Tepat pada Minggu, 11 Agustus 2024 Olimpiade Paris telah usai dilaksanakan. Sejumlah atlet telah menunjukkan kepiawaiannya termasuk Indonesia. Setidaknya, terdapat tiga atlet Indonesia yang membanggakan di Olimpiade Paris 2024. Dua atlet diantaranya berhasil mempersembahkan medali emas pada Olimpiade Paris 2024 dengan cabang olahraga yang berbeda. Sementara satunya lagi meraih medali perunggu. Pencapaian kontingen Indonesia pada Olimpiade 2024 Paris ini bisa dibilang cukup membanggakan.
Pasalnya, Indonesia terakhir kali membungkus dua medali emas pada tahun 1992, tepatnya 32 tahun yang silam di Barcelona. Saat itu, dua legenda bulu tangkis Indonesia berhasil meraih medali emas, yaitu Susi Susanti di nomor tunggal putri, dan Alan Budikusuma di nomor tunggal putra.
Kini, di tahun 2024, Indonesia kembali menyamai catatan terbaik mereka dalam keikutsertaan di Olimpiade. Dengan perolehan dua medali emas dan satu medali perunggu tersebut menjadikan Indonesia berada di peringkat ke-39 di klasemen akhir perolehan medali. Nah lantas siapa saja ketiga atlet Indonesia yang membanggakan tersebut? Dalam artikel kali ini tim kovermagz akan membahasnya untuk anda. Simak selengkapnya disini!
Veddriq Leonardo
Atlet pertama yang membanggakan Indonesia di ajang Olimpiade Paris 2024 datang dari Pemanjat tebing Indonesia bernama Veddriq Leonardo. Ia berhasil menyumbangkan medali emas pertama buat Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Kepastian ini didapat setelah dia menaklukkan wakil China Wu Peng dalam laga final nomor speed putra yang digelar di Le Bourget Sport Climbing Venue pada Kamis sore 8 Agustus 2024.
Veddriq finis dengan catatan waktu 4,75 detik, sedang lawannya terpaut tipis dengan torehan 4,77 detik. Adapun medali perunggu menjadi milik Sam Watson asal Amerika Serikat berkat catatan waktu pemecah rekornya 4,74 detik saat melawan Reza Alipour asal Iran di laga perebutan juara 3.
Sebelumnya, Veddriq Leonardo memulai perjuangan pada Kamis sore 8 Agustus 2024 dengan menantang Bassa Mawem asal Prancis di perempat final Olimpiade Paris 2024. Wakil Indonesia mencatatkan start mulus dengan torehan waktu 4,88 detik, yang otomatis membawa dia ke semifinal lantaran lawannya baru bisa menyelesaikan panjatan di durasi 5,26 detik. Veddriq lantas dihadapkan dengan wakil Iran Reza Alipour di empat besar setelah lawannya menaklukkan pemanjat tebing Kazakhstan dalam fase perempat final.
Atlet Indonesia melanjutkan performa impresifnya dengan mencatatkan waktu 4,78 detik, unggul lumayan tipis dari lawannya yang menyelesaikan panjatan dengan 4,84 detik. Hasil itu membuat Veddriq dipastikan menyumbang satu medali buat Indonesia. Dia selanjutnya ditantang Wu Peng di babak final perebutan medali emas, dengan atlet asal China itu melaju ke partai puncak setelah menghajar pemegang rekor dunia Sam Watson asal Amerika Serikat berkat torehan waktu 4,85 detik, sementara lawannya finis dengan 4,93 detik.
Veddriq Leonardo berhasil mencatatkan waktu 4,75 detik yang membawa dia mempersembahkan medali emas pertama buat Indonesia. Sementara itu, Wu Peng yang juga tampil gemilang sejak awal harus puas menyumbang medali perak buat negaranya lantaran finis dengan raihan 4,77 detik. Tak ayal, usai berhasil menang, lagu Indonesia Raya akhirnya berkumandang di Olimpiade Paris 2024. Pemanjat tebing putra Veddriq Leonardo membuat momen itu terjadi usai kemenangannya mendapatkan medali emas di nomor speed.
Rizki Juniansyah
Yang kedua ada dari Atlet angkat besi Indonesia, Rizki Juniansyah. Ia berhasil merebut emas Olimpiade 2024 usai menjadi yang terbaik di nomor 73 kg kategori putra. Dia unggul di clean and jerk sehingga berhasil mengangkat total 354 kg. Kemudian, dia juga unggul dari atlet Thailand Wichuma Weerapon yang secara fantastis mengangkat 196 kg dan sempat menyamai poin Rizki di 346 kg sebelum percobaan kedua. Posisi ketiga diraih atlet Bulgaria Bohzidar Dimitrov Andreev dengan total angkatan 344 kg.
Sebelumnya, Rizki Juniansyah memulai percobaan pertama snatch dengan angkatan 155 kg tapi belum berhasil. Rizki akhirnya berhasil mengangkat 155 kg di percobaan kedua. Angkatan ini masih bisa disamai atlet angkat besi Kolombia yang mengangkat 155 kg di percobaan ketiga. Rizki Yuniansyah bakal mencoba angkat 162 kg di percobaan ketiga, tapi gagal diangkatnya.
Awalnya, Rizki mencoba untuk lewati angkatan atlet China Shi Ziyong yang sukses angkat 161 kg di percobaan pertama, tapi gagal. Ini artinya angkatan terbaik Rizki Juniansyah 155 kg berada di posisi dua, sedangkan Luis Mosquera asal Kolombia posisi ketiga. Shi Ziyong sempurna karena juga berhasil mengangkat 165 kg di percobaan kedua. Dia gagal pecahkan rekor angkat 168 kg di percobaan ketiga.
