Waspada! 10 Makanan Ini Paling Disukai Sel Kanker, Wajib Tahu!

Berbicara tentang kanker mungkin sudah tak asing lagi di telinga bukan? Pasalnya, penyakit yang satu ini menjadi salah satu penyakit yang paling ditakutkan oleh banyak orang. Apalagi, angka kematian akibat kanker bisa dibilang cukup tinggi di Indonesia. 

Kanker juga tidak datang dengan sendirinya. Melainkan, ada berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker, mulai dari mutasi gen, paparan radiasi berlebihan, infeksi kronis, dan obesitas. Selain itu, seperti semua sel, sel kanker juga membutuhkan nutrisi untuk tumbuh. Nutrisi yang disukai sel kanker didapatkan dari sejumlah makanan yang menurut studi terbukti meningkatkan risiko terhadap kanker.

Nah, lantas makanan apa saja yang dapat meningkatkan risiko kanker? Mengutip dari berbagai sumber berikut ini tim kovermagz akan membahasnya untuk anda. Simak selengkapnya disini! 

Makanan Tinggi Garam

 Rasa asin pada makanan memang memberikan kenikmatan tersendiri. Namun, tahukah Anda bahwa makanan tinggi garam ini menjadi salah satu pemicu kanker? Garam memiliki efek karsinogenik yang dapat mendorong pertumbuhan sel kanker, terutama pada pengidap infeksi Helicobacter pylori.

Bahan makanan pemicu kanker yang satu ini juga diketahui dapat meningkatkan laju proliferasi yang membuat sel menjadi lebih aktif dalam membelah, sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan sel abnormal penyebab kanker.

Gorengan

Tahukah anda bahwa saat makanan bertepung dimasak dengan suhu tinggi, senyawa yang disebut akrilamida nantinya akan terbentuk. Makanan bertepung yang digoreng memiliki kandungan akrilamida yang sangat tinggi. Menurut tinjauan tahun 2018, akrilamida ditemukan bersifat karsinogenik dalam penelitian yang dilakukan pada tikus. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menganggap senyawa tersebut juga kemungkinan bersifat karsinogenik bagi manusia.

Menurut penelitian tahun 2020, akrilamida merusak DNA dan menginduksi apoptosis, atau kematian sel. Untuk itu, makan banyak makanan yang digoreng juga meningkatkan risiko Anda untuk diabetes tipe 2 dan obesitas. Kondisi ini dapat meningkatkan stres oksidatif dan peradangan, yang selanjutnya meningkatkan risiko kanker Anda.

Makanan Cepat Saji

Makanan pemicu kanker berikutnya adalah jenis makanan cepat saji yang tinggi lemak, garam, dan gula. Mengonsumsi makanan cepat saji secara berlebihan disertai dengan kurangnya aktivitas fisik dapat memicu kenaikan berat badan secara berlebih atau obesitas. Lalu, apa hubungan antara obesitas dan kanker? Pengidap obesitas mengalami peradangan kronis tingkat rendah di dalam tubuhnya. Peradangan yang berlangsung dalam waktu lama dapat memicu kerusakan atau mutasi DNA yang dapat meningkatkan risiko pertumbuhan kanker.

Pada beberapa kasus, obesitas juga menyebabkan peningkatan kadar insulin di dalam darah. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko kanker ginjal dan kanker prostat.

Makanan Tinggi Gula dan Karbohidrat Olahan

Makanan pemicu kanker yang perlu diwaspadai berikutnya adalah makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan, seperti pasta, sereal manis, nasi putih, roti tawar, dan berbagai jenis kue. Makanan-makanan tersebut dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas, di mana kedua kondisi tersebut erat kaitannya dengan peradangan dan stres oksidatif yang berisiko memicu kanker.

Sel kanker memerlukan energi yang sangat tinggi untuk berkembang, dan gula adalah sumber energi utama bagi mereka. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan kadar insulin dan faktor pertumbuhan yang merangsang perkembangan sel kanker. Ketika gula darah meningkat, tubuh memproduksi lebih banyak insulin, yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.

Meski dikatakan sebagai makanan pemicu kanker, bukan berarti Anda dilarang untuk mengonsumsinya sepenuhnya. Hanya saja Anda perlu membatasinya demi menurunkan tingkat risiko kanker. Adapun alternatif lainnya, pilihlah karbohidrat kompleks seperti roti gandum utuh, quinoa, atau nasi merah, yang lebih lambat meningkatkan kadar gula darah.

