Medan, KoverMagz – Pariwisata adalah industri yang tidak bisa berdiri sendiri dan merupakan nilai tambah dari sebuah industri, budaya, dan gaya hidup masyarakat di destinasi. Di sektor penyokong wisata, yang mencakup hotel dan restoran, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Bali memperkirakan bahwa banyak anggotanya yang tidak bisa bertahan jika tidak beroperasi lebih dari tiga bulan.
Pemerintah tengah berupaya agar Bali tidak terlalu bergantung pada sektor pariwisata. Hal ini belajar dari pandemi Covid-19 yang sangat menekan perekonomian Bali karena terganggunya sektor wisata.
Tahun lalu ekonomi Bali sendiri telah memasuki resesi setelah mencatatkan kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal pertama, ekonomi Bali mencatatkan kontraksi -1,14%, sedangkan di kuartal dua turun drastis menjadi -10,98%.
Hingga tahun lalu jumlah kedatangan turis domestik di Bandara I Gusti Ngurah Rai mencapai sekitar 2.300-2.500 orang.
Jangankan di Bandara di Kuta misalnya, Jalan Pantai Kuta menuju ke Jalan Melasti, Jalan Raya Legian sampai ke Jalan Raya Basangkasa hingga tembus di Kerobokan biasanya arus kendaraan padat oleh wisatawan, bahkan sampai terjadi macet. Namun saat masa pandemi tampak lengang. Jalur utama Kuta ini biasanya harus dilalui sampai 30 menit, tapi saat sepi jalan yang panjangnya sekitar 5 kilometer hanya dilalui sekitar 10 menit.
Meski menunjukkan perbaikan, I Ketut Wardana, Ketua ASITA Bali, mengatakan angka tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan jumlah kedatangan turis domestik tahun 2019 yang mencapai 10 juta orang, sementara turis asing yang datang ke Bali tahun lalu sebanyak 6,3 juta orang.
“Itu kan masih sangat kecil sekali, kalau kita melihat catatan kedatangan turis domestik tahun lalu itu 10 juta orang ke Bali, untuk internasional 6,3 juta orang, angka 2.500 turis domestik itu masih sangat-sangat kecil sekali”. Menurut Ketut, ada beberapa sumber pendapatan biro perjalanan dan pelaku usaha di sektor pariwisata di Bali yang bergantung pada wisatawan mancanegara. Lebih dari 2.600 pekerja di sektor biro perjalanan telah di-PHK, menurut data dari Pemprov Bali.
Di Bali secara keseluruhan hampir 50 persen hotel tersebut tutup opersional dalam kurun waktu setahun terakhir. Sementara 50 persen yang buka tingkat huniannya hanya rata-rata 5 persen. Jadi jika satu hotel memiliki 100 kamar, hanya lima kamar yang dihuni oleh tamu. Hal ini menyebabkan ribuan pekerja wisata dirumahkan. Pekerja di hotel dan restoran yang tergabung dalam PHRI yang dirumahkan mencapai 300.000 karyawan, transportasi 75.000 orang, dan industri 360.000 orang.
Sejauh ini sudah ada pemutusan hubungan kerja terhadap 800 orang dan 46,000 pekerja formal dirumahkan karena perusahaan yang sudah tidak memiliki kemampuan untuk membayar karyawannya. Belum lagi dampak terhadap pelaku sektor informal.
Banyak warga yang banting setir dikarenakan putus pekerjaan mengingat menurunnya para pengunjung wisatawan seperti berjualan nasi keliling dengan menggunakan sepeda motor ataupun menjual kopi di depan rumah.
Andru Kosti, seorang fotografer profesional warga kota Medan yang telah pindah ke Bali sejak bulan Mei 2019 untuk menekuni bisnis fotografi di bidang arsitektural & hospitality, mengaku sejak kemunculan Pandemi covid 19 segalanya berbalik 180 derajat. “Sebelum ini, di tahun 2018-2019, Bali rasanya di puncak kejayaannya. Everyday is holiday kalau di Bali. Belum lagi banyak expatriat dari berbagai negara yang bekerja online dari Bali”, ujar Andru. Menurutnya, Bali belum pernah berada dalam kondisi se-struggle ini, bahkan jika dibanding dengan tragedi bom Bali pertama dan kedua.
Ditanya mengenai dampak pandemi di Bali, Andru mengatakan banyak penduduk yang beralih bercocok tanam dari yang tadinya berprofesi sebagai hotelier ataupun bisnis pariwisata lainnya. Ditambah lagi, kasus kriminal di Bali pun mulai meningkat.
Seperti yang tertulis pada catatan Program Fellowship AJI 2020, Desa Adat Kuta melalui Lembaga Perkreditan Desa (LPD) beberapa kali sempat membantu warga dengan paket sembako dan uang tunai tahun lalu.
Pada saat pemberian bantuan yang pertama, jumlah kepala keluarga yang dibantu sebanyak 2.266 KK. Jumlah itu terus meningkat karena ada warga yang menikah. Terakhir tercatat 2.283 kepala keluarga.
