrari untuk membangun tim secara meyakinkan di sekelilingnya.
Prost memenangkan 51 dari 199 balapan yang diikutinya, dengan tingkat keberhasilan 25,6 persen. Dijuluki Profesor karena pendekatannya yang sangat cermat dalam balapan, persaingannya dengan Senna adalah salah satu yang paling menarik dan kontroversial di F1 abad ke-20.
Max Verstappen
Usia mungkin boleh dibilang masih muda, namun hal ini tidaklah dengan kemampuannya. Tepat pada usia yang relatif muda yakni 26 tahun, Max Verstappen telah mampu mendominasi Formula 1. Dengan tiga gelar juara dunia, pembalap Red Bull Racing ini mencatatkan nama dalam buku sejarah.
Sejak meraih titel F1 pertamanya musim 2021, Verstappen tidak terbendung. Ia meninggalkan para rival jauh di belakang untuk kembali menjadi juara dunia pada 2022 dan 2023. Dengan raihan tiga gelar, Max sudah mampu menyamai para pembalap legendaris seperti Ayrton Senna, Jackie Steward, dan Niki Lauda, yang juga pernah tiga kali keluar sebagai juara dunia balap jet darat.
Max Verstappen pun tampaknya berada di jalur untuk memenangkan titel keempatnya musim ini, yang akan membuatnya setara dengan Alain Prost dan Sebastian Vettel.
Sebastian Vettel
Melihat Sebastian Vettel sekarang, mungkin ia tidak layak masuk ke dalam daftar pembalap terbaik. Namun, ada masanya di mana pria asal Jerman ini ditakuti oleh para rivalnya. Menjalani balapan perdananya di GP Amerika pada 2007, tak banyak yang mengira Vettel bisa meraih sukses di F1. Sampai pada akhirnya kemenangan pertama datang di musim 2008.
Sirkuit Monza menjadi saksi bagaimana Vettel menangani wet race dengan sangat baik. Saat itu ia masih memperkuat Toro Rosso (kini AlphaTauri). Vettel kemudian bergabung dengan Red Bull Racing pada 2009, dan membangun dinastinya sendiri dari 2010 hingga 2013. Status empat kali juara dunia sukses disandangnya.
Fernando Alonso
Sama seperti Sebastian Vettel, jika melihat Fernando Alonso sekarang, mungkin dia tak lagi masuk ke dalam perbincangan pembalap terbaik. Tapi jangan salah, ia adalah sosok yang memutus tali dominasi di F1. Fernando Alonso datang ke Formula 1 pada saat Ferrari sedang dipuncak kejayaannya bersama Michael Schumacher. Bagaimana tidak, lima gelar juara berhasil diraih Tim Kuda Jingkrak.
Bahkan, pada saat pindah ke Renault dari Minardi, tak ada yang memandang pembalap muda asal Oviedo, Spanyol tersebut. Hingga akhirnya kejutan terjadi di tahun 2005. Alonso menghentikan dominasi Schumacher-Ferrari dengan menjadi juara dunia di tahun ketiganya membela pabrikan asal Prancis tersebut. Performanya itu kemudian berlanjut di musim 2006, di mana ia kembali mengalahkan Schumi dalam perebutan gelar juara. Selain sukses di Formula 1, Alonso juga sukses tampil kompetitif di ajang balap lain, seperti IndyCar, Reli Dakar serta WEC.
Ayrton Senna
Salah satu figur balap yang legendaris, mendiang Ayrton Senna memasang standar tinggi terkait pembalap bertalenta dan karismatik. Keinginannya untuk terus mendorong diri sendiri hingga batas maksimal membuat Senna dielu-elukan oleh para penggemar balap. Dari total 161 balapan yang pernah ia lakoni, 41 kemenangan berhasil diraih, 65 pole position sukses dicatatkan, serta tiga gelar juara dunia ia bawa pulang.
Ada satu perkataan Senna yang selalu terngiang di kepala pembalap serta penggemar motorsport. “Jika Anda tidak lagi mengambil celah sekecil apapun yang ada di depan Anda, maka Anda bukan lagi seorang pembalap.” Hingga saat ini, Senna masih memiliki tempat khusus di hati banyak penggemar olahraga bermotor. Warisannya begitu besar sehingga bahkan hampir tiga puluh tahun setelah kematiannya, mobil Senna dan bagaimana ia memenangkan gelar F1 terhebatnya masih terus dibicarakan.
Gilles Villeneuve
Meskipun tidak pernah memenangkan kejuaraan, namun nama Gilles Villeneuve berhasil memenangkan hati para penggemar Formula 1. Hal ini dikarenakan gaya mengemudinya yang spektakuler dan berani, yang sering kali membuatnya mendorong mobilnya melampaui batas kemampuannya.
Villeneuve berkompetisi di Formula 1 untuk Ferrari dari tahun 1977 hingga 1982, dan meskipun kariernya relatif singkat, ia meninggalkan kesan yang tak terlupakan di dunia motorsport. Putranya, Jacques, akan berhasil mencapai prestasi yang sempat luput darinya dengan menjadi Juara Dunia Formula Satu pada tahun 1997 bersama Williams.
Niki Lauda
Niki Lauda datang ke Formula 1 dengan status pay driver. Namun, yang membuatnya sukses di jet darat bukanlah uang yang ia bawa, melainkan kemampuannya sebagai pembalap. Lauda bergabung dengan Ferrari pada 1974, dan langsung mencatatkan dua kemenangan pada tahun pertamanya balapan untuk pabrikan Maranello.