Daging olahan

Daging olahan adalah jenis daging apa pun yang diawetkan dengan cara diasapi, diasinkan, diawetkan, atau dikalengkan. Beberapa contoh daging merah yang telah diolah adalah sosis, nugget, hot dog, kornet, dendeng sapi, ham dan salami. Metode yang digunakan untuk membuat daging olahan dapat menghasilkan karsinogen. Misalnya, menurut studi tahun 2018, pengawetan daging dengan nitrit dapat membentuk karsinogen yang disebut senyawa N-nitroso.

Pengasapan daging juga dapat menyebabkan pembentukan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang bersifat karsinogenik. Menurut studi review pada 2019, daging olahan merupakan faktor risiko utama kanker kolorektal. Ulasan lain tahun 2019 juga menemukan bahwa daging olahan dikaitkan dengan kanker lambung.

Produk susu

Meskipun kalsium sangat bagus untuk kekuatan tulang, para ahli menemukan kaitan antara asupan kalsium tinggi dengan perkembangan kanker prostat. Ini karena produk susu kaya kalsium bisa menurunkan beberapa hormon penting yang berfungsi melindungi pria dari sel kanker prostat.

Makanan olahan susu meliputi produk-produk seperti susu, keju dan yogurt. Menurut ulasan tahun 2020, mengonsumsi produk olahan susu meningkatkan kadar faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1).

Hal ini dikaitkan dengan risiko kanker prostat yang lebih tinggi. IGF-1 dapat meningkatkan proliferasi, atau produksi, sel kanker prostat.

Makanan yang dimasak terlalu lama

Makanan yang dimasak terlalu lama, terutama daging, dapat menghasilkan karsinogen. Menurut sebuah artikel tahun 2020, memasak daging dengan suhu tinggi menghasilkan PAH dan amina heterosiklik (HCA) yang bersifat karsinogenik. Zat-zat ini dapat meningkatkan risiko kanker dengan mengubah DNA sel-sel Anda.

Untuk mengurangi risiko karsinogen dari memasak dengan suhu tinggi, cobalah menggunakan metode memasak yang lebih sehat seperti merebus atau memanggang dengan suhu yang lebih rendah, memasak dengan api kecil dalam panci kuali atau slow cooker.

Makanan yang Dimasak dengan Minyak Goreng Berulang

Selain makanan yang dimasak terlalu lama, memasak makanan menggunakan minyak goreng berulang kali, seperti dalam penggorengan, juga dapat menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut akrilamida dan aldehida. 

Senyawa ini dapat merusak DNA dan meningkatkan risiko terjadinya kanker. Minyak goreng yang sudah digunakan beberapa kali juga dapat mengandung oksidan yang berbahaya bagi tubuh. Untuk itu, sebaiknya, hindari makanan yang digoreng berulang kali dan pilih metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang, merebus, atau mengukus.

Alkohol

Adakah diantara sobat kover yang gemar dengan minuman beralkohol? Jika iya anda harus waspada dan mengurangi kebiasaan ini. Sebab, terlalu banyak minum alkohol telah terbukti meningkatkan risiko kanker mulut, kerongkongan, hati, usus besar, dubur, dan payudara. 

Faktanya, konsumsi alkohol dianggap sebagai penyebab utama kanker kedua di dunia, setelah merokok. Menurut tinjauan tahun 2017, asetaldehida meningkatkan kerusakan DNA dan stres oksidatif. Asetaldehida juga mengganggu fungsi kekebalan tubuh Anda, sehingga menyulitkan tubuh Anda untuk menargetkan sel prakanker dan kanker.

Pada wanita, alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, menurut sebuah studi tahun 2015. Hal ini terkait dengan risiko yang lebih tinggi untuk kanker payudara reseptor estrogen positif.

Makanan Mengandung Bahan Pengawet dan Pewarna Sintetik

Bahan pengawet dan pewarna sintetik yang sering ditemukan dalam makanan olahan, seperti camilan, makanan kalengan, dan minuman kemasan, dapat meningkatkan risiko kanker. Beberapa bahan kimia pengawet seperti BHA (butylated hydroxyanisole) dan BHT (butylated hydroxytoluene) telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker. Pewarna sintetis, seperti pewarna merah, kuning, dan biru, juga dapat memicu reaksi alergi dan meningkatkan potensi kanker dalam jangka panjang.

Baca Juga:  9 Alternatif Pengganti Minyak Goreng Ini Cocok untuk Diet!