Ada 12 atlet angkat besi yang berhasil lolos ke final nomor 73 kg putra. Atlet angkat besi tuan rumah Bernardin Kingue Matam belum bicara berbicara banyak. Di angkatan snatch, dia hanya mampu mengangkat beban terbaik 145 kg sampai percobaan ketiga. Satu atlet dari Latvia Ritvars Suharevs tidak finis karena mengalami cedera di pertarungan angkat besi Olimpiade 2024.
Shi Ziyong mencoba angkat 191 kg di percobaan pertama clean and jerk, tapi gagal. Sedangkan Rizki Juniansyah berhasil mengangkat 191 kg di percobaan pertama. Dia langsung menyodok ke posisi pertama untuk sementara dengan total angkatan 346 kg. Posisi Rizki bertahan karena Shi Ziyong kembali gagal di percobaan kedua untuk 191 kg.
Shi Ziyong kembali gagal di percobaan ketiga clean and jerk. Dia gagal mengangkat 191 kg sehingga membuat Rizki meraih emas. Sedangkan Rizki Juniansyah pastikan emas usai mengangkat 199 kg di percobaan kedua yang membuat dia tak terkalahkan. Sementara itu, angin kemenangan berhembus ke Rizki setelah Zhiyong gagal pada tiga percobaan untuk mengangkat beban seberat 191 kg. Rizki kemudian meningkatkan beban menjadi 199 kg di percobaan kedua. Dan sukses. Total angkatan Rizki menjadi 354 kg sehingga memecahkan rekor angkatan kelas 73 kg di Olimpiade.
Medali perak jadi milik Lifter Thailand, Weeraphon Wichuma, merebut medali perak dengan total angkatan 346. Sedangkan Dimitrov Bozhidar mengamankan perunggu dengan total angkatan 344.
Gregoria Mariska Tunjung
Atlet terakhir yang membanggakan Indonesia di Olimpiade Paris 2024 datang dari dunia olahraga bulutangkis Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung. Atlet kelahiran 11 Agustus 1999 itu berhasil meraih medali perunggu di Ajang Olimpiade Paris untuk kategori tunggal putri. Medali tersebut pun menjadi satu-satunya yang diraih oleh Cabang Olahraga (Cabor) bulutangkis kontingen Indonesia di Olimpiade Paris.
Gregoria menaiki podium bersama He Bing Jiao dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang meraih medali perak dan An Se Young dari Republik Korea yang meraih medali emas, di Porte de La Chapelle, Paris, Prancis, Senin (05/08/2024).
Keberhasilan Gregoria ini mengakhiri penantian selama 16 tahun Indonesia untuk memperoleh medali bulutangkis tunggal putri di olimpiade. Sebelum Gregoria, pebulutangkis tunggal putri Indonesia terakhir yang berhasil menyumbangkan medali adalah Maria Kristin yang berhasil menyabet medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008. Pelatih sektor tunggal putri Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Herli Djaenudin, yang mendampingi Gregoria saat berlaga di Paris, menyampaikan kegembiraannya atas raihan yang dicapai atlet yang biasa disapa Jorji ini.
“Tentunya puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kehendak-Nya atas rida-Nya juga, setelah sekian lama kita tidak dapat medali di tunggal putri sekarang alhamdulillah Jorji bisa dapat medali perunggu,” ujar Herli.
Herli juga bersyukur karena sektor bulutangkis mampu menjaga tradisi medali di setiap gelaran olimpiade.
“Target saya memang medali, kita tidak berpikir apa, yang penting medali dulu deh, karena lihat dari ranking di atas dia masih banyak. Ini jadi ajang pembuktian Jorji,” ujarnya.
Perlu diketahui, perjalanan Jorji untuk bisa mencapai kemenangan tidaklah mudah. Di penyisihan grup, Gregoria berada di Grup G bersama dengan pebulutangkis Ukraina Polina Buhrova dan pebulutangkis Ceko Tereza Svabikova. Berlaga di La Chapelle Arena, Gregoria berhasil keluar sebagai juara grup setelah berhasil mengalahkan Polina dengan skor 21-10 dan 21-15 serta Tereza dengan skor 21-12 dan 21-18.
Selanjutnya di babak 16 besar, atlet yang lahir di Wonogiri, Jawa Tengah ini berhasil memenangkan laga sengit melawan pebulutangkis Republik Korea dengan skor 21-4, 8-21, dan 23-21. Kemudian di perempat final Gregoria bertemu dengan atlet asal Thailand, Ratchanok Intanon. Gregoria berhasil menembus semifinal setelah mengalahkan Ratchanok dua gim langsung dengan skor 25-23 dan 21-9.
Di laga semifinal, Jorji bertemu dengan unggulan pertama An Se Young dari Republik Korea. Sempat unggul di gim pertama, Gregoria harus mengakui keunggulan An Se Young dengan skor akhir 21-11, 13-21, dan 16-21.
Sementara itu di semifinal lainnya, atlet Spanyol Carolina Marin yang unggul di gim pertama 21-14 atas atlet RRT He Bing Jiao mengalami cedera di pertengahan gim kedua. Dengan Kondisi itu, membuat Carolina tidak dapat melanjutkan pertandingan semifinal gim kedua saat skor 10-8 dan Gregoria otomatis mendapatkan medali perunggu.