7 Fakta Menarik Tentang Bukalapak, Unicorn yang Pamit dari e-Commerce

Baru-baru ini, salah satu perusahaan Unicorn yakni Bukalapak memberikan kabar yang mengejutkan. Ya, tepat pada Senin, 7 Januari 2025, perusahaan itu memutuskan untuk hengkang dalam persaingan produk fisik di e-commerce. 

Padahal, perusahaan yang telah berdiri sejak 10 Januari 2010 itu sempat mencatatkan rekor penawaran saham perdana atau IPO terbesar sepanjang sejarah bursa Indonesia. Namun, kini ia pun telah memutuskan untuk hengkang dan memilih fokus terhadap penjualan produk virtual.

Melalui keterangan resmi yang dirilis di blog Bukalapak, perusahaan menjelaskan bahwa langkah ini diambil untuk meningkatkan fokus pada layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan digital konsumen pada masa mendatang. 

“Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak,” demikian pernyataan dalam keterangan resmi perusahaan.

Manajemen tidak menampik keputusan ini bakal berdampak kepada para mitra atau yang disebut Pelapak. Namun, perusahaan katanya berkomitmen membuat proses transisi berjalan mulus dengan memberikan tenggat waktu kepada pelapak dan pelanggan untuk bisa bertransaksi jual-beli untuk sejumlah kategori produk hingga 9 Februari 2025.

Adapun barang yang dapat ditransaksikan diantaranya, aksesoris rumah, elektronik, e-voucer, fashion anak, fashion pria, fashion wanita, makanan, permainan, smartphone, hobi & koleksi, industrial, kamera, kesehatan, komputer, logam mulia, luxury, media.

Kemudian, mobil, aksesoris, motor, peralatan olahraga, produk perawatan & kecantikan, perawatan rumah tangga, perlengkapan bayi, perlengkapan kantor, personal care, rumah tangga, sepeda, tiket & voucer, serta vape.

“Pada 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan,” tulis Bukalapak.

Di sisi lain, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan mulai 1 Februari 2025. Artinya para pelapak tidak bisa menambahkan barang lagi untuk dijual setelah periode tersebut. Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. Uang akan dikembalikan kepada pembeli melalui layanan BukaDompet. Selain itu, Bukalapak turut menyediakan panduan bagi para pelapak untuk menarik saldo, mengembalikan dana, serta mengunduh data transaksi dan riwayat penjualan mereka. 

“Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, dan kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin,” tulis Bukalapak.

Setelah penutupan marketplace, Bukalapak akan beralih ke penjualan produk virtual. Produk-produk ini mencakup pulsa prabayar, paket data, token listrik, pembayaran BPJS, angsuran kredit, hingga pembayaran pajak dan PBB, Air PDAM, Telkom, TV Kabel & Internet, voucher streaming, bayar denda tilang, dan masih banyak lagi.

Bukalapak menilai produk virtual lebih efisien dan relevan dengan kebutuhan masyarakat modern yang serba digital. Mereka juga berupaya memperluas layanan pembayaran tagihan dan top-up untuk berbagai kebutuhan lainnya. Diharapkan dengan fokus baru ini, Bukalapak dapat memperkuat posisinya di pasar layanan digital dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. 

“Kami yakin langkah ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi pengguna dan pelapak,” demikian bunyi keterangannya.

Bukalapak menyampaikan terima kasih untuk dukungan dan kerja sama para pelapak sejak pertama kali layanan ini didirikan pada 2010. 

“Terima kasih atas dukungan, kerja sama dan kepercayaan Pelapak selama ini!” 

Fakta-fakta Tentang Bukalapak 

Nah, sebagai pengingat dari unicorn yang menemani pelanggan setia hampir 14 tahun, berikut ini kami akan paparkan tentang sejarah dan fakta-fakta Bukalapak. Check this out! 

1. UMKM Jadi Inspirasi

Bukalapak hadir dari ide segar sang founder, Ahmad Zaky, saat kembali ke kampung halamannya, Kota Sragen, Jawa Tengah. Kala itu, dia melihat banyaknya masyarakat di sekitar rumahnya memiliki usaha kecil, tetapi tidak berkembang karena kurangnya fasilitas pemasaran. Fenomena ini membuat jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) itu ingin menciptakan software yang berguna dan bisa dimanfaatkan para pengusaha kecil atau pelaku UMKM untuk menjual produknya. 

