Intip Sejarah dan Makna Ketupat Yang Jadi Sajian Khas Idul Fitri

Mungkin, banyak orang yang bertanya-tanya mengapa ketupat menjadi salah satu sajian khas Idul Fitri yang kerap kali dihadirkan. Bisa dibilang, tidak afdol rasanya bila hari raya lebaran tak menyantap ketupat. 

Untuk itulah, setiap turun-temurun, makan ketupat menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia di hari lebaran. Ketupat biasanya menjadi makanan yang disajikan dengan rendang, opor ayam, hingga berbagai makanan berkuah lainnya. 

Namun dibalik itu semua, ternyata ketupat tak hanya sekedar makanan biasa. Terdapat sejarah di masa lampau yang membuat ketupat menjadi sajian khas hari raya. Ketupat juga memiliki makna yang mendalam bagi umat Islam di Jawa. Bagaimana penjelasannya? Yuk simak selengkapnya disini! 

Sejarah Ketupat 

Merangkum dari detikedu, ketupat sudah ada dan dikenal sejak abad ke 15 yaitu saat era Kerajaan Demak. Bentuk ketupat pada saat itu pun mirip dengan ketupat zaman sekarang yang direbus dan dibungkus dengan anyaman daun kelapa. Ketupat menjadi bagian dalam penyebaran agama Islam di Jawa yang dibawa oleh Sunan Kalijaga. Pada saat itu, masyarakat Jawa mayoritas masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal dengan Kejawen.

Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai alat yang lebih familiar ketika pendekatan dakwah karena ketupat sangat erat dengan kebudayaan Jawa yang kental saat itu. Ketupat menjadi budaya dan filosofi masyarakat Jawa yang dekat dengan keislaman. Setelah agama Islam diterima masyarakat luas, ketupat menjadi bagian yang lekat dengan hidangan khas perayaan Islam, seperti Idul Fitri.

Penyebaran ketupat ini tidak hanya di Pulau Jawa saja, namun hingga negara tetangga Singapura, Malaysia, dan Brunei. Penyebab penyebaran ini adalah penyiaran agama Islam sembari menyajikan ketupat.

Filosofi Ketupat

Diambil dari bahasa Sunda, kata ketupat atau kupat berarti manusia tidak boleh ngupat. Dengan ngupat berarti membicarakan hal-hal buruk kepada orang lain. Ketupat juga berarti jarwa dhosok atau kerata basa alias akronim unik dalam bahasa Jawa yang berarti ngaku lepat alias mengaku salah dan juga berarti laku papat atau bertindak yang empat.

Laku papat terdiri atas empat tindakan, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Dengan hal ini, ketupat berarti memberikan pesan untuk menjaga kejujuran diri dengan saling memaafkan dan mencerminkan sikap serta tindakan yang baik. Seperti yang kita tahu, ketupat memiliki bentuk yang ikonik dan bervariasi. Seperti ketupat bareh, ketupat sipulut, ketupat katan kapau, ketupat cabuk rambak, dan lain sebagainya.

Masing-masing ketupat memiliki ciri khasnya sendiri. Namun, ketupat itu sendiri memiliki budaya dan filosofi yang bernilai dan filosofis. Mari kita ungkap makna filosofis ketupat.

  • Janur Kuning : Hampir semua ketupat dibuat menggunakan janur kuning. Beberapa menggunakan janur yang daun kepalanya agak tua dan berwarna hijau tua. Melansir dari artikel jurnal “Ketupat as traditional food of Indonesian culture” oleh Angelina Rianti dkk yang diterbitkan di Journal of Ethnic Foods Volume 5 Issue 1 Maret 2018, janur pada ketupat bermakna ‘sejatining nur’ yang berarti cahaya sejati. Masyarakat Jawa percaya jika cahaya adalah sumber untuk melihat baik buruknya kehidupan sehari-hari.
  • Empat Sudut Ketupat : Ketupat memiliki empat sudut yang filosofis. Empat sudut ini bermakna kiblat papat limo pancer atau menggambarkan empat penjuru mata angin dan satu pusat. Secara religius, makna arah ini berarti bahwa manusia berjalan selalu mengarah pada Allah.  Selain sudutnya, bentuk ketupat seperti berlian tanpa cela yang melambangkan kejayaan umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan sebagai persiapan Idul Fitri.
  • Janur Ketupat dan Warnanya :  Janur kuning yang dianyam bermakna kesalahan dosa manusia. Akan tetapi, dilansir dari artikel jurnal “Ketupat as A Traditiopnal Indonesian Cultural Food” oleh Afwan Azimi dkk yang dimuat di Interdisciplinary Journal of Advanced Research and Innovation Volume 1 No 2 November 2023, warna anyaman ketupat atau janurnya dipercaya sebagai jimat keberuntungan.
  • Beras : Ketupat memiliki isi beras. Dilansir dari jurnal penelitian oleh Afwan Azimi dkk, beras ketupat menjadi simbol kesucian dan kebersihan hati seseorang setelah memaafkan orang lain. Nasi putih juga dipandang sebagai tanda kekayaan dan kepuasan.

Makna Lebaran Ketupat

Memiliki sejarah sejak abad ke 15, ternyata ketupat bagi masyarakat Jawa memiliki makna dan simbol dari bentuk ketupatnya itu sendiri. Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, arti kupat dimaknai dengan “laku papat” yang berarti simbol dari empat segi ketupat. Laku papat juga memiliki makna tindakan, yaitu Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan. 

Berikut makna setiap katanya:

  • Lebaran berarti suatu tindakan yang sudah selesai, diambil dari kata lebar. Lebaran memiliki makna yang berarti umat Islam sudah selesai menjalani ibadah puasa.
  • Luberan menjadi simbol untuk melakukan sedekah dengan ikhlas selayaknya air yang berlimpah dan luber dari wadahnya.
  • Leburan yang berarti pada hari Idul Fitri semua dosa bisa melebur dengan cara saling bermaaf-maafan.
  • Laburan memiliki arti kapur putih. Idulfitri menjadi hari kemenangan dimana hati seseorang kembali menjadi putih suci setelah melakukan ibadah di bulan Ramadan.

Tradisi makan ketupat saat lebaran juga berbeda-beda di setiap daerah di Indonesia. Seperti di Kudus, lebaran ketupat di Kudus dimeriahkan dengan prosesi Kirab Gunungan Seribu Ketupat dimana ketupat berjumlah seribu kemudian dibentuk gunung dan diarak oleh masyarakat menuju Masjid Sunan Muria.  Tradisi tersebut memiliki makna untuk mensyukuri kelancaran puasa Ramadan. 

Baca Juga:  Daftar Mobil Paling Mahal di Dunia 2025, Tertarik Membeli?