Kita tahu bahwa startup sempat merajai di Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan ada yang cukup terkenal lantaran memiliki traffic record yang bagus dan keunggulan-keunggulannya. Bisa dibilang, Indonesia menempati peringkat keenam negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia. Berdasarkan data Startup Ranking Agustus 2023, Indonesia saat ini memiliki 2.507 startup.
Kendati demikian, startup-startup terkenal ini pun tidak bertahan lama. Sepanjang 2023, Sejumlah startup tersebut telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga menutup usahanya akibat kondisi ekonomi global yang berat dan pendanaan yang sulit. Penasaran apa sajakah startup yang tutup tersebut? Pada kali ini, tim kovermagz akan membahasnya untuk anda. Simak selengkapnya disini!
Pegipegi (OTA)
Akhir tahun 2023, tepatnya 11 Desember 2023, situs penyedia layanan pemesanan dan pembelian tiket (online travel agent/OTA) mengumumkan pamit dari Indonesia. Berdasarkan laman dari pegipegi.com, pihak perusahaan mengungkapkan kesedihannya karena harus tutup setelah hampir 12 tahun menjadi teman perjalanan masyarakat Indonesia.
“Hampir genap 12 tahun menjadi solusi travel kamu merupakan pengalaman yang tak tergantikan bagi Pegipegi. Namun dengan berat hati, Pegipegi harus pamit,” tulis Pegipegi pada laman resmi, dikutip Selasa (12/12/2023).
Pegipegi juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pengunjung serta akomodasi, penerbangan, transportasi darat dan seluruh mitra lainnya.
Zenius
Awal tahun 2024, startup edutech Zenius tutup untuk sementara. Perusahaan penyedia platform pendidikan online dan pemilik jaringan bimbingan belajar Primagama tersebut mengaku harus menghentikan kegiatan karena “tantangan operasional.” Penghentian operasi untuk sementara diumumkan oleh Zenius, antara lain, lewat pernyataan resmi kepada mitra pemilik lokasi bimbingan belajar offline Primagama.
“Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi untuk sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk meenjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik,” tulis pernyataan resmi Zenius.
Rumah.com
PropertyGuru mengumumkan penutupan platform marketplace properti Rumah.com pada Agustus tahun lalu. Sebanyak 61 pegawai Rumah.com terkena kebijakan pemutusan hubungan kerja atau PHK. CEO PropertyGuru, Hari V. Krishnan, mengumumkan rencana penutupan Rumah.com lewat siaran pers yang dipublikasikan di situs resmi perusahan.
“Secara bertahap mengakhiri bisnis marketplace di Indonesia [Rumah.com], akan berhenti pada 30 November 2023. Keputusan ini tidak kami ambil dengna mudah dan kami menyadari dampaknya terhadap karyawan Rumah.com dan pelanggan kami yang berharga,” ujarnya.
Hari juga mengakui dampak penutupan platform terhadap 61 karyawan Rumah.com. Dia meyakinkan bahwa PropertyGuru akan memberikan dukungan terhadap layanan kesehatan dan membantu mereka bertransisi menuju peluang baru.
JD.ID
JD.ID merupakan anak perusahaan e-commerce JD.com sebagai salah satu e-commerce terbesar di Asia. Kendati demikian, JD.ID resmi menutup seluruh layanannya per 31 Maret 2023. Head of Corporate Communications & Public Affairs JD.ID, Setya Yudha Indraswara, mengatakan keputusan perseroan menutup layanannya di Indonesia merupakan arahan dari induk perusahaan JD.com, Inc.
Dia menjelaskan langkah ini diambil JD.com untuk berekspansi ke pasar internasional dengan fokus membangun jaringan rantai pasokan lintas batas, dengan logistik dan pergudangan sebagai intinya. Sebelumnya, platform tersebut juga pernah mengalami PHK massal pada tahun 2022.
Airy Rooms
Airy Rooms resmi menghentikan operasional tanggal 31 Mei 2020. Penyebabnya adalah adanya keadaan yang berbeda dari sebelum pandemi. Bisnis hotel aggregator sempat naik daun sebelum pandemi Covid-19 merebak. Para perusahaan bekerja sama dengan pemilik properti dari hotel hingga motel kecil dalam rangka menawarkan tempat menginap seperti yang ditawarkan platform online.
CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie mengatakan alasan di balik keputusan menutup bisnisnya karena mempertimbangkan banyak hal. Termasuk keadaan pasar yang nyaris tumbang akibat pandemi Covid-19.