Jenis bantuan yang diberikan kepada setiap KK awalnya berupa beras 25 kilogram, minyak goreng dua liter, telur serta satu dus mie instan. Namun, karena ada masukan dari warga akhirnya jenis bantuan diubah menjadi berupa beras dan uang senilai Rp 300 ribu
Tahun lalu dari 34 provinsi di Indonesia, pertumbuhan perekonomian Bali yang paling tertekan dengan kontraksi 9,31 persen secara Year over Year (YoY). Kelesuan di sektor pariwisata mengubah sekitar 80% pendapatan Bali, dan membuat lemah penjualan UMKM, serta menurunnya produktivitas dan daya beli produk pertanian dan kerajinan tangan karena pandemi Covid-19.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves, Odo R.M. Manuhutu, mengungkapkan pemerintah akan mentransformasi perekonomian Bali. Hal ini merupakan rencana lain pemerintah untuk membantu kebangkitan perekonomian Pulau Dewata yang tertekan pandemi Covid-19.
Menteri Kooordinator Maritim dan Investasi (Menkomarves) pada 19 Mei 2021, mengeluarkan kebijakan Work From Bali masih juga dibahas. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengaku perumusan kebijakan itu masih digodok bersama kementerian/lembaga terkait.
“Semoga kebijakan ini bisa dieksekusi yang tidak membebani anggaran negara, tetapi tetap berpihak kepada saudara-saudara kita di Bali,” kata Sandiaga dalam Press Weekly Briefing.
Dia menargetkan kebijakan Work From Bali tersebut bisa difinalisasi pada kuartal ketiga. Ia berharap program tersebut akan mempercepat pemulihan ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali.
Merujuk data BPS terkait Perkembangan Pariwisata Provinsi Bali pada Februari 2021, tingkat keterhunian kamar hotel bintang pada Februari 2021 mencapai 8,99 persen. Rata-rata lama menginap pada Februari 2021 untuk hotel bintang adalah 2,67 hari, sedangkan untuk hotel non-bintang rata-rata 1,89 hari.
“Kita harapkan angkat keterhunian hotel dari di bawah 10 persen bisa menjadi 30 persen dengan program Work From Bali. Namun, ini hanya pemicu. Kita ingin pentaheliks lain terlibat, dunia pendidikan, dunia usaha, dan tak kalah penting masyarakat luas,” ujar Sandiaga.
Sebelumnya, Sandi menyinggung sekitar 25 persen ASN akan melakukan Work From Bali. Dengan begitu, berarti ada sekitar 25 persen hunian hotel yang akan terisi di wilayah Nusa Dua ketika program ini diluncurkan.
“Pemilihan Nusa Dua karena daerah tersebut telah ditetapkan sebagai green zone oleh pemerintah setempat,” sambung dia.
Dia juga meminta agar pelaku UMKM di Bali juga bersiap menerima kehadiran para turis domestik yang akan melakukan Work From Bali, khususnya yang berkiprah di sektor kuliner, kriya, dan fesyen. “WFB itu mungkin 30 persen berdampak terhadap hotel, sisanya terhadap kuliner, termasuk restoran,” imbuh Sandiaga.
KONSEP SANDBOX
Konsep itu akan berlaku seperti circuit breaker. “Kita dengan cepat dan tegas akan menutup destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif begitu ada lonjakan kasus Covid-19,” dia menerangkan.
Sandiaga menambahkan sejak Juli 2020, Indonesia sudah bergabung dengan Safe Travel. Hal itu harus dilakukan agar wisatawan merasa aman saat berwisata. Meski perbatasan belum dibuka untuk turis asing, ia mengklaim minat untuk berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali, cukup tinggi.
“Bisa dilihat dari Dubai Arabian Travel Market, minat ke Bali sangat tinggi,” kata dia. Sejauh ini, pemerintah masih yakin bisa menguji coba rencana pembukaan travel corridor arrangement (TCA) di kuartal III, yakni Juli 2021.
BULAN JULI, SUDAHKAH AMAN BALI DIKUNJUNGI ?
Gubernur Bali Wayan Koster diundang mengikuti rapat terbatas oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Senin lalu. Koster meminta agar pariwisata di Bali untuk turis asing dibuka pada akhir Juli.
Dalam rapat terbatas tersebut, Koster menyampaikan permohonan dan aspirasi para pihak, termasuk pelaku pariwisata Bali. Salah satu aspirasinya adalah agar membuka pariwisata Bali untuk wisatawan mancanegara pada akhir Juli mendatang.
Dengan alasan vaksinasi suntikan pertama di Bali sudah mencapai lebih dari 1,4 juta orang (47 persen) dan suntikan kedua mencapai lebih dari 659 ribu orang (22 persen) hingga 6 juni 2021 dan tinggal memerlukan 6 juta dosis vaksin untuk vaksinasi 3 juta penduduk, itu berarti 70% dari jumlah penduduk Bali guna mencapai kekebalan komunitas (herd immunity), beliau yakin pariwisata Bali dapat dibuka kembali pada Juli mendatang.
Koster juga mengatakan angka kesembuhan juga semakin meningkat mencapai angka lebih dari 95 persen, tingkat kematian mencapai 3,71 persen, dan jumlah kasus aktif mencapai kurang dari 1 persen.
Menurut siaran pers dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Indonesia berencana untuk membuka kembali sebagian perbatasannya untuk wisatawan pada Juli 2021. Pengumuman tersebut disampaikan tanggal 2 Juni 2021 di Arabian Travel Market (ATM) Dubai 2021, acara global terkemuka untuk industri perjalanan inbound dan outbound Timur Tengah. Harapannya, destinasi seperti Bali, Batam, dan Bintan bisa menjadi daerah “lokomotif” untuk menggenjot pariwisata di seluruh tanah air.
Penulis : Annette Thresia Ginting, Elsa Malona