Profesi Mengasikkan di Tengah Pandemi

Podcast merupakan salah satu bukti dari kemajuan teknologi. Ia memiliki fungsi yang mirip dengan radio tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang signifikan. Persamaannya yakni berupa audio. Selain itu jika biasanya Anda mendengarkan stasiun A atau B, podcast juga demikian yang mana pendengar bisa memilih mendengarkan yang mana dan topik apa. Penyebaran Covid-19 di masa ini membuat banyak negara menerapkan lockdown atau pembatasan interaksi sosial. Hal itu membuat orang-orang mencari hiburan dari layanan streaming, baik video, musik, atau layanan hiburan lain. Salah satunya Podcast dan Streaming Musik adalah pilihan.

Mengapa podcast begitu laris? Bukankah podcast sama saja dengan radio streaming? Sebenarnya booming dari podcast sejalan dengan tren dari penyedia layanan streaming layaknya Netlix maupun Amazon Prime. Kita sebagai pelanggan memiliki keleluasaan dalam memilih konten yang ingin dinikmati. Kontennya pun beragam dan dapat didengar kapan saja, bukan berdasarkan jam tayang tertentu. Layaknya Netflix yang membuat kita puas dalam ber-binge watching, podcast membuat telinga kita mengalami eargasm dalam mendengar konten berkualitas. Podcast sendiri dapat dinikmati pada salah satu aplikasi streaming musik seperti Spotify. Spotify tak hanya merasa senang karena tahun ini mulai menangguk profitnya sebagai platform musik streaming. Ia juga menunjukkan tanda-tanda kesuksesan di podcast. Sejak awal tahun hingga bulan ini penikmat podcast di Spotify meningkat dua kali lipat. Pengguna premiumnya juga naik sebesar 9% sementara pengguna aktif bulanannya naik 7%.

Bagaimana Proses Market Podcast Bekerja ?

Salah satu perusahaan Podcast ternama, WaitWhat mengatakan memiliki trailer audio luar biasa hingga layaknya pertunjukan. Cara promosi ini dinilai bisa membuat pendengar penasaran dan menilai hal tersebut sangatlah berbeda. Di samping itu juga, mereka membuat kampanye cerdas dengan tujuan untuk menghasilkan review baik.

Sadar bila pendengar adalah hal yang paling utama, WaitWhat juga turut melibatkan mereka dalam survei audiens awal. Perusahaan bertanya tentang bagaimana pendapat mengenai setiap konten yang diberikan. Dengan demikian hampir seluruh kontennya disesuaikan dengan apa yang diinginkan. Hal yang lain dilakukan ialah mengoptimalkan iklan dan menyisipkan kata kunci agar setiap konten dari podcast berada di peringkat paling atas.

Threehouse’s Changeway juga tidak mau kalah dalam memberikan kiat suksesnya seperti, penyesuian konten. Skrip yang disusun membiarkan tamu berbagi cerita yang mereka sukai. Meski berpatok pada naskah yang ada, namun tidak ada salahnya menciptakan suatu kisah yang mengalir, sehingga asik didengarkan dan tidak terlihat dibuat-buat. Itu adalah salah satu kunci mengapa pendengar betah mendengarkan konten Treehouse.

Sementara Podcast Marketing Book selain konten memikirkan apa yang disenangi oleh audiens tidaklah kalah penting. Mengutip yang dikatakan oleh Seth Godin, Doyglas Burdett selaku kreator di podcast tersebut mengatakan “Ketika berusaha melibatkan banyak orang, Anda justru jarang memikirkan apa yang mereka sukai.” Mungkin apa yang dipikirkan oleh tim kreatif berlawanan dengan keinginan pendengar. Namun kembali lagi bila mereka adalah tujuan dari bisnis. Adanya podcast tentu untuk memberikan informasi serta wawasan. Semakin menyenangkan mereka, maka makin cepat pula perusahaan tumbuh.

Sebaliknya jika konten tidak disesuaikan dengan selera audiens, maka akan menciptakan suatu kejenuhan bahkan mengurangi tingkat pendengar. Sebab pada umumnya, apa yang dibuat oleh podcast haruslah berisi informasi menarik, menginspirasi, dan menambah wawasan para pendengar.

Penulis : Annette Thresia Ginting

Sumber : BBC News, Grapadi, Cultura