Fabelio
Fabelio, startup desain furnitur dan interior, dinyatakan pailit. Hal ini diketahui dari pengumuman di surat kabar berdasarkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.47/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Niaga.JKT.PST, tertanggal 5 Oktober 2022, yang mengabulkan putusan pailit terhadap PT. Kayu Raya Indonesia atau Fabelio.
Sementara itu akhir tahun 2021, Fabelo dikabarkan tidak membayar tunggakan gaji karyawan sejak bulan Oktober. Perusahaan juga dituding belum membayar BPJS Ketenagakerjaan karyawan sejak 2020 namun tetap memotong dana dari gaji mereka dan memaksa pegawai mengundurkan diri dengan menggunakan anggota organisasi massa tertentu.
Melansir dari sumber lain, sebelum bangkrut, Fabelio dikabarkan beberapa kali menerima uang dalam jumlah besar. Salah satunya terjadi pada bulan Juni 2022, ketika startup tersebut mengumpulkan $9 juta dalam pendanaan Seri C yang dipimpin oleh pemodal ventura Taiwan, AppWorks, Endeavour Catalyst, dan MDI Ventures Group yang didukung Telkom.
Sorabel
Sorabel resmi tutup pada 30 Juli 2020 lalu. Surat pemimpin kepada karyawannya, menyatakan startup e-commerce itu telah melakukan usaha terbaik untuk menyelamatkan perusahaan. Namun dengan berat hati harus menempuh jalur likuidasi. Kabarnya, Sorabel harus berhenti beroperasi karena kehabisan modal dan kesulitan menggalang pendanaan baru di tengah pandemi.
Stoqo
Selanjutnya ada Stoqo. Startup satu ini menutup layanannya pada pada 2020. Startup ini menjalankan usaha business to busines, yang bekerja untuk memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan, atau restoran. Ketika pandemi muncul di Indonesia, usaha bisnis ini perlahan-lahan redup. Puncaknya, per tanggal 22 April 2020 menjadi hari terakhir Stoqo berakhir. Sehari sebelumnya, manajemen telah mengumpulkan karyawan yang mengabarkan penghentian operasional Stoqo. Sekitar 250 orang dipekerjakan sejak Stoqo berdiri. Startup ini juga didanai sejumlah investor termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk’s Hill Ventures.
Qlapa
Qlapa tutup pada 2019 karena perusahaan ini tidak mampu bersaing bersaing dengan e-commerce lain seperti Tokopedia dan Bukalapak Cs. Qlapa adalah platform e-commerce yang khusus menjual kerajinan tangan khas Indonesia. Qlapa resmi menutup layanannya setelah 4 tahun beroperasi. Pengumuman ini disampaikan manajemen Qlapa melalui website Qlapa dan media sosial instagram Qlapa, yang didirikan oleh Benny Fajarai dan Fransiskus Xaverius untuk memenuhi permintaan akan kerajinan lokal yang berkualitas
“Hampir 4 tahun yang lalu, kami memulai Qlapa dengan misi memberdayakan perajin lokal. Banyak pasang surut yang kami alami dalam perjalanan yang luar biasa ini. Kami sangat berterima kasih atas semua tanggapan positif dari para penjual, pelanggan, dan media. Dukungan yang kami terima sangat luar biasa dan membesarkan hati,” tulis manajemen Qlapa merilis pernyataan di situs resminya.
CoHive
Adalah startup penyedia ruang kerja berbagi (co-working space), diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Keputusan pailit tersebut berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst, tertanggal 18 Januari 2023.
CoHive didirikan pada 2015 sebagai proyek internal perusahaan modal ventura East Ventures yang diberi nama EV Hive sebagai lokasi kerja bersama dan komunitas untuk perusahaan rintisan, baik portofolio mereka maupun bukan. EV Hive punya dua lokasi ruang kerja, yaitu di Jakarta Selatan dan BSD.
Beres.id
Startup asal Malaysia Kaodim telah mengumumkan bahwa mereka menghentikan semua operasi layanan pada 1 Juli 2022. Penutupan ini mencakup anak usaha mereka di Indonesia, Beres.id. Kaodim adalah startup yang menyediakan marketplace jasa yang menghubungkan konsumen dengan penyedia jasa servis AC, kebersihan rumah, hingga pekerja konstruksi. Selain Beres.id di Indonesia, Kaodim juga mengoperasikan Kaodim.sg di Singapura dan Gawin.ph di Filipina. Semua anak usaha tersebut juga tutup pada bulan depan. Sejak berdiri pada 2015, Kaodim telah mengumpulkan pendanaan US$17,6 juta.