2. Proyek Anak Kos dengan Modal Rp90.000

Untuk mewujudkan visi tersebut, Zaky memutuskan mencari partner. Dia mengajak Nugroho Herucahyono, teman kosnya di Bandung untuk membangun software yang bisa membantu UMKM. Dia juga mengajak Muhamad Fajrin Rasyid untuk terlibat dalam proyek ini.

Bukalapak dikembangkan selama dua bulan dengan modal Rp90.000 untuk membeli domain dan proyek tersebut diluncurkan pada 10 Januari 2010. Kendati demikian, masa awal berdirinya perusahaan rintisan ini, mereka menemui sejumlah kendala seperti tidak ada satupun pengguna internet yang berkunjung ke situs Bukalapak. 

3. Traffic Naik Tetapi Tak Ada Solusi Finansial

Setahun berjalan, Bukalapak menarik sekitar 10.000 UMKM untuk bergabung. Sayangnya startup ini mengalami kendala dari sisi finansial mengingat biaya operasional masih didanai dari kantong para pendirinya. Kondisi tersebut bahkan membuat Zaky berkeinginan mengakhiri bisnisnya. 

Kendati demikian, semangat untuk membantu UMKM membuat Zaky turun mencari investor untuk mengembangkan startup ini. Banyak penolakan atas proposal yang diajukannya, namun akhirnya Bukalapak mendapat investor pertama yakni dari perusahaan asal Jepang, Batavia Incubator. Bukalapak juga resmi menjadi perseroan terbatas pada 2011.

Investor Berdatangan

Pada 2013, Bukalapak kembali mendapatkan modal dari incestor, GREE Ventures. Setahun berikutnya, perusahaan mendapatkan pendanaan seri A dari Aucfan, IREP, 500 Startup, dan GREE Ventures.

Mengutip Undip, pada 2015, Bukalapak mendapat pendanaan seri B dari EMTEK Group. Pada 2019, Asia Growth Fund, Shinhan Financial Group Co, dan juga PT KMK Online menginvestasikan modalnya di Bukalapak. 

Pada 2017, Bukalapak resmi ditetapkan sebagai salah satu marketplace yang telah mencapai status Unicorn atau telah mencapai tingkat valuasi modal senilai US$1 miliar atau lebih dari Rp14 triliun. Sejak perusahaan status tersebut, Bukalapak tumbuh pesat. 

Pecah Rekor IPO

Mengutip Bisnis.com, BUKA resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Agustus 2021. Kala itu BUKA mengumumkan penawaran umum perdana saham sebanyak 25,76 miliar lembar saham biasa. Jumlah itu setara dengan 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Bukalapak menetapkan harga pelaksanaan IPO Rp850 sehingga perolehan dana dari aksi korporasi itu mencapai Rp21,90 triliun. Posisi harga IPO itu merupakan batas atas karena BUKA membanderol harga pada kisaran Rp750—Rp850 pada periode bookbuilding.

Selain menjadi unicorn pertama yang melantai di BEI, penghimpunan dana oleh Bukalapak mencetak rekor tertinggi. Posisi tertinggi nilai IPO di pasar modal Indonesia sebelum BUKA dipegang oleh perusahaan energi Garibaldi Thohir PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dengan raihan dana Rp12,23 triliun. 

Pendiri Meninggalkan BUKA

Pada Januari 2020, Rachmat Kaimuddin tampil sebagai CEO baru Bukalapak, menggantikan Achmad Zaky yang mengundurkan diri. Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid menyusul Zaky untuk minggat dari unicorn ini. 

Adapun Fajrin Rasyid tercatat pindah ke Telkom. Di perusahaan milik negara itu, Fajrin menduduki jabatan penting sebagai direktur. Kepergian para pendiri Bukalapak diiringi dengan perubahan strategi perusahaan.

Tak Lagi Jalankan Visi

Dengan berhenti menjual produk fisik dan beralih ke penjualan produk digital, kemungkinan BUKA tidak akan lagi memiliki mitra atau yang disebut Pelapak. Jika demikian, visi untuk membantu UMKM dalam memasarkan produknya secara digital tidak lagi dijalankan.

Baca Juga:  5 Tips Cari Uang Lewat Bisnis Merchandise Kpop, Mudah Banget!