Medan, KoverMagz – Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah termakan tipuan hoax tersebut bahkan ikut menyebarkan informasi palsu itu, tentunya akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. Lalu bagaimana caranya agar tak terhasut?
1. Selalu bersikap skeptis akan judul yang dibagikan.
Jangan membagikan sesuatu kecuali Anda tahu itu benar. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cari kata kunci dari pesan WhatsApp yang mencurigakan untuk dijadikan bahan melalui mesin pencari.
Anda mungkin akan melihat artikel terverifikasi muncul pertama kali di hasil pencarian, membantu Anda menentukan kebenaran pesan.
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
3. Cobalah untuk menghilangkan prasangka pesan sendiri menggunakan alat seluler seperti pencarian gambar terbalik Google, TinEye, dan Detektor Gambar Palsu. Untuk video, coba ambil tangkapan layar dan unggah ke salah satu alat ini.
4. Identifikasi cara termudah untuk menjangkau pengecekan fakta dan organisasi media. Seringkali jika Anda menghubungi langsung melalui pesan atau panggilan telepon, mereka akan membuka pertanyaan tentang konten yang ingin Anda verifikasi. Simpan informasi di ponsel Anda sehingga Anda dapat menggunakannya saat dibutuhkan.
5. Kirim pesan, meme, foto, video, atau catatan suara mencurigakan yang Anda terima ke organisasi pemeriksa fakta di negara Anda. Setelah mereka memublikasikan cek fakta, bagikan artikel di grup asli tempat konten tersebut muncul.
6. Cek akun media sosial institusi dan perusahaan yang berpotensi hoaks. Seringkali mereka akan mencoba untuk menyanggah kesalahan informasi sendiri.
Ini Cara melaporkan berita atau informasi hoax :
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.
Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat http://aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman http://data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.
Penulis : Annette Thresia Ginting
Sumber : Berbagai sumber