Wawasannya mengenai mesin membantunya bertahan di Formula 1. Ia kemudian mengalami kecelakaan mengerikan di Nurburgring pada musim 1976. Tiga gelar juara berhasil diraih pembalap asal Austria tersebut, dua kali bersama Ferrari (1975 dan 1977) serta sekali bersama McLaren (1984).
Jackie Stewart
Selanjutnya ada Jackie Stewart. Peraih 27 kemenangan dan 17 pole position ini merupakan pembalap yang bisa dibilang berjasa untuk Formula 1. Pasalnya, ia selalu menyerukan peningkatan kualitas keamanan pengemudi.
Setelah melihat banyaknya rekan dan koleganya kehilangan nyawa di ajang balap, Stewart kemudian menjadi pilot jet darat yang memperkenalkan helm full-face, seatbelt, travelling medical units, safety barrier, run-off area dan masih banyak lagi.
Selain berbicara banyak hal mengenai keamanan dan keselamatan pembalap, Stewart merupakan pembalap yang ditakuti di atas lintasan. Buktinya, tiga gelar juara berhasil ia raih (1969, 1971, 1973).
Jim Clark
Clark mungkin adalah salah satu orang paling sederhana yang pernah duduk di kokpit F1, tetapi hal ini tidak dengan bakat yang dimilikinya. Bagaimana tidak? Jim Clark merupakan salah satu pembalap paling berbakat sepanjang masa.
Dia memenangkan dua kejuaraan dunia F1, pada tahun 1963 dan 1965, dan juga memenangkan Indianapolis 500 tahun 1965. Pada Grand Prix Belgia 1963, Clark menang dengan selisih hampir lima menit dari runner-up, selisih terbesar yang pernah tercatat. Clark memenangkan 25 dari 72 balapan yang diikutinya, dengan tingkat keberhasilan 34,7 persen.
Stirling Moss
Moss tetap menjadi pria Inggris yang klasik, seorang pendongeng, petualang, dan pembalap yang tak tertandingi. Meskipun belum pernah memenangkan gelar juara dunia, Moss memegang gelar wakil juara dunia sepanjang masa, ia berada di urutan kedua dalam kejuaraan pada tahun-tahun 1955 hingga 1958 dan berada di urutan ketiga dalam klasemen kejuaraan dunia sebanyak tiga kali. Moss memenangkan 16 dari 66 balapan yang diikutinya, dengan tingkat keberhasilan 24,2 persen.
Kimi Raikkonen
Sikapnya yang tenang dan tak acuh dengan sekelilingnya selalu mengundang decak kagum para penggemar F1. Tak jarang pada momen-momen tertentu, situasi yang tadinya tegang malah berbuah tawa dari fans. Kimi Raikkonen mungkin jadi salah satu pembalap paling karismatik di grid Formula 1. Momen paling ikonik ‘The Iceman’ di F1 tentu saja terjadi di GP Monako 2006.
Saat mobilnya terbakar dan membuatnya gagal finis, Raikkonen langsung berjalan keluar lintasan. Namun, alih-alih kembali ke pit, justru Raikkonen langsung berjalan ke yacht pribadinya.
Pun kerap memperlihatkan sifat yang dingin, pembalap asal Finlandia tersebut merupakan juara dunia F1 2007. Ia juga menjadi bagian dari angkatan rookie emas Formula 1 2001, yang terdiri dari Juan Pablo Montoya, Fernando Alonso serta Enrique Bernoldi.
Mika Hakkinen
Mika Hakkinen telah mencatatkan 20 kemenangan sepanjang kariernya di Formula 1. Terbilang sedikit memang untuk seseorang yang masuk ke dalam perbincangan pembalap terbaik, namun setidaknya ia adalah sosok yang patut dikalahkan saat masih aktif balapan. Hakkinen memiliki julukan yang unik, yakni The Flying Finn. Ia mendapatkan nickname tersebut karena selalu tampil mengesankan di sesi kualifikasi.
Ya, Hakkinen selalu sukses membuat banyak orang terkejut saat sedang mencatatkan waktu single-lap. Ini terbukti dengan dirinya tergabung dalam klub 10 pembalap dengan pole position terbanyak.
Hakkinen juga jadi satu-satunya pembalap asal Finlandia yang menjadi juara Formula 1 lebih dari satu kali. Kimi Raikkonen yang baru saja pensiun, hanya bisa menjadi juara di musim 2007, sementara Hakkinen di 1998 dan 1999.
Juan Manuel Fangio
Terakhir ada Fangio, yakni seorang pria yang rendah hati dan ramah, dikenal selalu berada di mobil yang tepat pada waktu yang tepat. Fangio juga adalah satu-satunya pembalap yang lebih hebat dari Ferrari. Ia bisa disebut sebagai pembalap tertua yang memenangkan gelar juara pada tahun 1957 di usia 46 tahun.
Fangio memenangkan lima gelar juara dunia, sebuah rekor yang bertahan selama 46 tahun hingga akhirnya dilampaui oleh Michael Schumacher. Yang mengesankan adalah jumlah balapan yang dimenangkan 24 kali, sehubungan dengan Grand Prix yang diadakan 52 kali (dengan 51 start).