Sobat Kovermagz, belum lama ini anak muda indonesia kembali menggemparkan jagat media. Pasalnya seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 8 Semarang, Jawa Tengah, Abdullah Mudzakir belakangan menjadi perbincangan masyarakat. Bagaimana tidak? Ia berhasil menemukan celah atau bug yang cukup rentan dalam sistem keamanan Google.
Perlu Anda ketahui bahwa bug dapat menyebabkan aplikasi atau software pada komputer atau website menjadi error. Perusahaan teknologi besar seperti Google, bahkan bisa mengalami masalah tersebut.
Profil Abdullah Mudzakir
Abdullah Mudzakir atau yang akrab disapa Dzakir merupakan seorang pemuda kelahiran Kabupaten Semarang, ia lahir pada 10 April 2004. Saat ini Mudzakir duduk di bangku kelas IX SMK 08 Kota Semarang.
Anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ali Bakri dan Muizati ini tengah bekerja PT Juke Solusi Teknologi. Ia bekerja sebagai penetration testing (pentester). Pentester merupakan kegiatan untuk mengevaluasi keamanan dari suatu sistem jaringan komputer
Mudzakir juga merupakan siswa berprestasi di sekolahnya. Kepala Sekolah di SMKN 8 Kota Semarang telah mengkonfirmasi pencapaian dan keberhasilan seorang muridnya, Abdullah, dalam bidang cyber security. Ia menegaskan, bahwa Abdullah memang sangat istimewa dan menonjol di bidang tersebut. Dengan bangga, kepala sekolah memastikan bahwa Abdullah adalah seorang yang benar-benar berbakat di bidang cyber security
Penemuan Bug Sistem Keamanan Google
Mudzakir bercerita bahwa untuk menemukan bug pada sistem keamanan Google bukan hal yang mudah. Dia juga bercerita bahwa penemuan ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya, dia sudah menemukan bug dan melaporkannya ke Google sebanyak empat kali. Namun, penemuan sebelumnya ditolak.
Jadi, total dia sudah menemukan lima bug pada sistem keamanan Google dan melaporkannya. Empat penemuan sebelumnya ditolak karena laporan yang dibuat oleh Mudzakir tidak valid. Sedangkan bug yang kelima, Mudzakir mengaku dibantu oleh temannya.
Bug yang ia temukan kelima kali ini adalah jenis bug yang cukup langka. Artinya, bug ini jarang ditemukan oleh para bug hunter (pemburu celah keamanan). Bahkan, untuk meyakinkan pihak Google tentang bug kelima ini, Mudzakir mengaku sempat berdebat dengan pihak Google untuk meyakinkan bahwa bug ini cukup berbahaya.
Menurut Mudzakir, untuk menjelaskan pada pihak Google tentang bahayanya bug tersebut dibutuhkan waktu hingga setengah bulan. Dia mengaku menemukan bug itu pada akhir tahun 2020. Kemudian, penemuannya baru diterima pada tahun 2021. Saat itu, menurut Google, penemuan bug tersebut adalah yang terbaik.
Mendapatkan Hadiah Rp76 Juta
Mudzakir mengatakan bahwa penemuan bug-nya diapresiasi Google dengan hadiah sebesar 5.000 dolar AS atau senilai Rp76 juta. Selain itu, dia juga mendapatkan kartu Google Bug Hunters. Kartu ini secara khusus diberikan oleh Google pada para bug hunters dengan kemampuan hacking (meretas) serta menemukan celah keamanan pada sistem Google.
Mudzakir menuturkan jika uang hasil berburu bug Google tersebut akan ia gunakan untuk meningkatkan skills di bidang IT (Informasi Teknologi), membeli laptop, memberikan pada orang tua dan sisanya ingin ia tabung.
Masih menurut Mudzakir, ia bercerita bahwa awalnya orang tuanya tidak merestui dengan apa yang dia lakukan. Sebab kata ‘hacker’ di masyarakat masih dianggap hal yang negatif. Tapi, dia menjelaskan pada orang tuanya hingga kemudian keduanya dapat memahaminya dengan baik.
Hacker (peretas) sendiri terdiri dari tiga jenis yakni white hacker/ethical hacker (peretas legal dan sah), black hacker (peretas jahat) dan gray hacker (peretas yang ada di antara keduanya). Mudzakir sendiri statusnya adalah white hacker karena dia meretas secara legal dan sah.