Bayi 19 Bulan di Malaysia Terkena Kanker Ovarium, Apa Penyebabnya dan Bagaimana Gejala?

Baru-baru ini kasus bayi kanker ovarium di Malaysia mencurii perhatian publik dan kalangan medis. Bagaimana tidak? Melansir dari The Strait Times, seorang bayi perempuan berusia 19 bulan didiagnosis menderita kanker ovarium stadium 3, kondisi yang sangat jarang terjadi pada anak seusia itu.

Penyakit yang umumnya menyerang wanita berusia di atas 40 tahun ini terdeteksi setelah sang ibu merasakan adanya kejanggalan pada perilaku putrinya. Dilansir dari The Straits Times, Kamis (10/10/2024), sang ibu, Fllarystia Sintom mengaku, anaknya mengalami gejala sembelit, perut kembung, dan kurang aktif. Gejala lain yang menjadi perhatian adalah penurunan jumlah darah yang drastis. Gejala ini akhirnya yang membawa pada diagnosis lebih lanjut dan pemindahan ke rumah sakit khusus.

Setelah dibawa berobat ke rumah sakit khusus wanita dan anak-anak, dokter mendeteksi tumor sepanjang 13,5 sentimeter. Usai dilakukan operasi pada 2 Oktober 2024, para ahli medis mengonfirmasi bahwa bayi itu menderita kanker ovarum stadium 3.

“Saat saya diberi tahu, saya sedih karena anak saya masih sangat kecil dan indung telur kanannya sudah diangkat,” ungkap Fallarystia, menggambarkan perasaannya saat menerima diagnosis final.

Lantas, benarkah bayi bisa terkena kanker ovarium? Apa saja gejalanya? Berikut penjelasannya! 

Apakah bayi bisa terserang kanker ovarium?

Dokter spesialis kandungan onkologi dan ginekologi Rumah Sakit Hermina Kemayoran, Anindhita mengatakan, bayi hingga anak-anak usia muda bisa terserang kanker ovarium. Pada anak, kanker ovarium dapat menyerang mulai usia 1-15 tahun. Kanker ovarium memiliki beberapa tipe yang dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu epitelial atau berasal dari kulit ovarium dan non-epitelial.

“Nah, memang epitelial ini kejadiannya biasanya bisa pada usia muda, walaupun angka kasusnya kecilnya, kasusnya jarang terjadi,” ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (12/10/2024).

Seberapa rentan bayi terserang kanker ovarium?

Risiko kanker ovarium berbeda-beda tergantung pada kelompok usia. Kelompok anak-anak muda, termasuk bayi memiliki kemungkinan kecil terkena kanker ovarium. Anindhita menerangkan, berdasarkan data statistik, keganasan ovarium kelompok anak usia muda hanya sekitar tiga sampai delapan persen.

“Kalau untuk seluruh kanker lebih sedikit lagi, cuma 1-2 persen,” imbuhnya.

Bagaimana cara mendeteksi kanker ovarium pada bayi?

Sayangnya, kanker ovarium tidak bisa dideteksi saat masih dini. Anindhita menjelaskan, biasanya kanker ini baru ketahuan setelah memasuki stadium lanjut, seperti pada kasus bayi di Malaysia.

Berbeda dengan kanker serviks yang memiliki prosedur pemeriksaan dini bernama pap smear dan bisa dicek setiap tahun. Meski begitu, kanker dapat terlihat dari ada atau tidaknya benjolan di perut pasien. Bila ditemukan, dokter akan mengambil tindakan operasi.

“Oh, ternyata sudah ada penularan ke organ lain dan didiagnosis stadium tiga, bisa saja, karena tidak ada deteksi dininya,” kata Anindhita.

Salah satu tanda kemungkinan terjadi kanker ovarium, adalah ketika pasien mengeluhkan mengalami banyak gejala.

Apa gejala kanker ovarium pada bayi? 

Anindhita menuturkan, pada dasarnya gejala kanker ovarium sama di setiap kelompok usia. Gejala-gejala itu di antaranya muncul benjolan di perut, nyeri perut, mual, dan muntah. Rasa mual muncul karena karena benjolan di perut menekan organ pencernaan. Sementara bagi kelompok usia remaja, bisa saja mengalami gangguan pada menstruasinya.

