
Jatuh cinta pada umumnya adalah menyukai lawan jenis. Lelaki sewajarnya mencintai seorang wanita dan begitu sebaliknya. Namun, kini ada trend baru dimana seseorang mencintai karakter fiksi seperti boneka.
Hal yang menjadi perhatian publik adalah ketika seseorang memperlakukan karakter fiksi seperti pasangan hidup yang nyata adanya. Fenomena ini tak hanya dilibatkan pada orang biasa melainkan publik figur juga kerap mempublikasikan kemesraan dengan pasangan fiksinya seperti boneka.
Terdapat 2 jenis kelainan seksual yang menjadi trend baru, yakni pertama agalmatofilia dan kedua fictosexual.
1. Agalmatofilia
Agalmatofilia adalah kelainan seksual yang menaruhkan segala hasrat seksualnya kepada boneka dan patung.
Perilaku seksual ini biasanya tidak hanya mengoleksi 1 boneka seksual sebagai pemenuh hasratnya. Belakangan ini kelainan seksual ini menjadi perbincangan khalayak umum. Sebab berbagai kalangan seperti profesor, publik figur dan binaragawan.
Everard Cunion, seorang profesor yang terobsesi dengan sembilan boneka seksual. Sikap Everard itu sendiri diyakini akibat dari tak mampu melupakan kekasih lamanya.
Selain itu, pria asal jepang, Senji Nakajima juga menikahi boneka seksual yang ia beri nama Saori. Kehidupan ia dengan boneka tersebut seperti hubungan khalayak seperti manusia biasanya. Ia mengajak Saori berbelanja ke mall hingga membelikan pakaian untuk bonekanya.
2. Fixtosexual
Fixtosexual adalah kelainan seksual yang hanya terobsesi terhadap karakter fiksi pada idola. Prilaku seksual ini sedikit berbeda dengan kelainan seksual pada Agalmatofilia. Para pengidap fixtosexual, ia hanya terobsesi berhubungan seks dengan karakter fiksi pada idola seperti penyanyi.
Di jepang, seorang pria bernama Akihito Kondo yang sangat kagum dengan artis penyanyi pop favoritnya bernama Hatsune Miku. Ia rela membuat karakter fiksi Hatsune yang dihasilkan dari komputer.
Akihito mengaku pernah mengalami depresi namun Hatsune Miku menjadi penyelamat dalam hidupnya. Akibat itu ia memanfaatkan boneka fiksi mirip idol hanya untuk menikahi sebagai pemenuhan hasrat seksualnya.
Di japang, fenomena ini dialami ribuan orang bahkan ada hotel yang menyediakan tawaran khusus bagi orang yang tertarik untuk menghabisi waktunya dengan karakter fiktif yang ia cintai.
Di tengah tengah kemajuan teknologi saat ini, fictosexual bukanlah satu satunya fenomena yang muncul ke permukaan, namun ada fenomena sejenisnya yang mulai bermunculan.
Sebagai contoh ada Cartosexual yang menggambarkan ketertarikan seseorang hanya pada karakter kartun dan ada juga gamosexual yang menggambarkan ketertarikan sexual seseorang pada figur yang ada di game.
Bahkan ada fenomena yang dinamakan inreasexual yang menggambarkan fenomena dimana seseorang memiliki ketertarikan seksual dengan tokoh yang ada di TV dan film ketika menontonnya.
Penulis : Ikbar Sinaga