Berawal dari perhatiaan yang sederhana, memberi sebuah semangat. Tanpa sebuah alasan semua terjalin seperti yang diinginkan Sang Esa, tidak dengan waktu yang panjang aku begitu nyaman rasanya selalu dekatmu. Ada sesuatu yang berbeda saat itu, ada rasa aman dan nyaman timbul ketika berada di sisimu. Mungkin Tuhan mentakdirkan ikatan spesial diantara kita. Berawal dari perkenalan pada saat SMA hingga saat ini, menuju usia yang bisa dibilang sudah dewasa. Tanpa sebuah rencana semua kita lakukan bersama-sama. Kutemukuan kau diantara ribuan manusia yang banyak mendekat, tapi bukan untuk tinggal dan menetap.
“Clara…” teriaku memanggilnya.
“Apa Nad?”
“Kau langsung pulang ini?”
Sebuah kata yang setiap hari dilontarkan disetiap pulang dari sekolah. Sebuah pertanyaan yang mumngkin mengubah kegiatan yang telah diatur dihari sebelumnya. Kerbersamaan mumgkin hal yang paling penting dimata kami. Kadang sampai tidak mikir kalau punya tugas dan kewajiban yang lain. Disatu sisi mungkin telah mengecewakan yang lain demi mementingkan hal yang akan pertemuan dan membuat sebuah kenangan.
Cukup singkat memang, bukan cerita kami yang singkat tapi kisah masa SMA saja yang singkat. Namun ikatan kami terus berjalan. Meninggalkan sejuta kenangan manis. Kasih sayang ku dapat darinya, mungkin dia juga. Walau kami tidak pernah mengatakan secara langsung, hanya dengan sebuah perilaku saja. Kini kisah dan ikatan semakin mendalam, makin merasahkan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Bisa dibilang ini sudah lebih dari namanya teman, mungkin bisa disebut dengan sebuah sahabat.
“Nadya, udah kau lihat kan gambar yang ku tandai sama kau?”
“Gambar apa?”
“Itu loh, gambar tas. Nanti pas aku ulang tahun itu kalian belikan ya, jangan lah kau lupa.”
“Maksa pulak kau, mana mau aku we.”
Hampir disetiap tahunnya, dia selalu mengingatkanku tentang kado yang diinginkannya untuk di hadiakan di hari spesialnya. Aku juga tidak pernah lupa hari yang begitu spesial untuknya, semampuku dan sebisaku membuat hari itu menjadi hari yang bisa dikenang olehnya.
Jujur, aku sudah begitu menganggap seperti saudara kandung sendiri. Suka duka kami jalanani bersama, dia tahu duka ku dan sebaliknya dia juga tahu. Tuhan begitu tepat kali ini memberiku seorang teman hidup, bukan teman hidup dalam arti pasangan. Tapi teman hidup, yaitu seorang sahabat yang begitu peduli, paham dan semua yang ada dalam diri seorang sahabat ada padanya.
Kami berdua juga hampir sering menggalami duka, paling sering memang masalah keuangan dan pasangan masing-masing. Hampir seluruh ceritanya kami saling tahu satu sama lain, di sini semakin timbulnya rasa peduli dan sayang itu. Aku pun semakin yakin, dia adalah sosok sahabat yang paling membuat semakin kuat. Dia ada disaat apapun itu.
Pernah terjadi, pada akhir tahun yang lalu. Saat itu kisah percintaanku begitu membuat hati tidak begitu baik. Bagaimana tidak, seeharusnya menuju awal tahun aka nada cerita yang begitu nikmat untuk dikenang. Namun hal yang menyakit malah hadir, menimbulkan sebuah bekas luka yang perih. Kisah cinta ku kandas, Clara adalah salah satu orang yang tahu perjalaanan kisah itu, kebetulan dia satu kampus dengan kekasihku pada saat itu. Dia tahu permasalahan apa yang menimpah dan mengakibatkannya.
Semua memang diluar dugaan, tetapi dia tidak tinggal diam. Terus dan terus dia memberi semangat hingga dia menggatakan “Lukamu adalah lukaku juga.” Begitu katanya.
Ketika aku mendengar itu dari mulutntya hati begitu terharu membuat air bening keluar dari sepasang mataku dan bibirk membentuk lengkungan indah.
Mungkin saat ini, hanya dia seorang bisa kuanggap sahabat yang tulus. Kasih sayang nya tampah sebuah pamrih, ketulusannya padaku juga bukan sebuah hal yang biasa. Bagaimana tidak, orang tua dia saja sudah kuanggap seperti orang tuaku sendiri.
Sudahlah, memang cukup beruntung dipertemukan dengannya. Persahabatan ini bukan hal mudah untuk dibangun dari dulu hingga sekarang. Bahkan mempertahankannya lebih sulit. Cukup bersyukur bisa dipertemukan dengannya. Aku meminta pada Tuhan semoga dia selalu dilindungi, agar umurnya panjang. Biar persahabatan ataupun persaudraan ini semakin hangat terasa.
Ingin sekali rasanya aku mengucapkan secara langsung padanya seperti ini.
“Terima kasih, telah menjadi sosok sahabat yang begitu sangat istemewa. Semoga kita tetap jadi sahabat bahkan lebih dari itu.”
Penulis: Mei Elisabet Sibarani
ilustrasi dikutip dari google