Tokoh-tokoh Art Therapy Paling Berpengaruh di Dunia

Bagi banyak orang, seni adalah obat yang menyembuhkan luka tersembunyi hingga membantu melawan trauma masa kecil. Tidak sedikit pula orang yang menemukan kembali keceriaan dan kepercayaan dirinya melalui terapi seni.

Lebih dari sekadar keindahan dan kesenangan, seni juga memiliki manfaat yang jauh lebih besar bagi individu yang menjalaninya. Kegiatan berkesenian, seperti melukis, membatik, bernyanyi, berdansa, dan sebagainya bisa menjadi alat terapi yang dapat menyembuhkan dan kian diminati.

Praktik formal terapi seni – berdasarkan laman Adelphi Psych Medicine Clinic, Singapura – disebut berawal di Eropa pada abad ke-20. Tidak hanya di Eropa, terapi ini juga mengalami perkembangan di belahan dunia lainnya, yakni Amerika Serikat pada waktu yang sama.

Di Amerika Serikat, organisasi bernama Art Therapy Association berdiri pada 1969. Setelah itu, banyak organisasi serupa berdiri di negara lainnya, seperti di Australia, Selandia Baru, dan sebagainya.

Tidak hanya itu, terapi seni ini juga masuk ke sektor pendidikan dengan berbagai penelitian dan inovasi. Di balik itu semua, berikut sejumlah tokoh terapi ekspresif dunia yang telah berjasa terhadap perkembangan metode terapi tersebut.

1. Adrian Hill

Artist Adrian Hill at work on a painting. (Photo by Hulton-Deutsch/Hulton-Deutsch Collection/Corbis via Getty Images)

Tokoh pertama adalah Adrian Keith Graham Hill, seorang seniman asal Inggris. Dia disebut-sebut menjadi salah satu tokoh terapi ekspresif pada 1942. Dia juga disebut sebagai penggagas art therapy.

Buku Hill berjudul Art Versus Illness pada 1945 mendokumentasikan kelahiran bidang terapi tersebut. Saat dalam proses penyembuhan diri dari penyakit tuberkulosis di sebuah sanatorium di Inggris, Hill mengatasi rasa bosan dengan menggambar yang sederhana.

Pada 1942, dia memberikan pelajaran seni kepada sejumlah pasien yang sedang dalam masa pemulihan dari penyakit tuberkolosis di sanotarium. Dia juga mengusulkan program terapi seni yang tepat di tempat tersebut.

Pengaruh Hill kian meluas lantaran banyak orang bergabung dalam mempromosikan penyembuhan melalui seni. Pada pertengahan 1940-an, National Association for the Prevention of Tuberculosis menerapkan program terapi seni di lebih dari 70 rumah sakit dan sanatorium.

 

2. Edward Adamson

Tokoh dunia lainnya yang berperan penting dalam art therapy adalah seniman Edward Adamson. Dia merupakan salah satu pelopor terapi seni di Inggris yang pertama kali bekerja cukup lama di rumah sakit jiwa di Netherne, Surrey pada 1946 sampai dengan 1981.

Setelah pensiun, dia juga tetap menangani pasien di studionya di London Barat. Sang seniman menghasilkan karya dari para pasiennya sepanjang berkarier pada setiap sesi. Adamson juga memiliki peran penting membuat terapi seni sebagai sebuah profesi lantaran ikut menjadi bagian pendirian Asosiasi Terapis Seni Inggris pada 1964.

 

3. Margaret Naumburg

Margaret Naumburg menjadi tokoh terapi seni dunia lainnya yang berperan penting dalam perkembangan terapi seni di seluruh dunia. Dia dianggap sebagai psikoterapis pertama yang menggunakan terapi seni dalam praktiknya.

Tidak hanya itu, dia juga mempercayai bahwa terapi seni dapat digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati kondisi kesehatan mental. Dia memiliki fokus terhadap pengembangan teknik terapi seni dan menjadikannya sebagai sebuah disiplin ilmu.

Baca Juga:  Penyebab Parfum yang Sama Memiliki Aroma Berbeda di Setiap Orang

Naumburg pun menerbitkan buku berjudul Dynamically Oriented Art Therapy pada 1966. Kemudian, terapi seni yang dijalaninya memiliki orientasi dinamis dengan pendekatan psikodinamik yang dipengaruhi oleh Sigmund Freud.

Dalam praktiknya, Naumburg memberikan perhatian pada peran alam bawah sadar lantaran dia percaya bahwa seni dapat memungkinkan perasaan bawah sadar muncul ke permukaan, sama seperti psikoanalisis yang secara tradisional digunakan untuk mengatasi alam bawah sadar.

 

4. Edith Kramer

Edit Kramer menjadi tokoh dunia lainnya yang berpengaruh dalam perkembangan art therapy. Dia memiliki penekanan terhadap gagasan seni sebagai terapi daripada psikoterapi yang menggunakan seni sebagai alat.

Baginya, semua seni adalah terapeutik dalam arti kata yang paling luas. Seniman yang menerapkan psikologi modern di bidang seni harus menyesuaikan metodenya dengan media, sehingga nilai terapeutik seni ditingkatkan dengan pengenalan pemikiran terapeutik.

Jadi, nilai tersebut tidak dihancurkan atau dilemahkan oleh pengenalan konsep dan metode yang mungkin tidak sesuai dengan hukum batin penciptaan artistik.

Edith Kramer telah menghasilkan buku tentang disiplin terapi seni. Salah satu di antarnaya adalah Art Therapy in a Children’s Community. Dia juga merupakan anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.

 

5. Elinor Ulman

Elinor Ulman juga merupakan tokoh lain yang memberikan kontribusi terhadap terapi seni, yang juga menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.

Dia mendirikan forum pertama yang dikhususkan secara eksklusif untuk terapi seni dan menjadi penyunting dua buku pertama tentang terapi seni yang diterbitkan di Amerika Serikat. Menurutnya, terapi seni mencakup berbagai pendekatan terhadap seni.

Di satu sisi spektrum, seni sebagai sarana komunikasi nonverbal dalam proses psikoterapi. Produk seni digunakan untuk membantu pemahaman dan penyelesaian masalah emosional. Di sisi lain, terapi berasal dari pengalaman proses artistik itu sendiri.

 

6. Bernard Levy

Bernard Levy adalan seniman lukis cat air dan juga keramik. Meskipun begitu, dia banyak berkontribusi terhadap literatur disiplin ilmu terapi seni, terutama dalam bidang penilaian dan penelitian.

Selain pernah menjadi direktur program terapi seni di salah satu lembaga di AS, Levy juga pernah menjadi anggota kehormatan seumur hidup American Art Therapy Association.

 

7. Hanna Yaxa Kwiatkowska

Hanna Yaxa Kwiatkowska adalah seorang seniman pemahat. Dia merupakan pelopor dalam terapi seni keluarga dan memperkenalkannya dalam program penelitian di Institut Kesehatan Mental Nasional

Kwiatkowska pertama kali bekerja sebagai terapis seni di Rumah Sakit St. Elizabeth pada 1955. Di tempat ini, dia mendapatkan izin untuk merancang program perawatannya sendiri. Kesempatan itu membuatnya mulai bekerja dengan orang-orang yang menderita skizofrenia.

Pada 1958, dia bekerja sebagai terapis seni di Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH). Proyek studi keluarga di NIMH membuat sang seniman memiliki kesempatan untuk menggunakan seni sebagai media mempromosikan ekspresi diri dan komunikasi dalam lingkungan keluarga. Dia juga tercatat fokus membantu keluarga penderita skizofrenia.