“Tapi sebetulnya benjolan ini tidak selalu berarti kanker. Benjolan bisa jinak ataupun ganas,” ucap Anindhita.

Dilansir dari Cleveland Clinic, gejala kanker ovarium lainnya, antara lain: 

  • Nyeri pinggul 
  • Perut kembung 
  • Perubahan kebiasaan makan, lebih cepat kenyang dan mudah kehilangan nafsu makan 
  • Gangguan pada usus, seperti diare atau sembelit 
  • Perut membesar 
  • Sering buang air kecil.

Penyebab Kanker Ovarium pada Anak

Melansir dari sejumlah laman, beberapa ini kemungkinan penyebab kanker ovarium pada anak 

  • Faktor Genetik
Baca Juga:  Mengenal Pneumonia, Penyakit yang Diderita Barbie Hsu, Pemeran Sancai Meteor Garden Yang Dapat Menyebabkan Meninggal Dunia

Mutasi gen tertentu dapat meningkatkan risiko kanker ovarium pada anak. Melansir dari National Cancer Institute, mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 yang diwariskan dapat menjadi penyebab kanker ovarium, meskipun sangat jarang terjadi pada usia sangat muda.

  • Kelainan Perkembangan

Beberapa kelainan perkembangan ovarium selama masa janin dapat meningkatkan risiko kanker ovarium pada anak. Dana-Farber Cancer Institute melaporkan bahwa tumor sel germinal, yang berasal dari sel telur yang belum matang, adalah jenis tumor ovarium yang paling umum pada anak perempuan.

  • Gangguan Hormon

Ketidakseimbangan hormon pada masa pertumbuhan anak dapat berkontribusi pada perkembangan kanker ovarium. Meskipun jarang, produksi hormon yang tidak normal selama masa bayi atau anak-anak awal dapat mempengaruhi perkembangan ovarium.

  • Paparan Lingkungan

Paparan terhadap zat-zat karsinogen tertentu selama kehamilan atau pada awal kehidupan anak mungkin berperan dalam perkembangan kanker ovarium.

  • Sindrom Genetik Tertentu

Beberapa sindrom genetik seperti sindrom Peutz-Jeghers dan sindrom DICER1 dapat meningkatkan risiko tumor ovarium pada anak. Melansir dari National Cancer Institute, anak-anak dengan sindrom ini perlu dipantau secara ketat untuk deteksi dini kanker ovarium.

Bagaimana pengobatan kanker ovarium pada bayi? 

Pengobatan kanker ovarium pada anak merupakan tantangan besar bagi tim medis. Kasus bayi kanker ovarium di Malaysia menunjukkan kompleksitas penanganan penyakit ini pada pasien usia sangat muda. Nantinya, sebelum diobati, indung telur pasien harus diperiksa terlebih dulu. Pemeriksaan bisa dilakukan secara fisik, UGS, atau CT Scan untuk mengetahui ukuran tumor.

Jika di bawah 5-6 cm, masih bisa dilakukan observasi. Namun, tumor yang berukuran lebih dari 6 cm dan menyebabkan gangguan serta menunjukkan indikasi keganasan, pengobatannya adalah operasi. 

Operasi menjadi langkah awal dalam pengobatan kanker ovarium pada anak. Dalam kasus bayi di Malaysia, operasi dilakukan untuk mengangkat tumor dan indung telur yang terkena. Tujuan operasi adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan kanker sambil berusaha mempertahankan fungsi reproduksi di masa depan.

Kemoterapi sering menjadi tahap lanjutan dalam pengobatan. Namun, dosisnya harus disesuaikan dengan usia dan kondisi fisik anak. Bayi kanker ovarium di Malaysia direncanakan akan menjalani sesi kemoterapi setelah pulih dari operasi.

Pemantauan pasca pengobatan menjadi bagian integral dari perawatan. Bayi kanker ovarium di Malaysia akan menjalani pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada kekambuhan.

Dukungan psikologis dan emosional juga menjadi komponen penting dalam pengobatan. Tidak hanya untuk pasien, tetapi juga untuk keluarga, mengingat dampak emosional yang besar dari diagnosis ini pada usia yang sangat muda.

Selain operasi dan kemoterapi, berikut beberapa pengobatan untuk kanker ovarium: 

  • Terapi terarah 
  • Terapi hormon 
  • Terapi radiasi